INI pekan kelabu sopir taksi, khususnya buat President Taxi. Dalam tempo sepekan tiga sopir President Taxi mati terbunuh. Semuanya dengan motif perampokan. Selain terbunuh dengan senjata tajam, semua uang setoran dan Jam tangan korban dilucuti penjahat. Pada Kamis pagi lalu, Nurali, 29 tahun, ditemukan tewas dengan luka di leher kibat senjata tajam. Ia ditemukan di jok belakang mobilnya oleh warga di Jalan Baru, Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Belum sempat ia dikubur, hari itu juga Mangasa Siahaan, 26 tahun, ditemukan tewas di dekat tempat pemakamam umum Pondok Ranggon, Cibubur, Jakarta Timur. Kondisinya lebih mengenaskan. Ada lima tusukan dan bacokan di sekujur tubuhnya. Ponodong bagai pamer kekuatan. Hanya selang seharl, Wismar, 44 tahun, ditemukan tertelungkup tewas di jok mobilnya, yang diparkir penjahat di Jalan Berlian 11, Cilandak, Jakarta Selatan. Tubuh korban penuh tusukan dan bacokan. Begitu kalapkah penjahat, sehingga sopir taksi pun harus dirampok dan dibunuh ? "Apa yang bisa diambil mereka dari Ayah? Paling-paling hanya uang Rp 50 ribu," begitu ratapan salah seorang dari empat anak Wismar, ketika ayahnya dikuburkan. Penguburan Wismar, yang sudah 10 tahun menekuni profesinya, dihadiri puluhan sopir taksi dari berbagai perusahaan taksi. Seperti modus-modus terdahulu, penodong melakukan aksinya pada malam hari, saat kantung sopir penuh. Di samping itu, di malam hari risiko diketahui orang sangat kecil. Dan biasanya pula, sopir dibawa mutar-mutar dulu, tak tentu tujuan. Setelah itu dirampok. Kalau melawan, disudahi. Modus itu, misalnya, terlihat pada taksi yang dikemudikan Wismar. Argometer taksi itu ketika ditemukan menunjukkan angka Rp 12.480,00. Artinya, taksi sudah melaju sekitar 30 kilometer. Sebelum disudahi, tampaknya Wismar melakukan perlawanan, sehingga beberapa saksi, warga Cilandak Tengah, melihat taksi Wismar menabrak tiang listrik sebelum ia terbunuh. Belum pasti benar berapa jumlah perampokan taksi pekan-pekan terakhir ini. Tapi sekurangnya ada enam taksi yang kena todong pekan lalu. Salah satu dikemudikan Sudarso. Lehernya dikalungi celurit ketika mobilnya melintas di Pluit Barat. Terpaksa mobilnya dilepas ketika ia dipaksa turun. "Memang nggak usah dilawan, biar saja uang diambil," kata Rustam, pengemudi PT Royal City Taxi, yang pernah mengalami nasib serupa beberapa bulan lalu. Persoalannya, tidak adakah pengaman agar sopir-sopir yang harus mencari nafkah di tengah malam buta itu bisa selamat dari maut. Pihak Polda menyarankan agar para sopir segera memberikan lampu kode bahaya bila diancam penjahat. Lampu pengaman berwarna kuning besar di atap taksi itu memang pernah dipasang di setiap taksi, selam radio kontrol untuk perusahaan-perusahaan tertentu. Tapi persoalannya tidak sesederhana itu Banyak lampu itu yang sudah mati, dan tak kunjung diganti. Dan tidak semua perusahaan taksi sanggup memasang radio kontrol. Pejabat eksekutif PT President Taxi Drs. Zulkarnaen Djabar, mengakui bahwa banyak lampu itu yang mati, tapi tak diacuhkan pengemudi. Pengaman lain, seperti radio kontrol, misalnya, memang belum dipasang di semua armada taksi. Masalahnya, soal biaya juga. "President Taxi ini 'kan terdiri atas pengusaha lemah," kata Zulkarnaen, yang mengaku armadanya memiliki 6.500 taksi dengan pemilik sekitar 3.200 orang. Para sopir ternyata tak merasa terlindung, walau pakai lampu pengaman. Sebab, siapa pula yang akan memperhatikan lampu itu, kalau tiba-tiba penodong beraksi tengah malam di sebuah daerah yang sunyi, seperti di Cilandak. "Pengamanan apa? Lampu belakang? Atau radio kontrol . . . ? Saya kira kalau lagi apes, tak ada yang bisa membantu," ujar Achmad Junaidi, sopir Royal Taxi. Kejahatan penodongan sopir taksi itu memang sudah pernah menjadi mode pada 1976. Waktu itu hampir setiap pekan sopir taksi kena todong. Tapi bedanya, kalau dulu hanya uang yang diambil, kini nyawa si sopir pun dihabisi. Rupanya, kini penjahat semakin brutal. Satu-satunya harapan agar sopir taksi tak mati konyol terpulang ke polisi juga. "Kami telah mengadakan penyelidikan dan penyidikan intensif," kata Letkol. Latief Rabar, Kadispen Polda Metro Jaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini