Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Ninoy Karundeng membenarkan dirinya menulis surat yang menyatakan ditolong oleh anggota DKM Masjid Al Falaah, Pejompongan, Jakarta Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Surat tersebut ditandatanganinya di atas matrai 6000 pada 1 Oktober 2019. Relawan Jokowi itu lantas mengungkapkan alasan dibalik penulisan surat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Betul saya yang menulis, tapi kalau saya tidak menulis, saya akan dibunuh," kata Ninoy di kantor Subdirektorat Polda Metro Jaya pada Kamis petang, 10 Oktober 2019.
Ninoy mengaku didikte sejumlah orang untuk menulis setiap kalimat dalam surat. Dia mengikuti permintaan itu untuk menyelamatkan diri.
"Saya tidak bisa berbuat apapun kecuali mengikuti mereka. Bahkan sampai di situ mereka sudah mempersiapkan macam-macam," ujar Ninoy sambil berjalan menuju mobil meninggalkan Polda Metro Jaya.
Dalam surat yang didapatkan Tempo, Ninoy menyatakan ditolong dan diselamatkan oleh Dewan Kemakmuran Masjid atau DKM Al Falaah dan tim medis serta warga.
"Adapun luka memar dan lebam yang saya alami adalah akibat kesalahpahaman," ujar Ninoy dalam surat itu yang ditandatangani pada 1 Oktober 2019.
Ninoy juga mengaku tidak akan menuntut dan mempermasalahkan kejadian yang ada di Masjid Al Falah. Dia menyatakan surat dibuat tanpa paksaan dari pihak manapun. "Saya juga menyatakan terima kasih kepada DKM masjid Al Falah dan tim medis serta masyarakat," tulis Ninoy.
Ninoy Karundeng diduga disekap dan dianiaya hingga hampir dibunuh oleh sejumlah orang di Masjid Al Falah, Pejompongan Barat, Jakarta Pusat pada 30 September hingga 1 Oktober lalu. Pelaku juga merekam video yang menampilkan anggota relawan Jokowi itu tengah diinterogasi dengan wajah lebam. Video berdurasi 2 menit 42 detik kemudian viral di media sosial dan tersebar di grup-grup percakapan WhatsApp.