Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Kasihan Untung

Pelda polisi untung, meninggal gantung diri. Kenekatan polisi itu, ada hubungannya dgn perkara hilangnya uang Rp 2,5 juta milik para pegawai kantor pos pembantu ambulu yang sedang ditangani polisi.

26 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEDIANYA Untung diharuskan menghadap ke Komres 1033 Jember. Tapi ketika surat panggilan tiba, Untung, yang pangkatnya Pembantu Letnan Dua Polisi itu sudah ditemukan tidak bernyawa. Badannya tergantung-gantung. Belakangan diketahui bahwa kenekadan Untung ada hubungannya dengan perkara hilangnya uang Rp 2,5 juta milik para pegawai Kantor Pos Pembantu (KPP) Ambulu yang sedang dalam penggarapan Untung. Kisahnya begini . Awal Pebruari yang lalu mobil Land Rover P-9853 melewati rumah S Kepala Kantor Pos Pembantu Kasiyan. Jip mampir karena Ny. S melambaikan tangan. Wanita ini dalam pembicaraannya dengan Subandi menyatakan niatnya untuk ikut dalam mobil ke Jember. Subandi adalah Wakil Kepala Pos dan Giro Besar Jember yang ikut dalam mobil itu karena ditugaskan memheri penjelasan kepada para Kepala KPP mengenai kelambatan uang pensiun. Ny. S alias L minta izin menaikkan pisang dan kelapa untuk ibunya dan Ny. Subandi seperti dijanjikan L sebelumnya. Sang supir, Sutrisno membukakan pintu mobil. Sunardi, dari Bagian Perlengkapan sedang sembahyang. Menanam Sesuatu Subandi menjaga mobil sambil membaca koran. Ia terlena mengamati dua kantong uang pensiunan untuk KPP Balung dan KPP Ambulu. Kelengahan itu dimanfaatkan oleh L ,yang pada mulanya hanya melirik saja melihat kantong-kantong tadi. Yang terambil L adalah kantong untuk Ambulu. Ini baru diketahui Sunardi di tengah perjalanan. Ketika mampir di rumah S kantong uang tadi masih ada. Sunardi diperintahkan melapor kepada polisi Kasiyan Tapi Subandi. yang menaruh kccurigaan kepada L terus ke KPP Balung kemudian ke Jember. Sementara itu L sempat menyerahkan buah tangan untuk Ny. Subandi, baru kemudian menuju ke rumah ibunya. Namun ia segera pulang dengan kendaraan umum, Colt dan jam 17.00 sudah ada di rumah. Jip yang siangnya mampir itu juga sudah sampai di rumah S,tapi kemudian pergi lagi untuk mencari-cari kalau-kalau kantongnya jatuh di tengah jalan . Kantong uang itu tadinya disimpan L di gudang kayu di rumahnya. Baru sore harinya dimasukkan ke plastik dan dibungkus kantong terigu. Cepat-cepat dititipkan pada mbok A. ibu Sumarmi pembantu rumah tangga L. "Kantong ini jangan dibuka, kalau dibuka saya sumpah", begitu L wanti-wanti. Karena takut A memindahkan kantong itu dari sawah kasur ke tempat air, gentong. Tetangga A yang bernama R ingin buru-buru ke sawah. Tapi ia dipaksa A membuatkan lubang di halaman rumahnya. A tanpa diketahui R, menanam kantong tadi. Tapi isteri R melihat tetangganya menanam sesuatu. Setelah pemeriksaan pendahuluuan polisi mulai menangkap L, Sumarmi. AS dan isteri R yang sedang hamil tua. Tak berapa lama datang Pembantu Letnan Dua Untung. Bintara tinggi yang ditugaskan mengga rap perkara ini membawa kantong uang pensiunan dari rumah S. Tapi dari jumlah sesungguhnya Rp 2.529.750 telah lenyap Rp 300 ribu. Gantung Diri Berkat ketangkasan polisi uang yang Rp 300 ribu itu bisa ditemukan lagi oleh Untung di bak kamar mandi Kepala KPP Kasiyan itu. Tapi sudah susut Rp 57.000 alias tinggal Rp 243.000. Uang di bak kamar mandi itu dibungkus sobekan kertas roneo yang lalu dibungkus plastik. Kertas pembungkus uang Rp 243 ribu itu diduga keras milik Untung sebab terlihat ada tulisan mengenai pelanggaran lalulintas. Tulisannya pun dikenal sehagai bentuk tulisan Untung. Polisi di ros Kasiyan juga diusut. Dan arahnya menuju Untung. Maka ia dipanggil atasannya. Tetapi belum sempat panggilan itu dipenuhi, Untung sudah neninggal. Gantung diri. Beberapa anggota Hansip yang dihubungi TEMPO menyatakan bahwa di saku Untung ada sepucuk surat yang mungkin sekali dikirim Ny. S. Isinya berupa sesuatu pesan. Setelah beberapa hari proses berjalan barulah polisi di Jember mengakui bahwa kematian Untung tak terlepas dari lenyapnya uang Rp 57 ribu. Konon pegawai-pegawai Kantor Pos Jember diharuskan memikul hilangnya Rp 57 ribu itu. Subandi dan S masing-masing Rp 20 ribu. Sunardi dikenakan beban Rp 10 ribu dan sang supir Land Rover, Sutrisno Rp 7 ribu. Belum ada yang memberikan pembenaran atas kebijaksanaan yang konon itu. Kini L. A dan R yang masih harus mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Jember menunggu saat mereka diadili hakim .

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus