Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Tiga perampok dari taiwan

Tiga warga taiwan merampok pt catursama dhika momey changer, surabaya. mereka pernah menjadi anggota militer. gagal merampok, seorang tewas dan satu luka kena tembakan.

11 Januari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA lelaki berkulit kuning dan bersafari biru itu, Kamis malam pekan silam, mendatangi kantor PT Catursama Adhika Money Changer, di Jalan Kusuma Bangsa, Surabaya. Meski seorang satpam mencoba menghadang, mereka memaksa menerobos masuk ke gedung berlantai tiga itu. Suara gaduh pun pecah. Ketika mendengar ada suara ribut itu, Arif Harsono, pemimpin kantor penukaran uang itu, bergegas turun ke lantai dasar. Begitu melihat bos perusahaan tersebut turun, seorang tamu asing itu menodongkan pistol ke leher Arif. Kemudian, ia menggiringnya ke sebuah ruangan. Tamu tersebut memaksa Arif menyerahkan uang 100 ribu dolar AS. Arif menolak. Akibatnya, tiga tamu itu menganiaya Arif yang sudah tidak berdaya itu. Bahkan, ia dipukul dengan gagang pistol. Satpam tadi berhasil lari meloloskan diri, dan menghubungi pos polisi terdekat di THR Surabaya Mall. Satuan polisi dari Polwiltabes Surabaya segera datang ke tempat kejadian. Mendengar suara sirene meraung-raung, ketiga penyandera Arif itu ketakutan. Mereka berusaha melarikan diri. Arif juga meloloskan diri ke luar kantor. Sial. Massa yang berkerumun di depan gedung tempat Arif disandera itu rupanya tidak mengenal mana penjahat dan mana tuan rumah. Akibatnya, Arif ketika keluar kantornya dikerubuti massa hingga mukanya babak belur. "Saya bukan penjahat," teriak Arif. Ketiganya keluar sambil mengacungkan pistol. Sampai di seberang jalan yang padat dengan keramaian, seorang penjahat itu melepaskan empat kali tembakan secara ngawur. Tembakan tersebut segera disambut dengan tembakan dari petugas Polwiltabes Surabaya yang sudah menguntit mereka. "Dor, dor, dor . . . ." Tiga kali letusan pistol petugas membuat salah seorang penjahat, yang belakangan diketahui bernama Ma Chi Ciang, 38 tahun, roboh. Dua peluru menembus pinggang dan sebuah peluru menerjang kepalanya. Penjahat yang satu lagi, yang sempat melarikan diri, ditangkap setelah sebelah pahanya diterjang peluru petugas. Dia adalah Lu Yu Tai. Dari dia, polisi memperoleh keterangan tentang seorang anggota mereka yang meloloskan diri menuju rumah di Jalan Gayungsari, Surabaya. Wang Chin Lung, 33 tahun, yang mengaku teman Ma Chin Ciang dan Lu Yu Tai yang berada di rumah tersebut ditangkap petugas setelah sebelumnya berusaha naik tembok untuk melarikan diri. Lu Yu Tai dan Wang Chin Lung, ketika ditemui TEMPO di ruang pemeriksaan Polwiltabes Surabaya bersedia menjawab beberapa pertanyaan. Lu Yu Tai mengaku berasal dari Taiwan. Ia pernah menjadi anggota militer selama 10 tahun. Pangkat terakhirnya sersan kepala. "Setelah tidak bekerja, saya ke Indonesia," katanya. Tentang tujuannya pergi ke Indonesia, sejak 12 Desember lalu, Lu Yu Tai tidak bisa menerangkan. Lu mengaku datang kemari bersama Ma Chin Ciang dan Wang Chin Lung. "Saya ke Indonesia menemani Ma Chin Ciang, yang katanya punya uang di sini. Saya sama sekali tak tahu rencana mereka," katanya dalam bahasa Inggris agak gagap. Dalam aksi perampokan yang mereka lakukan itu, ternyata satu pistol yang diacung-acungkan hanya pistol mainan. Mengenai senjata FN 9 mm yang dipakai Ma Chi Chiang, Lu mengaku tidak tahu-menahu asal-usulnya. Tentang kedatangannya di PT Catursama Adhika Money Changer, Lu berdalih hendak menukarkan uangnya. "Saya ingin menukar uang Taiwan ke rupiah," kata lelaki yang tinggi badannya 160 cm itu. Perampok asal Taiwan itu ketika mendengar seorang temannya tewas, tampaknya pura-pura bersedih. Ia mengusapkan tangannya ke kelopak mata. Lu Yu Tai selama pemeriksaan dipapah petugas karena salah satu pahanya luka kena tembakan petugas. Dengan hanya bercelana dalam dan berselimut putih, ia kelihatan murung. Beberapa kali ia minta kepada TEMPO menyampaikan permintaan maafnya kepada masyarakat Surabaya. "I'm sorry," kata Lu. Sebaliknya, seorang temannya lagi, Wang Chin Lung, yang juga warga Taiwan, ketika diperiksa polisi tampak tersenyum-senyum. Ia anggota militer. Pangkatnya sersan kepala. Badannya lebih kecil dan tak lancar berbahasa Inggris. Ia malah bisa berbahasa Indonesia walaupun tak lancar. "Saya datang untuk kongsi dalam bisnis ayam," kata Wang. Ia mengaku tidak mengetahui rencana perampokan yang dilakukan temannya. "Saya tidak mengetahui rencana mereka mendatangi kantor penukaran uang tersebut," katanya. Ia juga menolak tuduhan bahwa dirinya membawa kokain. Akan halnya Ma Chi Chiang yang tewas itu, menurut Kadispen Polda Jawa Timur, Letnan Kolonel Ahmad Rivai, adalah bekas anggota angkatan darat berpangkat mayor. Kedatangannya ke Indonesia lewat Jakarta dengan menggunakan paspor turis. Jenazahnya hingga kini masih disimpan di RS Dr. Soetomo Surabaya. Kapolda Jawa Timur, Mayor Jenderal Koesparmono Irsan, menilai usaha perampokan yang dilakukan warga asing itu termasuk kasus baru. Karena tersangka ada yang tertembak mati, katanya, pihaknya perlu melengkapi bukti bahwa Ma Chi Chiang adalah seorang penjahat. Secara berkelakar Koesparmono mengatakan, "Tahun baru kok aku ini diberi hadiah seperti gituan. Waduh." Kemudian tangannya memukul dahinya. Gatot Triyanto (Jakarta) dan Kelik M. Nugroho (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus