MALAM itu Komisaris Polisi Kusdiantoro menerima sebuah telepon genting. Isinya: berita penculikan gadis di bawah umur. Sontak, Kepala Kepolisian Sektor Setia Budi itu memerintahkan seregu reserse bersenjata lengkap agar bergerak. Inspektur Satu Agung Marlianto, sang kepala unit, mengontak si penculik, seorang pemuda tampan berusia 25 tahun. Agung berpura-pura sebagai keluarga korban yang akan datang menyerahkan uang. Pertemuan disepakati di Hotel J.W. Marriott, Jakarta.
Sejurus kemudian, kawanan sangar berjumlah 10 orang itu pun dibekuk. Meski sempat terjadi sedikit keributan—ada yang menggertak, mengaku-aku anggota intelijen militer segala—para penculik menyerah. Polisi pun membebaskan dua remaja cantik yang telah disekap lima hari berturut-turut: Zaskia Adia Mecca, 15 tahun, dan kakaknya, Tasya Nurmedina, 17 tahun.
Zaskia, artis sinetron Cinta SMU, bukan lagi berakting. Drama yang terjadi Selasa pekan lalu itu terjadi di kehidupan nyatanya, senyata sosok penculiknya, Novan Andre Paul Neloe, anak kedua Direktur Utama Bank Mandiri, Edward Cornelis William Neloe.
Insiden ini, kata Komisaris Kusdiantoro, memang unik. Gara-garanya cuma soal utang Ny. Rofida Ekadewania, ibu Zaskia, kepada Andre sejumlah Rp 50 juta. Setahun silam, Rofida, Direktur Utama PT Haykal Jaya Utama, membeli oli senilai itu dari perusahaan Andre, PT Globalindo Mandiri Nusantara. Eh, cek yang dibayarkan Rofida ternyata kosong. Lama ditagih, Rofida malah menyerahkan surat kepemilikan mobil Timor-nya sebagai jaminan, yang ternyata juga palsu. Setelah itu Rofida menghilang. Menurut seorang polisi, Rofida juga pernah diadukan PT Elnusa karena membayar memakai cek kosong senilai Rp 450 juta.
Merasa ditipu, Andre naik pitam. Lalu terbitlah gagasan ”cerdas” di kepalanya yang lagi mendidih: menyandera anak gadis Rofida. Dibantu seorang temannya, Ivan Gunawan, pada Jumat siang dua pekan lalu ia membujuk Zaskia agar datang ke Hotel Hilton, dengan iming-iming untuk mengikuti tes presenter televisi. Zaskia termakan perangkap. Sampai di Hilton, Andre dan sembilan lelaki bertampang sangar telah menunggunya. ”Ibumu punya utang,” ujar Andre.
Gemetar, Zaskia mengontak keluarganya. Tasya, kakaknya, datang lebih dulu dan langsung ikut disandera. Rofida tak bisa dikontak juga. Baru setelah larut malam Eko Insan Kamil, ayah Zaskia, datang bersama pengacaranya. Dan ironisnya, atas persetujuan orang tua Zaskia, si pengacara meneken pernyataan di atas meterai berbunyi ”menitipkan” dua gadis belia itu sampai utang dilunasi.
Dini hari, Andre membawa sanderanya ke Hotel Santika. Zaskia dan Tasya disekap di kamar 804, yang memiliki pintu penghubung dengan kamar 805, tempat tukang pukul Andre ketat mengawasi. Untunglah, kawanan ini tergolong ”sopan”. Dua anak gadis itu tak dilecehkan atau dianiaya. Bahkan Zaskia sempat dibolehkan datang ke lokasi syuting sinetronnya. Toh, mereka ketakutan setengah mati. ”Kami tidur bergantian, takut terjadi sesuatu,” kata Zaskia.
Menurut Komisaris Kusdiantoro, ulah Andre masuk kategori kejahatan penculikan dan pemerasan, yang diancam hukuman 12 tahun penjara. ”Setidaknya dia membatasi kemerdekaan seseorang selama lima hari,” kata Kusdiantoro, yang juga menantu Kepala Kepolisian RI Jenderal Da’i Bachtiar. Delik pidana juga bisa menjerat orang tua Zaskia, yang rela menjaminkan anaknya sendiri. ”Masa, di zaman sekarang masih ada manusia dijaminkan. Namanya jaminan itu sertifikat atau barang,” ujar Kusdiantoro.
Pengacara Andre, Chris Butar-Butar, menolak kliennya dianggap telah menculik. ”Tasya dan Zaskia berada di lingkungan Andre dengan sukarela,” katanya. Keberadaan mereka pun diketahui orang tuanya, terbukti dari surat pernyataan itu.
Tapi Victor B. Laiskodat, pengacara Rofida, menyangkal ihwal jamin-menjaminkan anak itu. ”Klien kami sama sekali tak pernah memberi izin untuk menitipkannya,” ujarnya. Lalu, bagaimana dengan pernyataan di atas meterai itu? Victor berkata, ”Itu urusan pengacara yang lama.”
Ayah Andre, Neloe, cuma berkata, ”Apa yang dilakukan anak saya menjadi tanggung jawabnya sendiri. Dia sudah dewasa.”
Tapi rupanya banyak yang tak sepasrah itu. Hanya 15 menit setelah Andre disergap, kata sumber TEMPO, datanglah Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Osman Sapta Odang. Pentolan Fraksi Utusan Daerah ini mendesak polisi agar ”membantu” anak bankir ternama ini. Tapi Osman menyangkal dengan nada tinggi: ”Itu ngawur. Kalau salah, hukum saja Andre. Tapi, kalau benar, polisi mesti membantunya.” Tak cuma itu, utusan seorang jenderal polisi dan pentolan satuan pengamanan Mandiri pun sigap berdatangan.
Dan Kamis pekan lalu, Andre sudah tak tampak lagi di selnya.
K.D., Ahmad Taufik, Rommy Fibri, Nezar Patria
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini