Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo menyebutkan motif sementara peserta aksi demo yang mengibarkan bendera hitam di halaman gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Kabupaten Poso dan Lapangan Sintuwu Maroso hanya rasa simpati dan solidaritas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sementara itu motifnya. Mereka hanya tergerak mengibarkan bendera karena rasa simpati dan solidaritas," ujar Dedi melalui pesan pendek, Ahad, 28 Oktober 2018. Namun, ia tak menjelaskan lebih lanjut apakah rasa simpati dan solidaritas itu terkait dengan peristiwa pengibaran dan pembakaran bendera di Garut, Jawa Barat, atau tidak.
Peristiwa pengibaran bendera di Poso terjadi pada Jumat, 26 Oktober 2018, sekitar pukul 13.30 Wita. "Pada saat kegiatan penyampaian orasi di kantor DPRD Poso, salah satu peserta aksi secara spontan menurunkan bendera Merah Putih dan menggantinya dengan bendera kain hitam bertuliskan ‘lailahaillallah’. Begitupun di Lapangan Sintuwu Maroso," ujar Dedi.
Namun, selang beberapa menit, anggota keamanan melaporkan kejadian tersebut kepada Kepala Kepolisian Resor Poso yang saat itu juga berada di halaman gedung DPRD Kabupaten Poso. Mendengar adanya peristiwa itu, Kapolres Poso langsung memperingatkan massa untuk menurunkan bendera hitam bertuliskan lailahaillallah itu.
"Bendera pun langsung diturunkan oleh massa dan dinaikkan kembali bendera Merah Putih," kata Dedi. Aksi itu viral setelah video pengibaran bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid ramai beredar di media sosial.
Saat ini, Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah dan Polres Poso, kata Dedi, tengah mendalami kejadian tersebut dengan melaksanakan penyelidikan secara komprehensif.