Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Subversi kawat

Di beberapa tempat di bogor terjadi pencurian kawat listrik. padahal kawat aliran listrik sedang menyala. polisi belum berhasil menangkap pelakunya. pencurian ini bisa digolongkan kejahatan subversi.

29 April 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ALIRAN listrik di kompleks penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) di Jonggol, Bogor, tiba-tiba padam akibat korsluiting. Koordinator Lapangan UP3J, Khoweri, buru-buru menghidupkannya kembali. Listrik kembali menyala. Tapi tak lama padam lagi. Dihidupkan, eh, mati lagi. Lama-lama Khoweri kesal dan mendiamkannya. Keesokan harinya ia baru kaget. Ternyata, kejadian listrik hidup-mati pertengahan Maret lalu itu disengaja kawanan pencuri. "Pagi itu, ketika kami periksa, kawat listrik berantakan," tuturnya. Sebuah kabel tembaga berdiameter 50 milimeter yang terbentang antara dua tiang di kompleks itu putus. Tak hanya itu, kawat tersebut ternyata hilang sepanjang 240 meter -- atau seberat 312 kilogram. Akibat pencurian itu, PLN diperkirakan rugi sekitar Rp 4,5 juta lebih, belum termasuk ongkos pemasangannya. Peristiwa pada pertengahan Maret lalu itu, dua hari kemudian, terulang di Desa Singasari, Jonggol. Kabel milik PLN sepanjang 120 meter senilai hampir Rp 1 juta. Sebenarnya Khoweri sudah lama mendengar pencurian kawat listrik di daerah Jonggol itu. Tapi ia semula tak mempercayainya. "Ternyata cerita itu betul," katanya. Para pencuri, menurut petugas PLN, mematikan listrik dengan cara membentangkan besi panjang di antara empat kabel yang melintang antara dua tiang. Aliran listrik 220 volt itu kontan putus, disertai percikan bunga api. Setelah itu, baru mereka memotong kawat listrik dengan gunting baja. Cara kerja pencuri memang berisiko besar: bisa mematikan. "Cara ini sangat membahayakan sekali, karena aliran listrik masih menyala," ujar konsultan pembangunan proyek IPB, Suyitno. Tapi melihat kerja cara kawanan pencuri itu, menurut Suyitno, mereka tergolong profesional dan bermodalkan peralatan lengkap. Motifnya apa lagi kalau bukan uang. "Barang curian itu cepat dijadikan duit. Di pasar loak, kabel seharga Rp 8.000 itu laku dijual Rp 2.500 per kilogram," tambah Suyitno. Pencurian kabel listrik agaknya bukan hanya terjadi di Jonggol, tapi juga di Cileungsi, Bogor. Sejak Februari lalu sudah ratusan meter kabel listrik hilang. Polisi yang melacak kasus itu sayangnya belum menemukan pelakunya. "Pencurian kawat listrik bisa dikategorikan kejahatan subversi," kata Kapolres Bogor Letkol. Drs. Kusna Buchari kepada harian Berita Yudha.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus