Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Penangkapan Nurhadi dan Rezky Herbiyono lebih cepat dari perkiraan Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango.
Selama operasi penangkapan, Nawawi memantau langsung dari ruang kerjanya di gedung KPK.
Ia membantah ada perpecahan di antara pimpinan KPK.
PENANGKAPAN mantan Sekretaris Mahkamah Agung, Nurhadi Abdurrachman, bermula dari ruang kerja Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Nawawi Pomolango. Ia memanggil dua penyidik senior, salah satunya Novel Baswedan, pada Jumat, 29 Mei lalu. Di ujung pertemuan, Nawawi, 58 tahun, meminta mereka menangkap para buron KPK. Salah satunya Nurhadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nurhadi bersama menantunya, Rezky Herbiyono, dan rekan kerjanya, Hiendra Soenjoto, masuk daftar pencarian orang sejak 11 Februari lalu. Mereka tersangka kasus suap dan gratifikasi sejumlah putusan di MA senilai Rp 46 miliar. Ada juga Harun Masiku, tersangka penyuap komisioner Komisi Pemilihan Umum, Wahyu Setiawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Novel Baswedan bersama timnya langsung memburu Nurhadi. Dua hari kemudian, mereka menangkap Nurhadi dan Rezky Herbiyono di salah satu perumahan elite di kawasan Simprug, Jakarta Selatan.
Di balik keberhasilan operasi tersebut, terdengar kabar lain. Pimpinan KPK dikabarkan terbelah dalam menjalankan agenda pemberantasan korupsi. Nawawi disebut mengambil inisiatif itu tanpa berkoordinasi dengan komisioner KPK yang lain. Membantah kabar itu, mantan hakim tindak pidana korupsi ini mengatakan KPK membutuhkan pemicu agar pegawai komisi antikorupsi kembali bergairah menjalankan tugas.
Wartawan Tempo, Mustafa Silalahi, menemui Nawawi di sela-sela pelaksanaan tes cepat untuk mendeteksi Covid-19 bagi pegawai KPK di lantai tiga gedung KPK pada Kamis, 4 Juni lalu. Percakapan berlanjut lewat aplikasi pesan WhatsApp setelah Nawawi menjalani tes. “Alhamdulillah, hasilnya negatif,” ujarnya.
Apa alasan Anda memerintahkan Novel Baswedan dan timnya menangkap Nurhadi?
Begini, saya ini pemimpin yang bertugas di penindakan. Jadi penangkapan tersangka NH (Nurhadi) memang sudah menjadi tugas kami. Selain NH, saya meminta penyidik menangkap tersangka HM (Harun Masiku) dan lainnya.
Apa yang Anda sampaikan dalam pertemuan itu?
Saya dalam hal ini bertugas sebagai pemimpin KPK. Saya memanggil penyidik Novel Baswedan dan Rizka Anungnata beberapa hari sebelum NH tertangkap. Awalnya saya bertanya kepada mereka bagaimana cara penindakan KPK berjalan lagi.
Mengapa Anda menanyakan hal itu?
Supaya KPK kita ini bisa baik lagi, yaitu memberantas korupsi. Tujuan pertemuan itu adalah saya ingin memberikan semangat kepada para penyidik dan pegawai KPK. Di sana saya meminta mereka segera menangkap NH dan HM. Mereka menyanggupinya.
Hasilnya?
Hasilnya sangat baik. Hanya dalam beberapa hari setelah pertemuan itu mereka sudah menangkap NH dan RH (Rezky Herbiyono). Saya sendiri enggak menyangka secepat itu.
Dampak penangkapan Nurhadi terhadap lingkup internal KPK sesuai dengan harapan Anda?
Iya. Harapannya, adanya penindakan akan memberikan semangat kepada yang lain. Salah satunya dengan menangkap para tersangka yang masuk daftar pencarian. Dan alhamdulillah ini berhasil. Penangkapan NH berdampak di lingkup internal KPK. Teman-teman, khususnya penyidik, jadi bersemangat lagi.
Mengapa baru sekarang Anda memerintahkan penangkapan keduanya?
Poinnya adalah kami ini terus bekerja. Sudah pada tempatnya KPK menegakkan hukum dengan melakukan pemberantasan korupsi. Jadi kami sudah berupaya sejak dulu memburu orang-orang yang tengah diproses di KPK.
Bukan karena ada pihak-pihak tertentu yang diduga melindungi Nurhadi?
Kami tidak menerima informasi itu. Kami bekerja untuk memberantas korupsi. Kalaupun ada penghalang, akan kami hadapi.
Apa tanggapan Anda soal KPK pada periode kali ini terlihat melempem dalam penindakan?
Saya tidak tahu bagaimana orang-orang luar memandang KPK seperti apa saat ini.
Kami mendapatkan informasi pimpinan KPK kerap tak bersuara bulat khususnya dalam bidang penindakan?
Kami masih kompak. Tidak ada perpecahan di pimpinan KPK. Kalaupun ada dinamika, itu wajar dalam wadah organisasi. Saya juga tidak berkonfrontasi dengan Pak Firli (Bahuri, Ketua KPK). Kami tetap bersatu dalam memberantas korupsi.
Tapi mengapa Anda memantau penangkapan Nurhadi sendirian di gedung KPK?
Rekan-rekan pemimpin lain juga ikut memantau meski dari rumah masing-masing. Saya hanya ingin memastikan teman-teman tim satuan tugas di lapangan dalam keadaan aman menjalankan kegiatannya.
Apa dampak penangkapan Nurhadi dan Rezky Herbiyono ini terhadap kekompakan pimpinan KPK?
Yang jelas, semua baik-baik saja. Kami bersyukur langkah penangkapan NH dan RH sudah berhasil.
Ini berarti KPK akan kembali menggelar operasi tangkap tangan?
Kami akan terus bekerja.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo