Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Murid Durhaka

Kiai Ya'qub, 50, guru ngaji dan pimpinan dakwah Islamiyah di Karanganyar, Probolinggo, ketika sedang mengimami sembahyang, diseret dan disiksa oleh beberapa pemuda, bekas muridnya.(krim)

8 Juni 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TRAGEDI Khalifah Umar bin Khattab, yang terbunuh saat memimpin salat, nyaris terulang di Desa Kedung Rejoso, Jawa Timur. Kali ini sasarannya Kiai Ya'qub, 50, guru mengaji yang menjadi pimpinan Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) Kecamatan Karanganyar, Probolinggo. Ketika itu Pak Kiai memimpin sembahyang magrib di musala, tak berapa jauh dan rumahnya. Maklum, sedang khusyuk, tak seorang pun menyadari kehadiran dua pria berkerudung sarung saat hari mulai gelap itu. Pada saat Ya'qub dalam posisi duduk terakhir, pertanda sembahyang hampir usai, lehernya tiba-tiba dikalungi tali yang biasa digunakan menjerat sapi. Ya'qub lalu diseret ke luar musala. Di sana, sudah menanti tiga lelaki lain, yang kemudian melanjutkan menyeret dan menganiaya korban. Orang-orang yang sembahyang di belakang Ya'qub begitu terkesima sehingga tak sempat bereaksi. "Kami hanya bisa tertegun menyaksikan Pak Kiai dijerat dan diseret," ujar Tohir, 30, salah seorang makmum. Untung, ada Rokyah, 60, mertua Ya'qub. Melihat menantunya diseret seperti kambing, wanita itu berteriak sejadi-jadinya. Tak lama muncul Pak Lurah dan Mas'udi, tetangga Ya'qub. Dan kelima lelaki yang menganiaya dan sempat menyeret korban sejauh 50 meter itu pun lari tunggang langgang. Motif percobaan pembunuhan yang terjadi pertengahan Mei lalu itu, sampai kini, belum jelas. Tapi dua dari lima orang tersangka, pekan lalu, telah ditangkap. "Mereka sedang terus kami periksa," ujar sumber di Polres Probolinggo. Ya'qub sendiri, yang lolos dari maut, kini masih dirawat di rumah sakit Waluyo Jati di Kraksaan. Ia mengalami luka cukup parah. Wajah, termasuk hidung dan mulutnya, terbesot. Leher memar serta tangan, kaki, dada, dan pinggang penuh luka. Si pelaku, ternyata, pemuda desa itu juga yang membuat Ya'qub terheran-heran. "Mereka sebelumnya begitu baik. Buat apa mereka mau membunuh saya?" ujar Ya'qub dengan suara lemah. Arifin, 20, dan Satruki, 18, yang kini ditahan, memang terkadang datang ke rumah Ya'qub untuk mengaji. Juga tiga tersangka, yang kini buron, boleh dibilang murid Ya'qub. Al Rasyid, tokoh masyarakat di Kraksaan, menolak anggapan bahwa percobaan pembunuhan itu bermotif politis. "Itu perbuatan kriminal murni," ujarnya kepada TEMPO. Agaknya memang begitu. Sumber TEMPO menyatakan bahwa Arifin berniat menghabisi gurunya karena menganggap Ya'qub tukang santet. Itu gara-gara kakak wanitanya sakit dan tak sembuh-sembuh juga. Padahal, di desa tersebut, penyakit TBC, yang sering membawa kematian, merupakan jenis penyakit yang "akrab" dengan penduduk. Dan Ya'qub hanya bisa angkat bahu saat diberi tahu bahwa dirinya coba dibunuh karena dituduh tukang santet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus