Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hukum

Antre Bintang di Kantor Polisi

Terpilihnya Inspektur Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal menjadi pembicaraan di lingkup internal kepolisian. Menyodok calon lain.

14 Desember 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PETA jabatan untuk bintang tiga di Kepolisian RI berubah ketika nama Inspektur Jenderal Listyo Sigit Prabowo disetorkan ke Dewan Kepangkat-an dan Jabatan Tinggi (Wanjakti) Polri. Menurut kabar yang didengar dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Adrianus Meliala, semula posisi Kepala Badan Reserse Kriminal yang ditinggalkan Jenderal Idham Azis akan diisi Inspektur Jenderal Gatot Eddy Pramono, Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya. “Konstelasi berubah ketika nama Sigit masuk,” ujar Adrianus, Jumat, 13 Desember lalu.

Kepastian Sigit menjadi Kepala Bareskrim tertuang dalam telegram rahasia Kepala Polri tertanggal 6 Desember 2019. Di dalam telegram yang sama, tak ada nama Gatot. Walau begitu, kepada Tempo, seorang perwira tinggi Polri memastikan nama Gatot sudah selesai digodok Wanjakti dan bakal naik pangkat menjadi bintang tiga pada bulan ini atau pada Januari 2020.

Adrianus mendengar dari koleganya di kepolisian bahwa Gatot disiapkan untuk mengisi kursi Wakil Kepala Polri yang bakal ditinggalkan Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto pada akhir bulan ini karena pensiun. Adrianus tak heran jika kemudian Gatot mengisi posisi tersebut. “Saya salah satu dosen Gatot di PTIK. Dia pintar,” ucap Adrianus, yang juga bekas anggota Komisi Kepolisian Nasional.

Menurut Adrianus, pengisian pos Wakil Kepala Polri dan Kepala Bareskrim pasti setahu Istana. Kepala Polri, kata dia, membawa nama yang telah digodok di Wanjakti dan mengkonsultasikannya dengan Presiden, yang juga merangkap ketua tim penilai akhir pejabat eselon I.

Adrianus menduga nama Sigit mulus dibahas di Istana karena dia pernah menjadi ajudan Presiden Joko Widodo pada 2014-2016. Sebelumnya, Sigit menjabat Kepala Kepolisian Resor Kota Surakarta pada 2011 ketika Jokowi menjadi Wali Kota Solo. “Jadi, kalau Sigit menjadi Kepala Bareskrim, itu sudah garis tangan dia,” ujarnya.

Terpilihnya Sigit menjadi perbincangan di lingkup internal kepolisian. Ia menjadi perwira termuda yang pernah menjabat Kepala Bareskrim. Usianya 50 tahun. Sigit lulusan Akademi Kepolisian tahun 1991. “Promosi diberikan karena prestasi,” kata juru bicara Markas Besar Polri, Inspektur Jenderal Muhammad Iqbal, Kamis, 12 Desember lalu. 

•••

Pejabat baru Gubernur Akpol Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel (kanan) yang menggantikan Irjen Pol Anas Yusuf (kiri), mengucapkan sumpah jabatan pada upacara sertijab di Lapangan Bhayangkara Akpol, di Semarang, Jawa Tengah, 12 Juni 2017. Irjen Rycko Amelza Dahniel sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Sumut. ANTARA FOTO


NAIKNYA Jenderal Idham Azis sebagai Kepala Polri dan terpilihnya Komisaris Jenderal Condro Kirono, yang sebelumnya menjabat Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan, sebagai Komisaris PT Pertamina menyisakan dua jabatan kosong bagi bintang tiga. Sebagai penggantinya, Kepala Polri menunjuk Listyo Sigit Prabowo sebagai Kepala Bareskrim dan memilih Inspektur Jenderal Firli, yang sebelumnya menjabat Kepala Polda Sumatera Selatan, sebagai pengganti Condro. Firli kemudian diganti Inspektur Jenderal Agus Andrianto, Kepala Polda Sumatera Utara.

Tapi kasak-kusuk soal siapa yang bakal mengisi jabatan bintang tiga selanjutnya masih ramai. Selain kursi Wakil Kepala Polri yang kabarnya akan diisi Gatot Eddy Pramono, posisi Inspektur Pengawasan Umum sebentar lagi akan kosong. Pejabatnya, Komisaris Jenderal Moechgiyarto, genap berusia 58 tahun pada Mei mendatang.

Jabatan lain yang akan kosong adalah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Kepala BNPT Komisaris Jenderal Suhardi Alius juga akan pensiun pada Mei mendatang. Sedangkan Sekretaris Lemhannas Komisaris Jenderal Mochamad Iriawan akan memasuki masa pensiun pada Maret tahun depan.

Inspektur Jenderal Gatot Eddy./Dok. Polda Metro Jaya

Menurut narasumber di lingkaran perwira tinggi kepolisian, Jenderal Idham Azis tengah menyiapkan sejumlah perwira seangkatannya di Akademi Kepolisian 1988 untuk mengisi jabatan-jabatan kosong itu. Kepala Polda Bali Inspektur Jenderal Petrus Reinhard Golose, misalnya, diplot sebagai Kepala BNPT karena memiliki karier panjang dalam pemberantasan terorisme.

Idham juga dikabarkan menyiapkan penerima Adhi Makayasa 1988, Inspektur Jenderal Rycko Amelza Dahniel, sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisi-an. Saat ini Rycko menjabat Kepala Polda Jawa Tengah. Idham, Petrus, dan Rycko per-nah bertugas di Detasemen Khusus 88 Antiteror. Ketiganya mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa karena mengungkap bom Bali I.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Argo Yuwono mengatakan Kepala Polri tak sendirian memutuskan promosi para perwira tinggi. Ada Wanjakti yang meriung untuk memutuskan nama. Lagi pula, kata Argo, setiap polisi harus siap menerima penugasan sesuai dengan kebutuhan organisasi. “Rotasi itu adalah hal biasa di kepolisian,” ujarnya.

Argo mengatakan masa kerja Wanjakti bisa berlangsung berhari-hari. Saat menggodok nama calon Kepala Bareskrim, misalnya, dewan itu membutuhkan waktu sampai 36 hari. Selain menggodok nama calon Kepala Bareskrim, pada saat bersamaan Wanjakti memproses mutasi jabatan lain.

Adrianus Meliala/TEMPO/STR/M. Taufan Rengganis

Menurut Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S. Pane, proses pemilihan Kepala Bareskrim berlangsung panjang karena tarik-ulur soal usia Listyo Sigit Prabowo. Sigit juga belum pernah menjabat kepala polda tipe-A. “Usianya masih dianggap terlalu muda,” kata Neta, yang mendengar informasi ini dari koleganya di kepolisian. Kepala Bareskrim paling muda sebelumnya adalah Suhardi Alius, yang menjabat posisi itu pada usia 51 tahun, November 2013.

Neta juga menyebutkan faktor agama turut menghambat segera diumumkannya nama Sigit. Menurut dia, publik semestinya tak mempersoalkan agama seorang pejabat publik. Neta berpendapat agama seorang polisi tak terkait dengan kualitas pelayanan ke masyarakat.

Ini seperti yang terjadi di Banten. Sigit mengatakan sejumlah ulama sempat menolak kepemimpinannya di Polda Banten. Mereka tak mau kepala polisi beragama Katolik. Sigit menjawab penolakan itu dengan menemui satu per satu ulama dan pengasuh pondok pesantren di Banten. “Saya meyakinkan mereka bahwa saya bukan musuh,” ujar Sigit.

Sigit juga mendengar soal penolakan terhadap dirinya sebagai Kepala Bareskrim di lingkup internal kepolisian. Ia memaklumi reaksi tersebut. Sigit mengatakan kunci menjawab keraguan tersebut adalah menjalankan tugas dengan baik. Ia tak mau berpolemik. “Kalau masalah suka atau suka kan pasti selalu ada. Biarlah itu jadi motivasi saya,” katanya.

RIKY FERDIANTO

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus