Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Psikologi aristotles

Daniel n. robinson dalam bukunya "aristotle's psychology" menyebutkan prinsip psikologi aristotles sama dengan psikologi masa kini. dasar pikirannya mengacu pada etologi. membedah prinsip dikotomi.

14 Juli 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ARISTOTLES, filsuf dan ilmuwan dari masa Yunani Kuno, dalam sejarah psikologi dikenal sebagai bapak psikologi. Ia dianggap pemikir pertama yang melepaskan psikologi dari ilmu filsafat. Dalam berbagai manuskrip yang ditulisnya terungkap Aristotles sudah menganggap psikologi sebagai "ilmu jiwa", batasan yang secara umum dianggap berlaku sampai kini. Seperti banyak ilmu lain, psikologi lahir di masa Yunani Kuno, 500 tahun Sebelum Masehi. Pengertiannya dibangun dari gabungan kata psyche yang berarti napas kehidupan dan logos yang berarti pemikiran. Maka, psikologi adalah pemikiran tentang pencarian berbagai dasar aspek kehidupan. Inilah pengertian psikologi yang paling awal. Socrates dan Plato dua perintis ilmu filsafat Yunani Kuno, menempatkan psikologi sebagai bagian dari ilmu filsafat yang khusus membedah masalah kehidupan. Aristotles mengembangkannya lagi lebih khusus, bahwa prinsip kehidupan terletak pada jiwa di balik kenyataan fisis. Namun, rintisan Aristotles dalam psikologi modern dianggap cuma sekadar pencetus gagasan. Pengertian psikologi dalam pemikiran filsuf ini bukan "jiwa manusia" seperti batasan psikologi modern. Aristotles mengartikannya sebagai pencarian jiwa kehidupan semua benda hidup (pemikiran teleologis). Ia menunjuk tiga dorongan kehidupan: humane pada manusia, anima pada binatang, dan desakan vegetatif pada tumbuhan. Prinsip Aristotles itu baru sah mendasari psikologi setelah perintis filsafat modern Thomas Aquinas menyatukannya ke dalam pikiran-pikiran teologis. Aquinas memisahkan humane -- yang bisa dimasukkan ke dalam konteks ketuhanan -- dari dorongan kehidupan lainnya, yaitu anima dan desakan vegetatif. Maka, dorongan pada manusia ini (mengandung pengertian jiwa) menjadi perhatian sentral psikologi. Benarkah hanya itu prinsip psikologi Aristotles? Daniel N. Robinson, dalam bukunya Aristotle's Psychology, menyangsikan pendapat yang sudah umum itu. Ahli perilaku yang sekaligus ahli Kebudayaan Yunani Kuno ini berpendapat, prinsip-prinsip psikologi Aristotles belum seluruhnya dipahami. "Pikiran-pikiran Arsitotles luar biasa," tulis Robinson dalam buku yang baru saja terbit itu. "Dengan konteks Yunani Kuno, ia memahami psikologi seperti kita kini memahaminya." Hampir semua pandangan Aristotles tentang psikologi, menurut Robinson, adalah pandangan seorang psikolog dengan batasan masa kini. Awalnya Robinson bertanya-tanya, "Mengapa pemikiran-pemikiran yang religius tentang kehidupan di masa Yunani tidak membuahkan teologi?" Psikolog dari Columbia University Amerika Serikat ini tidak mendapat jawaban pada prinsip psikologi Platonik dan Sokratik. Sebab pemikiran-pemikiran ini bersifat didaktik, merupakan instruksi, atau ajaran. Dalam prinsip psikologi Aristotles, Robinson menemukan jawaban, mengapa teologi (monoteisme) tak lahir di masa Yunani. Bagi Aristotles, psyche adalah sekelompok fenomena kehidupan yang tidak nyata, tapi merupakan materi pemikiran yang bisa diungkapkan. Ia menganggap prinsip kehidupan yang terkandung dalam psyche berakar pada kebenaran natural. Pandangan inilah yang membuat kesimpulan Aristotles tidak bermuara ke pikiran-pikiran teologis, paham yang di titik akhirnya percaya pada keniscayaan. Robinson menganggap beberapa dasar pikiran Aristotles mengacu pada etologi, ilmu yang belum dikenal di masa Yunani -- baru dikukuhkan pada 1920, jauh setelah masa Aristotles. Dengan dasar ini, Aristotles menemukan prinsip pancaindera, yaitu jenis pencerapan (sensasi) yang melibatkan kegiatan saraf, seperti penciuman, penglihatan, perabaan, pengecapan, dan pendengaran. Etologi adalah ilmu mengamati perilaku binatang yang merupakan gabungan pengamatan lapangan dan penelitian laboratorium. Penelitiannya sebagian besar melibatkan banyak disiplin lain, seperti neuroanatomi, ekologi, dan biopsikologi. Banyak penelitian mutakhir dalam psikologi, menurut Robinson, kemudian mengacu ke etologi dan biopsikologi. Misalnya pembuktian: turun naiknya jumlah deposito senyawa otak (neurotransmiter) sangat mempengaruhi kondisi perasaan. Inilah dampak psikologis kegiataan neurologis yang membuat batas-batas psikiatri, neurologi, dan psikologi kini semakin tipis. Dengan penafsiran tajam, Robinson membedah pula prinsip humane Aristotles yang mengandung dikotomi: pikiran dan kehendak. Prinsip ini menentang pikiran Platonik yang percaya pada trikotomi: pikiran, kemauan, perasaan. Sekali lagi Robinson membuktikan kesamaan prinsip psikologi Aristotles dengan psikologi masa kini. Dikotomi Aristotles, kata Robinson, mengacu pada perbedaan persepsi (proses inderawi) dan pengertian (proses kognitif). Prinsipnya menunjukkan bahwa proses kejiwaan merupakan interaksi yang kompleks kedua kutub dikotomi itu. Kendati tak eksplisit dalam bahasa masa kini, Aristotles membahas perbedaan emosi dan motivasi. Dan juga kondisi kejiwaan yang merupakan hasil interaksinya, misalnya kecurigaan. Ketajaman pengamatan Aristotles, menurut Robinson, karena filsuf itu menempatkan psikologi sebagai ilmu natural. Sementara dewasa ini banyak teori psikologi yang mengacu pada perkembangan psikologi sendiri ternyata membaurkan persepsi dan proses kognitif. "Psikologi, sebagai ilmu natural, percaya bahwa kondisi kejiwaan adalah interaksi persepsi, proses belajar, dan memori," kata Robinson. Akhirnya ia mencatat, "Psikologi Aristotles adalah pandangan intelektualistis yang merupakan campuran catatan ilmu pengetahuan, pandangan, harapan, dan kepercayaan yang sangat kaya." Penafsirannya membutuhkan penggalian berulang-ulang. Bahkan sampai sekarang. Jim Supangkat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus