Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BRAK.. brak.. brak.… Suara rolling door yang ditarik dan kemudian ditutup dengan keras terdengar dari loronglorong pusat penampungan pedagang Harco Glodok, Kota, Jakarta. Siang itu, Selasa pekan lalu, dengan terburuburu para pedagang menutup kios mereka. Lalu pedagang berkerumun di depan toko masingmasing.
Suasana tegang. Sorot mata para pedagang dengan tajam mengawasi setiap orang yang lewat. Seorang pedagang wanita menghardik beberapa pria yang sedang duduk. ”Ini lelaki hanya duduk saja. Awasin tuh pintu di sana,” kata wanita itu menunjuk sebuah pintu masuk ke kompleks Harco. ”Katanya ada razia. Sekarang kan sedang ramai masalah pornografi,” kata wanita tersebut kepada Tempo.
Lima belas menit berlalu, razia itu ternyata hanya isapan jempol. ”Buka.. buka.. buka...,” seruan sejumlah pedagang bergema kembali. Dalam hitungan detik, rolling door terbuka. Meja kayu untuk berjualan dengan cepat dijajarkan di loronglorong. Lalu, ratusan keping VCD (video compact disc) bajakan, termasuk VCD porno—dengan sampul ratarata perempuan berbaju minim atau bugil—mulai bermunculan kembali. Bisnis VCD porno berjalan lagi.
Razia terhadap barangbarang berbau pornografi, yang gencar dilakukan aparat Polda Metro Jaya selama tiga pekan terakhir, memang berimbas terhadap para pedagang VCD porno di Glodok. Kawasan ini bisa disebut sebagai ”surga” para pemburu VCD porno. ”Mereka itu selalu grubakgrubuk kalau mendengar ada isu razia,” ujar seorang satpam Harco Glodok kepada Tempo.
Pada 2 hingga 5 Februari lalu, jajaran Polda Metro Jaya merazia pedagang VCD ilegal di seantero Jakarta. Dari operasi ini aparat menyita sekitar 400 ribu keping VCD porno dan sekitar 1.800 keping DVD (digital video disc) porno. Razia serupa juga dilakukan Polsek Taman Sari, Jakarta Barat, 26 Januari lalu. Ketika itu aparat menangkap dua pedagang VCD porno di kawasan Pinangsia Raya, Glodok. Dari keduanya polisi menyita 540 keping VCD porno beraneka judul, seperti Sexy Babes, Teens with THS, Asian Any Where Making Love, dan Indian XXX Girl. ”Ini sudah kontinu kami laksanakan,” kata Kepala Kepolisian Sektor Tamansari, Jakarta Barat, Komisaris Polisi Mochamad Budi Sa’arin.
Selain di Glodok, penjaja VCD porno bisa ditemui hampir di semua kawasan pertokoan atau pasar di Jakarta, seperti Blok M, Pasar Kebayoran Baru, atau di Pasar Tanahabang. Sampai kini, yang paling banyak diminati konsumen adalah ”VCD Barat”, film porno dengan pemain pria dan wanita bule. Film biru yang kini sedang laris di pasaran adalah Heaven—yang sampulnya bergambar wanita berambut pirang bugil plus adegan priawanita berhubungan intim dengan berbagai pose—dan Kamasutra. Pembeli VCD seperti ini, ujar pedagang di Blok M, kebanyakan pria dewasa. ”Kalau anak sekolah, saya tidak mau melayani,” katanya. Pedagang ini mengaku membeli VCD itu dari Glodok.
VCD lokal—dengan bintang Indonesia—termasuk barang langka. Tetapi, sekali muncul, VCD jenis ini biasanya laris manis. Padahal harga per kepingnya cukup mahal, Rp 50 ribu. ”Tapi setelah itu langsung hilang, tidak ada lagi,” ujar seorang pedagang di Harco. Salah satu VCD lokal yang paling laris adalah Bandung Lautan Asmara, VCD menghebohkan yang menggambarkan hubungan intim—dengan berbagai pose—sepasang mahasiswa dan mahasiswi asal Bandung.
Di pasaran, harga jual VCD porno dengan bintang priawanita asal India, Cina, Negro, atau Jepang sama saja. Ratarata Rp 10 ribu per keping. Harga itu menjadi dua kalinya jika dalam bentuk DVD. Tapi, di beberapa tempat, apalagi jika pandai menawar, harga bisa melorot tajam. Tiga VCD porno dibeli dengan harga Rp 10 ribu. Para pedagang sendiri membeli VCD itu Rp 1.250 per kepingnya dan, jika membeli di atas 500 keping, harga bisa turun menjadi Rp 1.000 per VCD.
Seperti di Jakarta, di Surabaya VCD porno juga bisa dicari dengan gampang, antara lain di kawasan Pasar Gentengkali. Hampir semua pedagang di situ memiliki stok VCD porno. ”Ambilnya juga dari pengepul yang sama,” ujar Nadhar, seorang pedagang di situ. Sehari, kata Nadhar, ia bisa menjual sepuluh hingga 50 keping VCD. Nadhar sendiri berupaya tetap menjual VCD itu per kepingnya Rp 10 ribu sehingga bisa meraup untung besar.
Aparat kepolisian Surabaya bukannya tak berbuat apaapa terhadap penjualan VCD porno ini. Beberapa kali razia dilakukan. Toh, kemudian film biru itu muncul lagi di lapaklapak.
Lis Yuliawati, Dewi Rahmarini (Jakarta), Rohman Taufiq (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo