Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PRIA jangkung itu nekat memecahkan kaca dan menerobos jendela di lantai 20 Apartemen City Home, Kelapa Gading Square, Jakarta. Kamis pagi dua pekan lalu itu, dalam gerakan cepat, dia melompat turun ke balkon kamar di lantai 19. Darah menetes dari sikunya yang terkena pecahan kaca.
Di sana, untuk beberapa saat, ia pasang kuda-kuda, seolah-olah bersiap terjun bebas. Di bawah, lewat pengeras suara, seorang polisi meminta lelaki asal Nigeria itu menyerah. Sejumlah polisi lain membentangkan kasur, berjaga-jaga bila lelaki 28 tahun itu nekat meloncat dari ketinggian sekitar 50 meter tersebut.
Setelah ditunggu beberapa saat, lelaki yang belakangan diketahui bernama Michael Nosuno itu tiba-tiba balik kanan, menyelinap ke unit apartemen di belakangnya. Dia sempat bersembunyi di antara tumpukan kardus sebelum diciduk polisi.
Sejak pukul 07.00, sekitar 90 polisi bersenjata mengepung apartemen tempat tinggal Michael Nosuno dan 24 temannya. Mereka tinggal bersama di sembilan unit apartemen. Meski menyebar di tiga lantai berbeda, kamar Nosuno dan kawan-kawan terkoneksi lewat jaringan Internet—lewat sambungan kabel dan Wi-Fi. "Kami membawa pasukan banyak karena yang ditangkap juga banyak dan besar-besar," kata Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto, Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Kepolisian RI.
Polisi menggerebek apartemen yang diduga menjadi tempat bersembunyi komplotan penipuan dengan modus meretas dan membajak akun e-mail di Internet itu. Dari apartemen yang berdekatan dengan Mall of Indonesia ini, polisi menyita 23 laptop, 85 telepon seluler, 61 SIM card berbagai provider, 10 hard disk, dan 4 kamera digital.
Polisi juga menggelandang 25 orang yang berasal dari berbagai negara di Afrika itu ke Cyber Crime Investigation Centre Markas Besar Polri. Saking banyaknya, mereka tak cukup ditampung di ruang pemeriksaan. Belasan orang didudukkan di lorong ruangan dengan tangan terikat borgol plastik. Beberapa dari mereka nglesot atau tertidur di lantai.
Setelah bergiliran memeriksa, polisi menahan seorang warga Nigeria bernama Chibuko Chinonso Papson. Pria ini dijerat dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik serta Undang-Undang Tindak Pencucian Uang.
Papson anggota komplotan pembajakan internasional yang dikenal dengan nama Nigerian Scams atau 419 Scams. Angka "419" merujuk pada pasal penipuan yang dilanggar berdasarkan aturan hukum Nigeria.
Polisi menggerebek Apartemen City Home setelah hampir sebulan melakukan pengintaian. Sebelumnya, beberapa penyidik menyamar sebagai penyewa kamar apartemen yang bersebelahan dengan kamar komplotan Papson.
Pengintaian itu dilakukan setelah polisi menerima laporan dari PT Citra Logam Alpha Sejahtera, perusahaan timah solder di Tangerang, pada 15 Juli 2013. E-mail Citra Logam dibajak komplotan Papson ketika hendak bertransaksi senilai Rp 4 miliar dengan Metallo Chimique NV, perusahaan asal Belgia.
Kantor Citra Logam beralamat di kompleks Pergudangan Pantai Indah Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang. Perusahaan ini mempekerjakan sekitar 50 orang. Saat Tempo pekan lalu hendak meminta konfirmasi perihal kasus yang mereka alami, salah seorang petugas customer service-nya, Nining, mengatakan penanggung jawab perusahaan, Munadi, sedang di luar kota.
Menurut polisi, pengurus PT Citra Logam baru menyadari telah menjadi korban hacker setelah menelepon pihak Metallo untuk menagih piutangnya. Metallo memiliki kewajiban membayar Rp 4 miliar atau 20 persen dari dua kontainer timah solder yang telah dikirim Citra Logam pada Mei lalu. Seharusnya Metallo paling lambat mentransfer uang itu pada Juni lalu.
Saat ditelepon, pihak Metallo menjelaskan bahwa mereka telah mentransfer uang pada Juni 2013. Uang ditransfer ke dua rekening, yang menurut mereka, milik Citra Logam. Pihak Metallo menjelaskan, dua nomor rekening ini diperoleh lewat korespondensi via e-mail dengan pihak Citra Logam.
Pihak Citra Logam kaget mendapat keterangan itu. Soalnya mereka tak pernah memberikan dua nomor rekening yang disebut itu. Selama ini Citra Logam hanya memiliki satu nomor rekening.
Belakangan, diketahui komplotan Papson telah meretas e-mail Citra Logam setelah perusahaan itu mengirim barang ke Belgia. Dalam e-mail yang diterima Metallo, atas nama Citra Logam, komplotan Papson mengaku sedang melakukan pembenahan sistem. "Sehingga tak bisa menerima transfer lewat rekening biasanya," ucap Kepala Subdirektorat IT dan Cyber Crime Komisaris Besar Rahmad Wibowo.
Dari hasil penelusuran polisi, e-mail Citra Logam yang beralamat [email protected] dibajak dengan mendobrak kata kunci e-mail. Menurut penyidik, komplotan pembajak mendobrak tanpa teknologi canggih, hanya menebak kata kunci e-mail. Perusahaan menggunakan kata kunci yang sederhana, yakni citralogam.
Nah, e-mail yang telah dibajak ini kemudian digunakan berkorespondensi dengan Metallo. Dalam percakapan dengan Metallo, komplotan Nigeria meminta agar uang ditransfer ke dua rekening di Bank CIMB Niaga dan Bank Mandiri.
Sebelum mentransfer uang, sebenarnya pihak Metallo telah meminta konfirmasi ke e-mail Citra Logam. Tapi e-mail itu langsung dihapus komplotan Papson. Pada saat yang sama, Papson dan kawan-kawan membalas e-mail dan berpura-pura mengkonfirmasi ke pihak Metallo.
Pada 7 Juni 2013, Metallo pun melakukan transfer ke rekening CIMB Niaga sekitar Rp 1,8 miliar. Sisa kewajiban dibayarkan pada 8 Juli 2013. Perusahaan yang berbasis di Belgia ini mentransfer ke rekening Mandiri sebesar Rp 2 miliar.
Sebelum Metallo mentransfer uang, para hacker menghubungi pihak Citra Logam dengan memalsukan e-mail dari pihak Metallo. Namun mereka gagal membajak e-mail Metallo sehingga hanya membuat e-mail yang mirip dengan e-mail resmi. Alamat resmi Metallo adalah [email protected] dan [email protected]. Para peretas membuat e-mail yang mirip, yakni [email protected]. "Dibuat agak mirip, tapi berbeda," kata Rahmad. Dengan cara itu, tagihan berulang dari pihak Citra Logam tak sampai ke e-mail asli Metallo. Dua nomor rekening yang dipakai komplotan Papson membawa polisi ke dua orang yang mendaftarkan rekening itu, yakni Agus Sugianto dan Fariki Khalil. Kedua orang inilah yang membuat akun rekening atas nama PT Napas Segar Abadi dan PT Multi Cipta Sekarpratama.
Agus dan Fariki mengaku membuat nomor rekening atas permintaan Kelvin Camaro, orang Sierra Leone yang tinggal di Malang. Mereka mengenal Camaro dari Indah Melvianita. Indah memperkenalkan Agus dan Fariki kepada Kelvin Camaro pada Januari 2013. Sedangkan Indah mengenal Camaro lewat suaminya, pria Nigeria, yang saat ini tengah mengurus dokumen imigrasi di negara asalnya. Agus dan Fariki mendapatkan imbalan sebesar 5-7 persen dari nilai transaksi, sementara Indah mendapatkan 1 persen. "Semua ditangkap di tempat berbeda pada September lalu," ujar Rahmad.
Kepada polisi, Kelvin Camaro menjelaskan, persekongkolan itu melibatkan Papson. "Uang hasil transfer berhenti di rekening Papson," kata Rahmad. Hingga kini, polisi masih memeriksa komputer dan peralatan milik komplotan Papson di laboratorium teknologi cyber. Berdasarkan laporan yang diterima dari sejumlah daerah, komplotan Papson diduga telah merampok banyak perusahaan. Markas Besar Polri memperkirakan total kerugian yang disebabkan oleh ulah mereka mencapai Rp 30 miliar. "Para hacker itu memanfaatkan kelemahan perlindungan transaksi bisnis lewat dunia maya," kata Arief Sulistyanto.
Yuliawati (Jakarta), Joniansyah (Tangerang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo