Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEPINTAS dua eksemplar koran harian Republika edisi 7 November 2002 itu sama persis. Dari layout hingga materi beritanya sama. Yang membedakan hanya iklan yang terselip di pojok kanan bawah halaman delapan.
Pada arsip yang dimiliki redaksi Republika, di sudut halaman koran itu terpasang iklan umrah. Sementara itu, di edisi koran yang ditemukan penyidik, terpasang iklan pengumuman lelang pembelian alat-alat produksi dan suku cadang oleh TVRI.
Polisi menyebut ada dua versi koran yang dicetak. Menurut Direktur Tindak Pidana Korupsi Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Brigadir Jenderal Yose Rizal, koran ”edisi khusus” itu diduga dicetak di percetakan yang sama. Ini, kata Yose, modus yang sengaja dirancang tersangka. ”Agar pengumuman lelang itu tidak diketahui masyarakat,” ujarnya. Koran khusus ini untuk bukti agar lelang tersebut dianggap sah karena sudah diumumkan di media.
Barang bukti ”koran khusus” itu ditemukan penyidik saat memeriksa tersangka dan para saksi. Para tersangka berdalih proses lelang pengadaan telah sesuai dengan ketentuan karena telah diumumkan di media massa. ”Mereka menyodorkan koran ini,” ujar Yose. Polisi kemudian membandingkan dengan arsip koran yang sama di redaksi Republika. Eh, ternyata ditemukan kejanggalan itu. Sama edisinya, lain isi iklannya.
Menurut Yose, tersangka mengaku hanya mencetak 50 eksemplar. Polisi pun baru menemukan satu eksemplar sebagai barang bukti. Dengan cara ini, memang akhirnya tidak ada perusahaan yang mengajukan penawaran lelang. Kecuali, ya, rekanan yang ditunjuk itu: PT Ilir Kama Guna milik Linda Rita. Kendati menemukan bukti seperti ini, polisi belum mendalami perihal siapa pencetak atau percetakan mana yang melakukan itu. ”Itu masalah lain dari kasus Sumita,” ujarnya.
Wakil Pemimpin Redaksi Harian Republika Nasihin Masha membantah jika dikatakan Republika memperoleh order pemuatan iklan lelang TVRI. Menurut Nasihin, pada 2003 polisi memang pernah datang ke Republika membawa contoh koran yang memuat iklan lelang pengadaan alat TVRI. Setelah dicocokkan dengan edisi hari yang sama, ternyata isinya berbeda.
Sejumlah perbedaan lain juga terlihat. Misalnya, jenis kertas antara vel iklan lelang dan vel lainnya. ”Jika disatukan, kelihatan bedanya,” katanya. Potongan kertas di bagian ujung koran yang dibawa polisi juga tidak tampak bergerigi. Padahal kertas cetakan harian Republika bergerigi. Lubang jarum yang biasa terdapat dalam cetakan koran posisinya juga tidak sama. ”Kami menganggapnya ini pemalsuan,” ucap Nasihin.
Nasihin membantah kalau disebutkan Republika mencetak edisi terbatas. Menurut dia, pelat dan film yang digunakan mencetak korannya langsung dimusnahkan. Dengan adanya kasus ini, kata Nasihin, Republika menjadi korban. ”Jadi, jika polisi menyebut Republika mencetak terbatas, itu fitnah,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo