RIFARDI Sukarno Putro sebenarnya bisa tak jadi tewas. Namun, nahasnya, cara pertolongan darurat tak dilakukan dengan tepat. Sehingga, obat penangkal overdosis bekerja lebih lambat dari sang maut yang menjemputnya di rumah artis Ria Irawan. Hasil pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik Markas Besar Kepolisian RI yang diumumkan pekan silam ternyata menunjukkan bukan heroin dan kokain saja yang terkandung dalam cairan organ tubuh "pengusaha" berusia 22 tahun yang biasa dipanggil Aldi itu. Tapi juga naloxone. Zat tersebut biasa digunakan untuk pertolongan darurat bagi korban overdosis heroin. Sifat senyawanya membantu melancarkan pernapasan yang tercekik akibat racun narkotik. Dalam prosedur pertolongan yang lazim, naloxone disuntikkan ke tubuh korban. Namun, dilihat dari hasil pemeriksaan otopsi yang tak menemukan bekas suntikan pada tubuh Aldi, bisa jadi zat ini tak masuk lewat injeksi. Apalagi, ditemukannya di lambung. Dipastikan obat ini diminumkan ke Aldi. Menurut sumber TEMPO di Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bisa saja naloxone diminumkan. Tapi, karena sebelum masuk ke darah harus lewat lambung dan empedu lebih dulu, daya kerjanya jauh lebih lambat daripada dengan cara disuntikkan. Sehingga tak berarti banyak dalam menyelamatkan nyawa Aldi, yang tahun ini bakal menjadi ayah itu. Penemuan ini membuktikan ada usaha menolong Aldi yang sekarat. Siapa yang meminumkan -- Ria atau "orang lain" -- saat itu, mestinya menjadi pertanyaan polisi saat ini. Sehingga, tabir misteri kematian Aldi bisa dikuak sedikit demi sedikit. Sementara ini, yang diketahui hanyalah: tiga minggu lalu, Aldi berada di rumah Ria, Jalan Anggrek C-28, Lebak Lestari, Jakarta Selatan, sejak sekitar pukul 8 malam. Dua setengah jam kemudian ia pulang ke rumah istrinya di bilangan Pondok Indah -- hanya sekitar 2,5 kilometer dari rumah Ria. Hanya kira-kira sepuluh menit, ia pun pergi lagi. Entah ke mana. Yang pasti, sekitar pukul 2 dini hari, sepulang mengantar juru rias Anna, Ria dan pacarnya, Rizal Mantovani, menemukan Aldi kembali di ruang tamu hanya berkaus oblong dan celana dalam. Air mukanya kosong, dan kemudian main organ (bukan piano). Ria menemaninya sebelum akhirnya menyusul Rizal tidur. Esok paginya, Aldi ditemukan tergeletak tewas. Busa dan cairan warna merah keluar dari mulutnya. Polisi menyatakan Aldi tewas akibat overdosis. Pusat Laboratorium Forensik yang memeriksa cairan tubuh korban menemukan unsur heroin dan kokain. Tanda-tanda keracunan heroin dapat dilihat dari besarnya cyclobarbital (99 persen) dalam darah dan empedu. Sedangkan pada cairan lambung korban didapati monoacetyl morphine, acetyl codein, dan codein, yang merupakan petunjuk pemakaian kokain. Polisi tak menegaskan dipakainya obat keras Ecstasy oleh korban sebelum meninggal. Namun, ini wajar saja. Karena kokain sendiri merupakan unsur utama pembentuk Inex (panggilan "sayang" buat obat asal Belanda dan Italia itu). Dalam setiap 5 miligramnya, terkandung 1,2 mg kokain. Ditemukannya naloxone di samping zat-zat tersebut di satu pihak bisa saja membenarkan keyakinan beberapa sumber TEMPO yang memakai Inex: kematian Aldi tak disengaja. Semata-mata lantaran kecerobohan Aldi sendiri dalam menentukan takaran, sehingga overdosis dan "terbang untuk selama-lamanya". Kecerobohan Aldi ini sendiri, menurut mereka, sukar dimengerti, karena di kalangan mereka pun sebenarnya banyak yang tahu, Aldi bukan orang baru. Tersedianya naloxone di rumah Ria malam itu menegaskan dugaan bahwa Ria "tahu benar", heroin -- cepat atau lambat -- akan dipakai, sehingga ia perlu menyiapkan obat itu. Pertanyaan yang berkisar adanya naloxone ini perlu dijelaskan Ria. Itu memang tak bakal mudah. Sebab, sampai saat ini, di bawah bayangan ancaman pelanggaran Undang-Undang Narkotika, Ria tetap mungkir memiliki barang yang menurut polisi disita dari rumah dan tasnya. Kecuali tentang sebuah piring kecil yang diperintahkan Ria untuk dibuang Sutiman dan Syamsudin, dua kru sinetron Lika-Liku Laki-Laki yang menjemputnya pagi itu. Piring ini diduga tempat serbuk heroin dan kokain yang di-snore (disedot melalui hidung) oleh Aldi. Namun, soal obat keras dan heroin yang ditemukan dalam tasnya, Ria tetap menyangkal. "Itu bukan milik gue. Nggak tahu bagaimana caranya, bisa ada di tangan polisi," katanya kepada TEMPO dalam sebuah wawancara khusus, dua pekan lalu. Kekaburan ini agaknya malah mengarahkan polisi tidak hanya pada soal kematian Aldi, tapi juga timbul persangkaan terhadap Ria terlibat dengan jaringan pengedar narkotik. Bahkan, terbetik kabar, sejumlah perwira khusus reserse narkotik Mabes Polri diterjunkan untuk melakukan penelusuran ulang. Dan pekan lalu polisi mulai memeriksa kembali para saksi. Antara lain, dua saksi yang baru kali ini dipanggil: Hartono dan Mohammed Reza alias Rere. Keduanya termasuk orang pertama -- selain Rizal dan keluarga Ria -- yang tiba di tempat kejadian. Saat itu, Hartono sedang bersama Sutiman dan Syamsudin, dua kru sinetron yang turut menjadi tersangka karena menuruti perintah Ria membuang barang bukti piring bekas kokain. Namun, seperti pengakuan semula, ia tak sempat melihat langsung mayat Aldi karena hanya menunggu di mobil. Sedangkan Rere, yang dikenal sebagai penabuh drum grup musik Grass Rock, sebelumnya diketahui pernah "dekat" dengan Ria. Beberapa saat setelah mengetahui Aldi meninggal, Ria meneleponnya, mengabarkan kematian Aldi di rumahnya. Rere segera tiba dan diperkirakan pada saat itu ia mengetahui usaha pembuangan piring dan, mungkin, barang bukti lainnya. Tapi keterlibatan anak muda ini agaknya hanya sebatas saksi. Begitu juga dengan Rulliati, 21 tahun, istri Aldi. Seperti disaksikan Joewarno dari TEMPO, Sabtu siang silam, Ipunk -- begitu panggilannya -- yang saat itu mengenakan blus jins biru dan celana hitam, diperiksa di kantor Polisi Resor Jakarta Selatan. Jawabannya belum berubah: malam sebelum kejadian, Aldi datang sebentar lalu pamit pergi. Jalan kaki saja. Ipunk menyangka hanya mau jajan malam. Besoknya ia baru tahu dari polisi, suaminya tewas di rumah Ria Irawan, yang tak begitu dikenalnya. Soal pertengkaran hebat dengan sang suami sebelum pamit? Ipunk tetap membantahnya. Konon, belakangan ini ia diketahui sering berkonsultasi dengan Pengacara Denny Kailimang. Yang mengherankan, Mat Ali tak hadir lagi dalam pemeriksaan Sabtu lalu itu. Padahal, banyak pertanyaan penting yang bisa dijelaskan oleh penjaga rumah Ria ini. Karena Mat Ali yang seharusnya tahu betul, apa saja yang berlangsung di rumah Ria sejak Aldi datang hingga ditemukan lagi sudah sebagai mayat. Sejak peristiwa ini merebak di koran, Mat Ali seolah lenyap ditelan bumi. Tak sekalipun ia muncul. Pondokannya di samping gardu listrik di dalam kompleks Lebak Lestari bahkan sudah ditempati beberapa pekerja bangunan. Tak ada yang tahu di mana bujangan yang tak jelas asal-usulnya itu kini berada. Raibnya Mat Ali seperti menebalkan kembali selubung misteri kematian Aldi. Sementara itu, gosip masih berseliweran. Misalnya, ada info: sepulang mengantar Anna, Ria dan Rizal tak hanya putar-putar di kota, tapi menuju sebuah studio rekaman di bilangan Petojo, Jakarta Pusat. Malam itu ada yang melihat Ria menemui sekelompok orang. Tak jelas apa yang dibicarakan. Yang jelas, ia minta agar Rizal yang menunggu di ruang tamu, jangan sekali-sekali membicarakan soal pertemuannya itu pada orang lain. Benar-tidaknya mereka ke sana, wallahualam. Sebab, satpam bertubuh kekar yang piket pada malam kejadian itu mengaku tak tahu. Seingatnya, "Mbak Ria sudah sebulan ini tak pernah kelihatan di sini."Ivan Haris, Taufik T. Alwie, dan Rihad Wiranto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini