RASA cemburu memang sering berbuntut jelek dan berakhir dengan pembunuhan. Tapi yang dialami Masni, warga Desa Telaga, Kecamatan Punggelan, Banjarnegara, Jawa Tengah, terhitung tak biasa. Gara-gara cemburu terhadap suaminya Tuslam, yang diduganya "ada main" dengan Rommi, pemilik sawah tempat suaminya bekerja, anaknya menjadi korban. Bayi perempuannya, Roliah, 8 bulan, tewas karena racun Romini. Sudah sejak Mei lalu Masni mencemburui Tuslam dan Romini. Dia, katanya, kendati tak pernah menangkap basah pasangan itu berbuat intim, melihat kedua orang itu semakin akrab dan sering bercanda berduaan. "Mereka suka berjalan berduaan, saya pikir pasti nyeleweng," kata Masni. Apalagi belakangan, katanya lagi, suaminya itu sering pulang malam tanpa alasan jelas. Begitulah, pada Jumat pagi 19 Agustus, Masni, 26 tahun, pergi ke kali mau mencuci pakaian. Ketika ia melewati kerumunan ibu-ibu yang juga sedang mencuci, salah seorang menyapa, "Mau mencuci ke kali, ya," tanya orang itu. Masni, yang juga melihat Romini di antara ibu-ibu itu, menjawab ketus. "Ya, ke kali, mau mencuci sisa sperma." Romini, wanita montok yang berumur 27 tahun itu, menjadi merah padam disindir begitu. Sebab, tak sekali itu Masni menyindirnya. Sindiran di pagi itu dianggapnya sudah kelewatan, karena diucapkan Masni di depan umum, dengan kata-kata jorok pula. Tapi Romini diam saja. Ia hanya buru-buru pulang. Sesampai di rumah, ia segera mengambil racun babi yang tersimpan di dalam plastik pembungkus es. Berbekal racun satu sendok teh itu ia menyelinap lewat pintu belakang, ke rumah Masni, yang hanya berjarak 30 meter dari rumahnya. Racun itu ditaburkannya ke bakul nasi Masni. Tapi Romini salah duga. Sepulang dari kali, Masni ternyata tak segera makan. Ia malah buru-buru menyuapi anaknya, Roliah, yang menangis karena lapar. Masni memang merasakan sedikit pahit ketika ia mengunyah nasi itu, sebelum disuapkannya ke mulut Roliah. Tapi ia tak curiga. "Saya tak menduga itu rasa racun. Saya kira itu jagung atau beras busuk," cerita Masni. Roliah menelan nasi itu dengan lahap. Tapi belum sampai sepuluh suapan, bayi montok itu nangis. Tiba-tiba Roliah kejang-kejang dan disusul muntah. Mulutnya berbusa dan wajahnya membiru. Masni pun panik dan berteriak-teriak minta tolong. Sementara itu, perutnya sendiri mual. Ia lalu muntah dan pingsan. Pertolongan tetangga tak berarti banyak. Roliah mati di tempat itu, sementara Masni selamat setelah dirawat di puskesmas. Ketua Rukun Tetangga, Darmo Suwito, kaget setelah mencium nasi muntahan itu. Bau nasi itu tak asing baginya. Itulah racun babi, yang setahu dia hanya dimiliki Tuwarjo, suami Romini, di desa itu. Sebab, hanya Tuwarjo yang pernah meminta racun itu dari Diarto -- pamong desa yang memang bertugas menyimpan racun untuk memberantas babi hutan, luwak, dan tikus. Suwito semakin curiga setelah tahu bahwa belakangan ini Masni dan Romini memang tak akur. Pada malamnya, Suwito segera memeriksa Romini. Tanpa berbelit-belit, wanita itu mengaku. "Saya jengkel. Dia sering mengolok-olok saya di depan orang banyak," begitu alasan Romini. Dari pengakuan tadi, esoknya Rommi, yang berpendidikan SD kelas II dan belum dikaruniai anak itu, dijemput polisi. Kini Romini, yang konon tak tahu bahwa perbuatannya itu melawan hukum, ditahan di Polres Banjarnegara. Kepada polisi, ia mengaku hendak meracuni Masni. "Mengapa yang mati Roliah? Padahal, tujuan saya Masni," kata Romini, seperti ditirukan sumber polisi. Bukti-bukti telah dikirimkan ke Labkrim Polda Jawa Tengah untuk diteliti. "Kami tetap menunggu hasil Labkrim, apakah kematian Roliah disebabkan racun atau bukan," kata Wakil Kepala Polres Banjarnegara, Dewan Hefriadi. Benarkah "ada main" antara Tuslam dan Romini. Tuslam mengaku tak pernah punya pikiran atau niat menyeleweng dengan Romini. Wanita itu dan suaminya, kata Tuslam, masih ada hubungan famili dengannya. Mereka adalah tempat ia meminta bantuan jika kesulitan uang. "Saya ini memburuh di sawah mereka, mana beran saya nyeleweng dengan Romini," kata Tuslam mantap. Entah mempunyai dasar atau tidak rasa cemburu Masni, yang jelas kini anaknya yang tak berdosa menjadi korban. WY (Jakarta) dan I Made Suarjana (Yogya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini