Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NAMA anggota Badan Pemeriksa Keuangan, Ali Masykur Musa, terseret ke pusaran kasus dugaan penipuan yang dilakukan Ferry Setiawan, Bendahara Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU). Di sebut-sebut Ketua Umum ISNU itu menerima duit belasan miliaran rupiah dari Ferry.
Mantan Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa di Dewan Perwakilan Rakyat itu pun sibuk menemui pimpinan polisi, mengklarifikasi ulah Ferry tak ada kaitan dengan dia dan organisasi yang ia pimpin. Pekan lalu, wartawan Tempo Ahmad Nurhasim dan Febriyan menemui Ali untuk mewawancarainya perihal kasus Ferry.
Nama Anda ikut terseret dalam kasus penipuan oleh Ferry, Bendahara ISNU. Apa tanggapan Anda?
Kalau ditanya apakah saya kenal Ferry, ya, dia pengurus ISNU. Tapi, kalau urusan bisnis, saya tidak tahu apa yang dia jalankan dan dengan pihak mana dia berhubungan. Saya tak terlibat dalam urusan bisnis dia.
Kapan Anda mulai mengenal Ferry?
Saya pernah satu pesawat dengan dia pada 2011. Setelah itu, bertemu dalam berbagai kegiatan Nahdlatul Ulama. Pertemuannya cair saja. Dihadiri banyak orang. Lalu ada kongres ISNU. Ada yang mengusulkan dia masuk ke tim formatur. Ya, sudahlah. Dia jadi pengurus.
Apakah Anda yang merekomendasikan Ferry menjadi Bendahara ISNU?
Itu bagian dari kebersamaan yang disusun formatur. Formaturnya bukan hanya saya, melainkan ada tujuh-sembilan orang. Kala itu, sulit mencari orang yang mau jadi bendahara. Prinsipnya, siapa yang mau kerja, silakan masuk.
Anda tidak mencari tahu latar belakang Ferry?
Setelah dilantik, saya memang mendapat masukan dari teman-teman yang menyatakan bahwa track record Ferry tidak baik. Makanya peran Ferry di ISNU tidak optimal, tidak sentral.
Setelah Anda menerima masukan itu, kenapa dia tidak dicopot saja?
Kan, sudah. Setelah Ferry jadi tersangka, hasil rapat pleno kami mencopot Ferry sebagai bendahara umum. Baru pekan lalu dipecat.
Anda menjadi saksi pernikahan Ferry. Bukankah itu tanda kedekatan?
Saya memang menjadi saksi pernikahan Ferry. Harus saya akui bahwa saya yang memperkenalkan Ferry dengan istrinya, Eddies Adelia. Itu amal jariah saya mencarikan jodoh.
Setelah Ferry ditangkap, malam harinya Anda memanggil Rizky, Wakil Bendahara ISNU, ke rumah Anda. Untuk apa?
Saya tidak tahu Rizky terlibat atau tidak. Kasusnya apa, saya juga tidak tahu. Saya mendapat informasi dari Sekjen ISNU Kholid bahwa Ferry ditangkap setelah Jumatan. Kabarnya, itu ada hubungannya dengan Rizky. Saya minta dia datang lewat Kholid. Rizky datang ke rumah pada Jumat malam. Saya tanya, dalam kasus ini, Anda posisinya apa, Rizky menjawab, "Saya pihak yang dicatut oleh Ferry." Rizky mengakunya begitu.
Apa tujuan Anda menemui Kepala Polda Metro Jaya tiga hari setelah Ferry ditangkap?
Saya tidak ingat ada pertemuan itu. Kalau dengan beliau, saya memang banyak punya hubungan. Tapi, prinsipnya, kami tidak dalam posisi mempengaruhi proses hukum kasus ini.
Anda juga meminta Sekjen Kholid menemui Rizky di tahanan dan menemui penyidik?
Kalau dia bertemu dengan Rizky atau penyidik, saya tidak tahu. Tak ada perintah. Urusan itu, serahkan kepada penegak hukum. Saya minta penegak hukum memproses dengan baik.
Salah satu saksi menyebutkan bahwa Ferry pernah bercerita ada duit Rp 18 miliar dari Ferry mengalir ke Anda.
Uang dari mana itu? Menyimpannya di mana? Bagi polisi, mudah sekali melacak uang larinya ke mana. Kalau mau tahu aliran dana dari Ferry, silakan saja dibuka. Insya Allah tidak ada kaitannya dengan kepentingan saya.
Uang itu disebut-sebut untuk modal Anda ikut konvensi di Partai Demokrat....
Kontrak Ferry dengan mitranya itu diteken pada Juli 2013. Kala itu, belum ada tanda-tanda saya ikut konvensi. Saya tidak tahu. Kok, ini dikaitkan dengan jalan politik saya? Semoga itu bagian dari doa kepada saya. Terima kasih kalau mengaitkan saya dengan kasus ini.
Anda rajin berkampanye dengan membuat "Gerakan AMM Berdedikasi", memasang iklan di televisi, dan memasang billboard besar di sejumlah daerah. Dari mana sumber dananya?
Saya Ketua Umum ISNU. Relawan saya banyak. Saya banyak teman. Billboard itu saya juga tidak tahu siapa yang pasang. Saya juga kaget tiba-tiba ada billboard sebesar itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo