Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Setelah Ibu Negara Meradang

13 Februari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERALAMAT di Jalan Haji Samali 33 A, Kalibata, Jakarta Selatan, gedung satu lantai itu benarbenar jauh dari kesan sebuah kantor. Tak ada sepotong papan nama pun terpasang. Dindingnya berwarna biru kusam. Beberapa sepeda motor terlihat parkir di halaman depan gedung yang berdiri di atas lahan sekitar 150 meter persegi tanpa pagar itu.

Meski lebih mirip rumah tinggal, di sinilah tabloid Exotica diracik. Setiap tamu yang berkunjung ke kantor media ini akan diterima di garasi yang telah disulap menjadi ruang tamu. Di sini diletakkan sebuah meja untuk resepsionis berikut satu set kursi di atas lantai berkarpet plastik.

Bagian dalam rumah telah disekatsekat menjadi beberapa ruang kerja. Ada untuk pemimpin redaksi, ruang redaksi, dan administrasi. Sebuah ruang di belakang garasi juga disulap menjadi tempat pemotretan. Di situ ada payung reflektor dan sebuah layar. Di pojok ruang pemotretan itu ada sebuah kasur yang tampak kumal.

Ketika Tempo berkunjung, Kamis siang pekan lalu, tampak dua perempuan sedang menunggu giliran dipotret. Salah satunya mengaku bernama Angelina. Angelina mengaku masih kuliah di sebuah perguruan tinggi dan sudah kerap muncul di sampul muka beberapa tabloid. Untuk sekali muncul dengan posepose hot di tabloid ia mengaku mendapat honor Rp 500 ribu. Kali ini ia akan berpose untuk sampul muka Exotica.

Namun, sampai Tempo pulang, pemotretan belum berlangsung. Fuad Rohimi, pemimpin redaksi tabloid itu, mengaku pemotretan tak bisa dilakukan. Soalnya, tabloidnya sedang tertimpa masalah dan tak bisa terbit. Bahkan dirinya harus berurusan dengan polisi lantaran ia dituduh menerbitkan media yang dikategorikan porno.

Pekan silam, polisi memang menggerebek percetakan yang baru saja mencetak Exotica. Dari percetakan di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur, polisi mengangkut ribuan eksemplar Exotica yang siap edar. Sejak itulah tabloid yang terbit sejak 2003 dan ratarata dicetak sekitar 50 ribu eksemplar itu berhenti mengunjungi pelanggannya.

Polisi di DKI Jakarta sejak awal bulan ini memang gencar menertibkan penerbitan yang bernuansa porno. Selain Exotica ada puluhan majalah dan tabloid yang ”digulung” polisi, seperti Lipstik, Dugem, Boss, Pop, Lelaki, Popular, Matra, dan For Him Magazine.

Sampai Kamis pekan lalu, polisi telah menetapkan tersangka lebih dari seratus orang. ”Mereka bukan hanya pengedar, tapi juga distributornya, ataupun yang menjadi model,” kata Inspektur Jenderal Firman Gani, Kepala Polda Metro Jaya. Menurut Firman, kejahatan kesusilaan melanggar Pasal 281, 282, dan 283 Kitab UndangUndang Hukum Pidana. Ancaman hukumannya bisa mencapai tiga tahun penjara.

Upaya kepolisian itu mendapat dukungan dari pemerintah. Menteri Komunikasi dan Informasi Sofyan Djalil mengatakan, operasi penertiban yang dilakukan jajaran kepolisian itu sangat penting. ”Sebab, sekarang industri pornografi berkembang pesat di Tanah Air,” kata Sofyan.

Maraknya mediamedia ”syur” semacam ini sebenarnya sudah cukup lama, sejak 1998 seiring dengan dihapuskannya surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP). Saat itu, salah satu tabloid semacam itu yang paling laris adalah Pop. Oplahnya menembus angka 100 ribu lebih. Dua tahun lalu, Pop berhenti terbit. ”Saya jenuh,” kata Slamet Wiyono, pengelola Pop yang kini menerbitkan majalah musik.

Pasar yang ditinggal Pop itulah yang diserbu penerbit lain. Bahkan ada sejumlah penerbit yang bertindak sebagai penghubung antara pembaca dan model wanita yang tampil di medianya. Caranya, selain menampilkan model yang setengah telanjang, juga dilengkapi nomor telepon selulernya. Cuma nomornya tidak lengkap, karena di ujungnya selalu berakhir xxx. Nah, yang kebelet lantas menghubungi pengelola media itu.

Belakangan, grup penerbitan seperti Jawa Pos ikut berkecimpung dalam media ”syur” itu. Mereka menerbitkan tabloid Lelaki. Kantor tabloid ini pun berada dalam markas Jawa Pos di Graha Pena, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Menurut pengelola Lelaki, Usman Rizal, Lelaki, yang sampulnya perempuan dengan pose ”menantang” dan dandanan minim, muncul karena tuntutan pasar. ”Semakin dibuka, maka akan semakin laku,” katanya.

Pasar penggemar foto perempuan dengan posepose beginilah yang menjadi sasaran penerbit. Tak mengherankan kalau majalah Playboy melirik pasar ini dan berniat menerbitkan edisi Indonesianya pada April mendatang. Rencana penerbitan majalah itu dengan sertamerta memancing prokontra. Sejumlah kalangan unjuk rasa meminta pemerintah turun tangan menghentikan rencana penerbitan majalah yang pertama kali terbit di Amerika pada 1953 itu.

Ibu Negara Ani Yudhoyono juga menentang rencana penerbitan Playboy. Bahkan ia meminta media semacam ini ditertibkan. Suara ibu presiden ini rupanya mujarab. Aparat kepolisian pun bertindak. Razia dilakukan di manamana. Sejak pekan lalu, tabloidtabloid porno hilang dari pasaran. Di kioskios di Blok M yang biasanya banyak tergantung tabloid panas, sekarang sepi.

Pedagang Blok M mengaku takut terkena razia. ”Dalam seminggu ini saja sudah dua kali razia,” kata Harianja, pedagang koran di kompleks terminal bus Blok M. Tempo yang menelusuri lapak koran di Blok M tak menemukan lagi mediamedia dengan gambar perempuan bugil atau setengah bugil. ”Saya tak menjualnya lagi,” kata Saripudin, seorang pedagang koran. Hal yang sama dilakukan para pemilik kios koran di kawasan lainnya, seperti di Jalan Cinere Raya atau Depok.

Para penerbit media jenis ini pun banyak yang tiarap. Ada yang berhenti terbit untuk sementara, seperti tabloid Exotica tadi. Sedangkan tabloid Lelaki memilih banting setir, menerbitkan tabloid untuk segmen pria, tetapi yang rada sopan. Lelaki membuang gambar wanita berpose ”menantang”.

Bahkan, penerbit majalah Ehm, yang tak termasuk dalam daftar tabloid dan majalah yang terkena razia Polda Metro Jaya, berencana mengubah format. Dari segi isi, majalah setebal 132 halaman ini tadinya tak jauh beda dengan tabloid dan majalah yang dirazia polisi. Tema utama majalah ini menyangkut soal seks dengan menampilkan foto model dengan pose merangsang.

Setelah ada razia itulah, majalah yang berkantor di lantai dua gedung Nariba Dua, Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan, mengubah format menjadi majalah lelaki yang sopan. ”Itu bukan lantaran takut,” kata Arsi Iradiawan, Pemimpin Redaksi Ehm. ”Sikap ini untuk tidak lebih memperkeruh suasana. Jika pun dipanggil polisi kami juga siap,” kata Arsi.

Beberapa penerbit yakin penertiban yang dilakukan polisi hanya berlangsung beberapa bulan saja. Bisa jadi karena anggapan itu sejumlah anggota Komisi VIII DPR, yang antara lain membidangi masalah perempuan dan agama, mendatangi Polda Metro Jaya. Mereka meminta polisi konsisten menertibkan pornografi. ”Razia terusmenerus agar berdampak efek jera,” kata Agung Sasongko, salah seorang anggota Dewan.

Menurut Slamet Wiyono, mantan Pemimpin Redaksi Pop, mengelola tabloid ”esekesek” seperti melawan hati nurani. ”Batin tak tenang. Setiap hari saya harus ke Mabes Polri dan Polda Metro,” katanya. Tapi, untuk keperluan apa Slamet ke kantor polisi, ia emoh menjelaskannya.

Perasaan yang sama juga diutarakan Fuad Rohimi, pengelola Exotica. Bahkan Usman Rizal menyatakan emoh membawa tabloid Lelaki hasil karyanya itu, yang juga sumber nafkahnya, ke rumah. ”Saya tak berani membawa pulang tabloid Lelaki ke rumah, takut dibaca anak dan istri,” katanya. Lo, apa selama ini ia kira pembeli tabloidnya tak punya anak dan istri di rumahnya?

Nurlis E. Meuko, Ramidi, Mustafa Moses, dan Olivia Kristina Sinaga


Memberangus Pornografi

APARAT Kepolisian Daerah Metro Jaya giat merazia pornografi pada 57 Februari. Ribuan barang bukti bertumpuk di Markas Polda. Inilah data yang dihimpun Tempo dari Polda Metro Jaya menyangkut kasus pornografi dan media yang disita:

Tersangka: 105 orang

Ditahan: 15 orang

Barang bukti :

  • DVD : 1.874 keping
  • VCD : 405.583 keping
  • Koran : 36.270 eks.
  • Majalah : 337 eks.
  • Buku/Novel : 105 judul

Tabloid: Lipstik, Metropolis, Girls, Buah Bibir, Top, Expose, Lelaki, Prahara, Online, Exotica, Dugem, Bos, Playboy, Goyang, Exo, Asmara

Majalah: Matra, Magazine, Popular, Male Emporium, For Him Magazine, Ranjang, Romeo, Oke, Maxim

Sumber: Data Polda Metro Jaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus