Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SERAPI-rapinya Gunawan Santosa menyusun skenario melarikan diri, akhirnya berantakan juga. Mungkin tidak dibayangkan olehnya, melompat dari mobil tahanan yang sedang berjalan sungguh tak gampang. Nyatanya, bukan kaki yang lebih dulu menyentuh aspal, melainkan malah kepalanya. Ia langsung kejang, lalu pingsan. Sebelumnya, sebuah pistol Beretta yang dipegangnya sempat meletus sekali, mengejutkan para tukang ojek yang mangkal di Jalan Pangkalan Asem, Jakarta.
Buyarlah upaya terdakwa kasus pembunuhan tersebut melarikan diri pada Selasa pekan lalu itu. Pistol, borgol, telepon genggam, dan uang Rp 35.922.000 yang dipersiapkan buat bekal melarikan diri menjadi sia-sia. Padahal dia sudah mengecoh tiga petugas kejaksaan yang membawanya dari Rumah Tahanan Salemba menuju Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Malah seorang petugas dapat diborgol oleh lelaki 41 tahun itu (lihat Drama Pelarian yang Gagal).
Gunawan alias Acin tidak asing lagi bagi publik. Ditangkap September tahun lalu, dia didakwa sebagai otak pembunuhan terhadap Direktur PT Asaba, Boedyharto Angsono, yang terjadi dua bulan sebelumnya. Kini terdakwa yang disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Utara itu menghadapi ancaman hukuman mati.
Dia nekat menghabisi Boedyharto, yang juga mertuanya, karena dendam. Gara-gara laporan sang mertua dalam perkara penggelapan uang, ia diganjar hukuman dua setengah tahun penjara. Tidak betah di bui, ia melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakatan Kuningan, Jawa Barat, pada Januari tahun lalu, dan beberapa bulan kemudian mertuanya terbunuh. Sebelum ditangkap, Gunawan sempat mengoperasi wajahnya sehingga sulit dikenali petugas.
Sejumlah kejanggalan menyelimuti upaya pelarian Gunawan kali ini. Diduga pistol terdakwa yang meletus tidak mengenai tubuhnya. Soalnya, Adi, seorang tukang ojek, menyatakan tidak ada darah pada baju dan celana Gunawan saat ia menggotongnya ke klinik Asri Medika, tak jauh dari lokasi kejadian. Selain itu, saat polisi menangkapnya, terdakwa yang sudah sadar bisa dituntun dan berjalan secara normal.
Anehnya, saat Gunawan dibawa ke Kepolisian Resor Jakarta Pusat, para wartawan menyaksikan pinggangnya tampak berlumuran darah. Ia kemudian dibawa ke Rumah Sakit Polri di Kramat Jati untuk diambil proyektilnya.
Yang juga ganjil, perjalanan mobil tahanan mencapai lokasi kejadian memerlukan waktu 30 menit. Gunawan dan petugas berangkat dari rumah tahanan sekitar pukul 9.30 dan baru sampai di Pangkalan Asem pada pukul 10.00. Padahal jaraknya cuma sekitar 3 kilometer.
Lalu dari mana pula Gunawan mendapat pistol, uang, dan borgol? "Kami masih mendalami asal-muasal senjata itu," ujar Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya, Inspektur Jenderal Makbul Padmanagara. Ia menduga ada orang lain yang membantu terdakwa menyiapkan rencana itu.
Yang pasti, lewat pemeriksaan 11 saksi, kini dua pegawai Kejaksaan Negeri Jakarta Utara, Sukriswan dan Patmawinata, resmi menjadi tersangka. Mereka dinilai lalai karena tidak menggeledah dan memborgol tahanan sebelum dibawa dengan mobil tahanan. Menurut juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Prasetyo, seorang petugas juga diketahui duduk berhadapan dengan tahanan selama di dalam mobil. Seharusnya ia menjaga di luar.
Ihwal luka tembak, Prasetyo memastikan peluru yang bersarang di pinggang Gunawan berasal dari pistol yang meletus saat jatuh dari mobil tahanan. Ia mengatakan, saat itu dokter di klinik hanya memeriksa bagian kepala, tanpa memperhatikan pinggang Gunawan, sehingga tidak melihat ada luka tembak. "Polisi juga punya saksi yang membenarkan hal tersebut," katanya.
Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Kemas Yahya Rahman, keberatan anak buahnya dipersalahkan. "Kok, ujug-ujug (tiba-tiba) pengawal kejaksaan dijadikan tersangka. Ini terlalu dini," katanya. Kemas mengingatkan bahwa anak buahnya telah berupaya menggagalkan kaburnya Gunawan meski berada di bawah ancaman senjata api. Pada saat terdakwa meloncat, salah seorang petugas menendangnya hingga terjatuh.
Pihak rumah tahanan pun menolak menerima bola panas. Komandan portir Rumah Tahanan Salemba, Setiadi, memastikan Gunawan telah diperiksa melalui lima pos sebelum keluar dari rumah tahanan. Petugas tidak menemukan pistol, telepon genggam, apalagi uang. Hanya, di mata dia, jalur yang dilalui mobil tahanan tidak biasa. Mobil itu melalui jalan kampung yang padat permukiman, padahal bisa langsung menuju jalan tol. "Bisa jadi Gunawan mampir ke suatu tempat untuk mengambil pistol dan uang," kata Setiadi.
Kini Gunawan masih tergolek di rumah sakit dijaga belasan polisi. Kamis lalu, ketika ibunya menjenguk, dia tampak kebingungan. "Saya ada di mana?" dia bertanya. Lewat pengacaranya, Alamsyah Hanafiah, ia mengaku tidak tahu-menahu soal pelarian, pistol, dan uang.
Kali ini jangan-jangan dia sudah merancang trik baru: berpura-pura terkena amnesia, penyakit hilang ingatan.
Agung Rulianto, Putri Alfarini, Fasabeni
Drama Pelarian yang Gagal
- Sekitar pukul 9.30 WIB, mobil tahanan yang ditumpangi Gunawan Santosa berangkat dari Lembaga Pemasyarakatan Salemba, Jakarta, menuju Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Gunawan dikawal oleh dua petugas dari kejaksaan dan seorang sopir. Seorang petugas duduk di depan bersama sopir dan seorang lagi di belakang mengawal Gunawan.
- Ketika melintas di depan klinik Asri Medika, Jalan Pangkalan Asem Raya, sekitar 2 kilometer dari LP Salemba, Gunawan mulai beraksi. (Versi Kejaksaan: Sang terdakwa mengeluarkan borgol sambil menodongkan pistol Beretta Gardone VT kaliber 32 dan memaksa petugas memakai borgol itu).
- Gunawan melompat dari mobil tahanan, tapi terjatuh dengan kepala bagian belakang membentur aspal. Tubuh Gunawan kejang seperti orang stuip, kemudian pingsan. Bersamanya, sebuah pistol terjatuh berputar-putar sebelum meletus satu kali. Letusan itu tidak mengenai orang. Sementara itu, mobil tahanan terus melaju. (Versi Kejaksaan: Gunawan memaksa petugas membuka pintu mobil tahanan. Saat dia meloncat, salah seorang petugas menendangnya hingga terjatuh ke aspal. Pistol Gunawan meletus dan menembus pinggangnya sendiri).
- Para tukang ojek yang nongkrong di depan klinik menolong Gunawan dan menggotongnya ke klinik Asri Medika. Sedangkan Adi, salah seorang tukang ojek, mengejar mobil tahanan yang melaju perlahan karena jalan sempit dan padat sambil berteriak, ”Ada orang dan pistol yang jatuh!” (Versi Kejaksaan: Ketika Gunawan terjatuh, patroli polisi melintas dan langsung menangkapnya. Karena luka tembak di pinggangnya, Gunawan dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati).
- Adi berhasil menghentikan mobil tahanan di depan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia (STIAMI), yang berjarak sekitar 100 meter dari klinik Asri Medika. Dia melihat, di mobil bagian belakang, seorang sipir terborgol di kursi, sementara di bagian depan seorang petugas duduk di sebelah sopir.
- Setelah diberi tahu Adi bahwa ada orang terjatuh dari mobil, para petugas tampak gugup, pucat, dan terdiam. Kemudian seorang petugas yang terborgol berkata dengan kalimat lirih, ”Tahanan saya kabur.”
- Sejam kemudian, polisi dari Kepolisian Sektor Johar Baru yang melintas di sekitar lokasi datang dan mengambil Gunawan Santosa. Polisi menuntun Gunawan, yang masih lemas—karena baru sadar dari pingsan—keluar dari klinik. Baju Gunawan terlihat basah terkena muntahan saat sadar dari pingsan, tapi sama sekali tidak ada bekas darah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo