Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Takziah ke Rumah Santri yang Dianiaya hingga Meninggal di Ponpes Kediri, Ini Kata Bupati Banyuwangi

Bupati minta seluruh pondok pesantren, terutama di Banyuwangi, untuk lebih peduli terhadap para santri dan mencegah bullying.

28 Februari 2024 | 18.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat takziyah ke rumah duka ketua KPPS TPS 18 Desa/ Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jawa Timur. (ANTARA/HO-Humas Pemkab Banyuwangi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Banyuwangi - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandiani bertakziah ke rumah Bintang Balqis Maulana, 14 tahun, santri yang meninggal karena dianiaya di sebuah pondok pesantren di Kediri, Selasa lalu. Rumah santri itu berada di Dusun Kendenglembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kedatangan Bupati Ipuk di rumah duka disambut oleh ibu dan ayah korban, Suyanti dan Rustam. Selain menyampaikan duka cita, Ipuk juga akan menjembatani komunikasi kasus ini antar-pemerintah daerah.

"Kami akan membantu komunikasi dengan pemerintah daerah Kediri. Mulai dari dinas sosial, dinas pendidikan, dan kantor kemenag Banyuwangi, sudah saling berhubungan dengan instansi di sana," kata Ipuk dalam keterangan tertulis yang diterima TEMPO, Rabu, 28 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemkab Banyuwangi akan membantu memastikan korban dan keluarganya mendapat keadilan. Keluarga juga bisa mendapat informasi yang valid soal penyebab kematian Bintang.

Ipuk berharap, keluarga korban tabah dan bersabar atas musibah yang dialaminya. Ia turut menguatkan keluarga tersebut agar selalu tabah. "Pesan mereka agar proses hukum tetap bisa dijalankan. Karena perasaan seorang ibu, ada rasa ketidakadilan atas kasus yang dialami putranya," kata Ipuk.

Bupati Banyuwangi itu juga berpesan agar kasus penganiayaan dan bullying yang dialami Bintang dapat menjadi pelajaran bersama. "Kita semua harus lebih aware terhadap bullying yang masih marak di lingkungan pendidikan dan masyarakat. Kami juga berharap orang tua lebih perhatian terhadap pertemanan dan perilaku anak-anaknya," ujarnya.

Harapan yang sama juga disampaikan kepada lembaga pendidikan, termasuk pondok pesantren. Ia meminta seluruh pondok pesantren, terutama yang berada di Banyuwangi, untuk lebih peduli terhadap para santrinya.

"Kami juga terus berupaya agar di Banyuwangi semua lembaga pendidikan negeri dan swasta tidak lelah untuk menghapuskan bullying. Jangan sampai kasus seperti ini terjadi di Banyuwangi," kata Ipuk.

Ibu korban, Suyanti menjelaskan anaknya dipulangkan dari pondok pesantren dalam kondisi meninggal pada Sabtu lalu. Sehari sebelumnya, pihak pondok pesantren mengabarkan bahwa Bintang meninggal karena jatuh dari kamar mandi.

Namun saat jenazah Bintang tiba di rumah, banyak kejanggalan yang keluarga temukan. Salah satunya, kondisi tubuh Bintang yang penuh luka dan berdarah.

Keluarga menyayangkan sikap pondok pesantren yang tidak proaktif memberi informasi soal kematian Bintang. "Itu yang saya sayangkan. Saya menunggu inisiatif dari pondok untuk meminta maaf atau berduka cita. Tapi tidak ada," katanya.

Suyanti mengatakan dia telah mengikhlaskan kepergian Bintang. Namun, keluarga ingin mendapat informasi utuh soal kronologi dan penyebab kematiannya. "Kenapa kok bisa kejadian begitu. Anak saya salah apa? Saya minta doanya agar kebenaran bisa terungkap," tambah dia.

Kasus penganiayaan santri muda hingga meninggal tersebut telah ditangani oleh Polres Kediri Kota. Polisi telah menetapkan empat tersangka atas kematian Bintang. Para tersangka merupakan rekan sesama santri di tempat Bintang menuntut ilmu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus