Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tetangga mengenal Tri Murtiono, pelaku bom Polrestabes Surabaya pada Senin pagi, 14 Mei 2018, sebagai pribadi yang tertutup. Meski telah menempati rumah kontrakan di Jalan Tambak Medokan Ayu VI Nomor 36, Rungkut, Surabaya, selama lima bulan, Tri jarang berinteraksi dengan tetangga sekitar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut keterangan salah seorang tetangga, Kasida, Tri Murtiono jarang bergaul. Istri Tri Murtiono, Tri Ernawati, kata dia, juga jarang-jarang terlihat keluar dari rumah. “Tri Murtiono pernah ikut jaga siskamling sekali, kalau tidak salah, setelah itu tidak aktif,” kata Kasida, yang juga penjual air minum mineral galon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di kampung itu, Tri Murtiono dikenal sebagai perajin terali pintu. Beberapa aluminium dan peranti mengelas ada di rumah dia. Hal ini disaksikan sendiri oleh Kasida, yang pada Senin pagi, sekitar pukul 06.00, mengirimkan air satu galon ke rumah Tri. “Saya lihat beberapa aluminium berserakan,” katanya.
Menurut Kasida, ia mengantarkan air minum karena Tri tak kunjung mengambil meskipun telah membayar di muka. Saat itu, dia melihat Tri mengenakan kemeja putih dan celana gelap. Kasida tidak melihat istri Tri Murtiono dan tiga anaknya.
Kasida mengaku sempat berbincang sebentar dengan Tri Murtiono. Dia mengatakan obrolan itu menyinggung teror bom di tiga gereja di Surabaya sehari sebelumnya. “Saat itu Tri Murtiono malah sempat bilang hidup sekali saja, ngapain ngebam-ngebom segala,” kata Kasida.
Kasida kaget saat menjelang siang mendengar markas Polrestabes Surabaya diserang pelaku bom bunuh diri. Lebih kaget lagi ketika melihat video pengeboman, pelakunya Tri Murtiono, yang tampak mengenakan kemeja putih. “Berarti saat bertemu saya itu dia sudah siap berangkat mengebom,” kata Kasida.