Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Siskamling di selat phillip

Perompak di Selat Phillip semakin mengganas dan tercatat paling rawan. Kapal tanker berbendera siberia kena rompak, para tersangka tertangkap. (krim)

23 Maret 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEROMPAK bergolok masih menakutkan para pelaut yang melintasi Selat Phillip. Sebuah kapal tanker berbendera Liberia, belum lama ini, kena rompak di perairan sempit berbatu karang yang memisahkan wilayah Indonesia dengan Singapura itu. Harta para awak kapal dikuras. Sebelum menghilang dengan kapal motor, para perompak menggiring korbannya ke sebuah kamar di tanker itu, dan menguncinya dari luar. Delapan tersangka perompak pimpinan Arlis, 29, akhirnya tertangkap di pantai Belakang Padang. Sekarang mereka ditahan Polres Kepulauan Riau Barat di Pulau Batam. "Mereka sungguh membikin kita malu di mata internasional," kata kapolda Riau Brigjen G.V. Soedadi, Kamis pekan lalu, setelah menyaksikan sendiri tampang para tersangka. Kejengkelan Soedadi cukup beralasan. Sejak dulu Selat Phillip memang tak aman. Selama dua bulan terakhir, Januari-Februari lalu, menurut sumber TEMPO, di situ terjadi paling tidak 18 kali perompakan. Angka tersebut berarti separuh dari kasus yang terjadi tahun sebelumnya (1984) seperti disiarkan International Maritime Buereau (IMB). Badan yang berpusat di London itu memang menggolongkan Selat Phillip sebagai perairan "yang rawan dan gawat". Angka perompakan yang mereka catat adalah: pada 1983 terjadi 27 kasus, 1982 ada 38, dan pada 1981 ada 29. Bukan cuma IMB, asosiasi pemilik kapal dan serikat pelaut Jepang beberapa waktu lalu pernah mengadu pula bahwa Selat Phillip sangat tidak aman. Keluhan itu mereka sampaikan ke Departemen Perhubungan Jepang, yang kemudian - lewat saluran diplomatik - meneruskannya kepada pemerintah RI, Singapura, dan Malaysia. Orang Jepang patut mengemukakan keluhan semacam itu. Soalnya, menurut catatan Malacca Strait Council (MSC), dari sekitar 5.000 kapal yang melewati Selat Phillip setiap bulan, yang 80% adalah kapal Jepang atau yang disewa oleh Jepang. Dengan sendirinya, kapal merekalah yang paling banyak diganggu penyamun laut di situ. Arlis dan kawan-kawannya memang bukan satu-satunya kelompok perompak. Buktinya, tiga hari setelah mereka tertangkap, terjadi lagi perompakan terhadap kapal tanker Stolt - juga berbendera Liberia - di Karimun Kecil. Sewaktu diburu, kawanan itu bersembunyi di sekitar Pulau Batam. "Di sekitar itu ada 600 pulau kecil, sulit sekali menguber bila mereka sempat lari ke sana," ujar sumber TEMPO. Menurut sumber itu, paling tidak ada lima kelompok perompak yang saat ini masih mengganas di sana. Juli 1983, polisi berhasil menumpas sebuah kelompok perompak pimpinan Syamsul Rozy, yang ditakuti. Sebelum itu, bersenjata dua pistol dan pedang, mereka menyikat kapal tanker Pranedya Dzoitya. Selain menjarah barang milik awak kapal, mereka juga menggondol sebuah brankas berisi Rp 15 juta. Polisi, yang mengusut kasus itu, menemukan kelompok Syamsul sebagai pelakunya. Dibandingkan kapal penumpang atau kapal barang, tanker memang lebih sering disatroni. "Karena berat, tanker berlayar lebih lambat daripada kapal lain. Lagi pula, awak tanker lebih sedikit," kata sumber TEMPO. Untuk menangkal perompakan, di Selat Phillip dan perairan Pulau Batam umumnya, kini digiatkan siskamling antarpelaut di sana. Bila terjadi perompakan atau bencana lain, kapal yang melintasi perairan tersebut diminta membunyikan sirene. Kapal nelayan pun ikut membantu, dengan cara memberi kode dengan lampu senter. Karena gencarnya diperangi selama Maret ini, kabarnya, para penyamun laut itu banyak yang pulang kampung dan menghentikan keiatannya. Entah sampai kapan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus