Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para warga Jalan Angke Barat, Tambora, Jakarta Barat, tak menyangka ada ibu dan anak yang ditemukan tewas di dalam toren. Korban adalah TSL dan anak perempuannya yang berinisial ES.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tetangga korban, Neng Yuliana, 39 tahun, mengatakan dirinya sempat bertemu dengan TSL enam hari sebelum mayatnya ditemukan. “Hari Sabtu, tanggal 1 dia ketemu saya. Dia sudah berpakaian rapi, bilangnya mau pulang kampung ke Jawa,” kata Neng yang mengaku sebagai staf RT setempat, saat ditemui, pada Ahad, 9 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua hari kemudian, Neng mendapatkan informasi bahwa tetangganya itu hilang. Kabar hilangnya TSL diterimanya melalui platform media sosial.
Ketua RT 05 Yanti juga mendapatkan informasi ada warganya yang hilang. Kabar orang hilang itu disampaikan anak kedua TSL, yaitu R.
Yanti mengatakan, R sempat mengabarkan bahwa ibunya hilang kepada tetangga. Namun, tetangga sekitar menyarankan agar R tidak buru-buru melaporkannya ke kepolisian. “Nanti juga ketemu,” kata Yanti.
Tanpa mengindahkan saran tetangganya, R melaporkan dugaan ibunya hilang ke polisi pada keesokan harinya. R pun membagikan informasi ibunya hilang melalui platform media sosial Instagram.
Yanti mengatakan, jasad TSL dan ES ditemukan sekitar pukul 23.30 WIB pada Kamis, 6 Maret 2025. R bersama personel Kepolisian Resor Jakarta Barat membuka paksa rumah ibunya. Mayat ibu dan anak itu ditemukan dalam penampungan air atau toren yang terletak di ruang tengah di lantai dasar kediaman TSL dan ES.
Pada saat memeriksa rumah korban, Yanti mengatakan polisi sempat meminta keterangan dari warga sekitar. “Ada mendengar jerit-jerit gak?” Kata Yanti menirukan pertanyaan polisi. Yanti mengatakan para warga sekitar tidak mendengar teriakan dari rumah korban.
Yanti dan warga sekitar memang mencium bau tak sedap di sekitar kediaman TSL. Bau itu dideskripsikan seperti aroma bangkai tikus. Kendati demikian, mereka tidak mengambil pusing karena sudah terbiasa dengan bau itu. Lingkungan sekitar rumah mereka dekat dengan got.
Menurut Neng dan Yanti, TSL tinggal bersama kedua anaknya. Korban dikenal sebagai sosok yang ramah dan terbuka dengan warga sekitar. Adapun ES, merupakan anak pertama TSL.
Tiga hari setelah kepolisian menemukan mayat keduanya, Neng mengatakan rumah TSL tidak pernah disambangi oleh kerabatnya. Kini rumah tersebut telah dipasang garis polisi yang menjuntai di bagian gerbang rumah TSL.
Rumah itu ditinggalkan dengan keadaan lampu masih menyala di area ruang tengah yang dapat terlihat dari luar. Terdapat beberapa potong pakaian yang masih tergantung di lantai dua dan tiga rumah. Pintu depan rumah TSL dibiarkan terbuka.
Hingga saat ini, pihak Polres Jakarta Barat masih menelusuri kasus penemuan mayat ibu dan anak ini. Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat, AKBP Arfan Zulkan Sipayung menduga kedua mayat itu merupakan korban pembunuhan. "Kami sudah lakukan olah TKP dan mengumpulkan bukti-bukti yang dapat mengungkap kasus ini," ujar Arfan.
Pilihan Editor: Kasasi Ditolak MA, KPK Bersiap Eksekusi Syahrul Yasin Limpo