Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Menunggu Tertangkap Tangan

13 Februari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INGAR bingar musik keras membahana di ruang hiburan seluas dua kali lapangan basket. Lampu kerlapkerlip menyirami pengunjung. Di tengah ruang ada meja bar berbentuk melingkar, di tengahnya pelayan bar siap melayani tamu yang memesan minuman. Banyak pengunjung yang memilih duduk di pinggir bar ini. Ada yang ngobrol sambil berteriak karena mengimbangi kerasnya suara musik. Ada pula yang berjoget dengan goyangan pelanpelan. Itulah suasana sebuah diskotek yang terletak di sebuah ruas jalan protokol di Jakarta Pusat.

Menjelang pukul 22.00 WIB, suasana langsung berubah makin ramai saat delapan wanita berbikini muncul di atas bar sementara tubuh mereka berlengganglenggok mengikuti musik. Sesekali dua wanita tiduran dan melakukan adegan orang bersenggama. Aksi ini langsung disambut sorak pengunjung. Sexy dance’s, itulah nama acara yang biasanya selesai lepas tengah malam.

Sexy dance’s masih disebut sopan jika dibanding ”tarian” serupa yang digelar di sebuah diskotek tak jauh dari diskotek yang menggelar tarian itu. Di diskotek yang menyatu dengan sebuah hotel berbintang itu, tiga penari muncul dengan baju tipis tembus pandang. Mereka rajin mendatangi pengunjung sambil memperagakan tarian yang menggoda.

Di kawasan kota bahkan lebih edan lagi. Sejumlah karaoke menyediakan penari telanjang. Para penari ini ada yang berasal dari Cina, Rusia, atau Uzbekistan. Di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, ada sebuah tempat permainan biliar yang juga kerap menggelar pertunjukan semacam ini dengan nama choreo dancer. Manajer pertunjukan itu, Jessie, mengaku tak takut dirazia. ”Kami menggelar pertunjukan sama seperti yang ada di televisi,” katanya.

Penari porno—atau tarian porno—juga bisa ditemui di sejumlah tempat hiburan di Jakarta Selatan atau bahkan pinggiran Jakarta seperti Tangerang dan Bekasi. Setahun silam, misalnya, polisi pernah menggerebek tempat hiburan semacam ini di sebuah tempat karaoke, Golden Belt, di Pinangsia, Tangerang. Di sini polisi mencokok dua penari telanjang yang sedang megalmegol di depan dua pria asal Korea.

Polisi bukannya tutup mata terhadap pertunjukan porno—kini kerap disebut pornoaksi—yang diamdiam tumbuh subur. Menurut Kepala Divisi Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Ketut Untung Yoga Ana, untuk mengungkap kasus pornoaksi itu bukan perkara gampang. ”Harus tertangkap tangan saat itu juga,” katanya. Jika tidak begitu, polisi tak bisa bertindak.

Kendati demikian, kata Ketut, bukan berarti polisi membiarkan adanya pornoaksi. ”Hanya saja kami sedang fokus dulu dengan media porno itu,” ujarnya.

Nurlis E. Meuko, Suseno, dan Ramidi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus