Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Meski berpangkat brigadir satu dan berusia 29 tahun, Hasbudi memiliki rumah mewah dan kaya.
Dikenal sering menyumbang kepada warga sekitar rumah.
Mangkir dari tugas sejak 2021.
RUMAH tiga lantai itu mendadak ramai setelah hadirnya tim gabungan reserse Kepolisian Daerah Kalimantan Utara pada Sabtu, 30 April lalu. Sebagian di antara mereka mengawal seorang pria berkaus putih. Kedua tangannya menyatu di belakang pinggang dan terikat borgol. Pria itu, Brigadir Satu Hasbudi, digelandang ke kediamannya tak lama setelah diciduk di Bandar Udara Juwata, Tarakan, karena kasus tambang emas ilegal.
Rumah Hasbudi, 29 tahun, yang terletak di Kelurahan Karang Anyar Pantai, Tarakan Barat, itu tampak menonjol dibanding bangunan sekitar. Luas lahannya sekitar 500 meter persegi.
Pagar rumah berada di dua sisi dengan material kombinasi besi dan kayu. Sebuah konstruksi besi beratap tempered glass memayungi lintasan sepanjang sepuluh meter sejak pagar depan. Ada pula garasi yang mampu menampung empat mobil.
Baca: Sepak Terjang Polisi Kaya Aiptu Labora Sitorus
Kini rumah dan dua buah mobil Toyota Alphard dan Honda Civic di garasi tersegel pita berwarna kuning. Polisi menyita aset bangunan dan kendaraan itu untuk penyidikan tambang emas ilegal yang dikelola Hasbudi di Desa Sekatak, Kabupaten Bulungan. “Ada indikasi tindak pidana pencucian uang,” ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Khusus Polda Kalimantan Utara Ajun Komisaris Besar Hendy F. Kurniawan pada Kamis, 12 Mei lalu.
Hasbudi diciduk bersama empat rekannya saat akan bertolak dari Bandara Juwata. Dalam gelar perkara sehari setelah penangkapan dilakukan, anggota satuan Kepolisian Air Polda Kalimantan Utara itu dianggap bersalah lantaran mengelola bisnis tambang emas ilegal.
Polisi menduga sumber kekayaan Hasbudi tak hanya berasal dari bisnis tambang. Saat penggeledahan, mereka menemukan sejumlah dokumen transaksi baju bekas ilegal. Berdasarkan hasil koordinasi penyidikan dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai setempat, semua barang diangkut menggunakan 17 kontainer dari negeri jiran.
Semula polisi mensinyalir impor baju bekas itu sebagai sarana penyelundupan narkotik. Namun asumsi itu pupus karena tak terbukti. “Tidak ada narkotik,” ujar Hendy.
Briptu Hasbudi disebut kerap meninggalkan tugasnya sejak sibuk mengurus bisnis “sampingan”. Seorang personel Kepolisian Resor Tarakan mengatakan Hasbudi kerap mangkir dinas sejak 2021.
Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Utara Inspektur Jenderal Daniel Adityajaya tak membantah kabar ini. “Kami masih mendalami informasi itu. Jika terbukti, akan ada pemberhentian secara tidak hormat,” tuturnya.
Pengacara Hasbudi, Syafruddin, membantah tudingan polisi ihwal harta kekayaan kliennya. “Benar-tidaknya semua tudingan itu akan dilihat di pengadilan,” ucapnya.
Briptu Hasbudi lahir pada 1993. Sejak bergabung dengan Korps Tribrata, ia pernah mengukir karier di Satuan Intelijen dan Keamanan Kepolisian Resor Bulungan sebelum dimutasi ke satuan Kepolisian Air Polda Kalimantan Utara. Briptu Hasbudi pernah bergabung dengan tim penyelamatan kecelakaan speedboat pada 25 Juli 2017. Berbagai kegiatannya di dinas kepolisian kerap ia bagikan lewat akun Facebook miliknya.
Nama Hasbudi mulai dikenal secara luas pada pertengahan 2021 sejak didaulat menjadi Ketua Ikatan Pemuda Sulawesi Selatan (IPSS) dan Ketua Beladiri Kempo Indonesia Provinsi Kalimantan Utara. Anggota IPSS, Makbul S.E, mengenal Hasbudi sebagai sosok yang dermawan. “Kami sangat terkejut atas kejadian itu. Selama ini kami mengenal beliau sebagai orang yang berjiwa sosial dan suka membantu siapa pun,” ujarnya.
Ketua Rukun Tetangga 24 Kelurahan Karang Anyar Pantai, Kamal, mengaku tak begitu mengenal sosok Hasbudi yang memiliki tambang emas. Menurut dia, Hasbudi mulai menetap di wilayah itu sejak sekitar setahun lalu. Sebelumnya ia tinggal di kediaman orang tuanya di daerah Karang Rejo. “Orangnya baik, sering bagi-bagi makanan. Kalau Lebaran Haji bagi daging kurban untuk warga sini,” tuturnya, yang ikut mendampingi polisi saat penggeledahan rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo