SEDIANYA Untung diharuskan menghadap ke Komres 1033 Jember.
Tapi ketika surat panggilan tiba, Untung, yang pangkatnya
Pembantu Letnan Dua Polisi itu sudah ditemukan tidak bernyawa.
Badannya tergantung-gantung. Belakangan diketahui bahwa
kenekadan Untung ada hubungannya dengan perkara hilangnya uang
Rp 2,5 juta milik para pegawai Kantor Pos Pembantu (KPP) Ambulu
yang sedang dalam penggarapan Untung. Kisahnya begini .
Awal Pebruari yang lalu mobil Land Rover P-9853 melewati rumah
S Kepala Kantor Pos Pembantu Kasiyan. Jip mampir karena Ny. S
melambaikan tangan. Wanita ini dalam pembicaraannya dengan
Subandi menyatakan niatnya untuk ikut dalam mobil ke Jember.
Subandi adalah Wakil Kepala Pos dan Giro Besar Jember yang ikut
dalam mobil itu karena ditugaskan memheri penjelasan kepada para
Kepala KPP mengenai kelambatan uang pensiun. Ny. S alias L minta
izin menaikkan pisang dan kelapa untuk ibunya dan Ny. Subandi
seperti dijanjikan L sebelumnya. Sang supir, Sutrisno membukakan
pintu mobil. Sunardi, dari Bagian Perlengkapan sedang
sembahyang.
Menanam Sesuatu
Subandi menjaga mobil sambil membaca koran. Ia terlena
mengamati dua kantong uang pensiunan untuk KPP Balung dan KPP
Ambulu. Kelengahan itu dimanfaatkan oleh L ,yang pada mulanya
hanya melirik saja melihat kantong-kantong tadi. Yang terambil L
adalah kantong untuk Ambulu. Ini baru diketahui Sunardi di
tengah perjalanan. Ketika mampir di rumah S kantong uang tadi
masih ada. Sunardi diperintahkan melapor kepada polisi Kasiyan
Tapi Subandi. yang menaruh kccurigaan kepada L terus ke KPP
Balung kemudian ke Jember. Sementara itu L sempat
menyerahkan buah tangan untuk Ny. Subandi, baru kemudian menuju
ke rumah ibunya. Namun ia segera pulang dengan kendaraan umum,
Colt dan jam 17.00 sudah ada di rumah. Jip yang siangnya mampir
itu juga sudah sampai di rumah S,tapi kemudian pergi lagi untuk
mencari-cari kalau-kalau kantongnya jatuh di tengah jalan .
Kantong uang itu tadinya disimpan L di gudang kayu di rumahnya.
Baru sore harinya dimasukkan ke plastik dan dibungkus kantong
terigu. Cepat-cepat dititipkan pada mbok A. ibu Sumarmi pembantu
rumah tangga L. "Kantong ini jangan dibuka, kalau dibuka saya
sumpah", begitu L wanti-wanti. Karena takut A memindahkan
kantong itu dari sawah kasur ke tempat air, gentong. Tetangga A
yang bernama R ingin buru-buru ke sawah. Tapi ia dipaksa A
membuatkan lubang di halaman rumahnya. A tanpa diketahui R,
menanam kantong tadi. Tapi isteri R melihat tetangganya menanam
sesuatu. Setelah pemeriksaan pendahuluuan polisi mulai menangkap
L, Sumarmi. AS dan isteri R yang sedang hamil tua. Tak berapa
lama datang Pembantu Letnan Dua Untung. Bintara tinggi yang
ditugaskan mengga rap perkara ini membawa kantong uang pensiunan
dari rumah S. Tapi dari jumlah sesungguhnya Rp 2.529.750 telah
lenyap Rp 300 ribu.
Gantung Diri
Berkat ketangkasan polisi uang yang Rp 300 ribu itu bisa
ditemukan lagi oleh Untung di bak kamar mandi Kepala KPP Kasiyan
itu. Tapi sudah susut Rp 57.000 alias tinggal Rp 243.000. Uang
di bak kamar mandi itu dibungkus sobekan kertas roneo yang lalu
dibungkus plastik. Kertas pembungkus uang Rp 243 ribu itu diduga
keras milik Untung sebab terlihat ada tulisan mengenai
pelanggaran lalulintas. Tulisannya pun dikenal sehagai bentuk
tulisan Untung. Polisi di ros Kasiyan juga diusut. Dan arahnya
menuju Untung. Maka ia dipanggil atasannya. Tetapi belum sempat
panggilan itu dipenuhi, Untung sudah neninggal. Gantung diri.
Beberapa anggota Hansip yang dihubungi TEMPO menyatakan bahwa
di saku Untung ada sepucuk surat yang mungkin sekali dikirim Ny.
S. Isinya berupa sesuatu pesan. Setelah beberapa hari proses
berjalan barulah polisi di Jember mengakui bahwa kematian Untung
tak terlepas dari lenyapnya uang Rp 57 ribu. Konon
pegawai-pegawai Kantor Pos Jember diharuskan memikul hilangnya
Rp 57 ribu itu. Subandi dan S masing-masing Rp 20 ribu. Sunardi
dikenakan beban Rp 10 ribu dan sang supir Land Rover, Sutrisno
Rp 7 ribu. Belum ada yang memberikan pembenaran atas
kebijaksanaan yang konon itu. Kini L. A dan R yang masih harus
mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Jember menunggu saat mereka
diadili hakim .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini