Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Agresif karena diet

Hasil penelitian manuck dan michael oliver menunjukan bahwa diet kolesterol menyebabkan perilaku agresif dan ugal-ugalan. teori ini disanggah oleh ahli nutrisi scott grundy dan myron weisfeldt.

22 September 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AWALNYA maksud mulianya ingin lepas dari mulut harimau, rupanya masuk mulut buaya. Demikianlah pula diet kolesterol, yang semula untuk mencegah penyakit jantung koroner, malah berpengaruh pada perubahan perilaku. Selama ini, diet kolesterol hampir tiga puluh tahun dijadikan kampanye di seluruh dunia. Dengan menurunkan kadar kolesterol darah, penyakit jantung koroner bisa dihambat. Bila luput dari serangan jantung, lalu terhindar dari kematian. Tapi yang mengherankan, selama kampanye, malah angka kematian di mana pun bukannya melorot. Hasil timpang itu belum lama ini barulah ditemukan jawabannya. Ternyata ada indikasi bahwa diet kolesterol mempengaruhi perkembangan perilaku. "Walau berhasil menurunkan kadar kolesterolnya, di sisi lain mereka bisa jadi agresif dan cenderung bertindak ugal-ugalan," kata Dr. Stephen M. Weiss. Keadaan ini, menurut pejabat dari Institut Nasional untuk Jantung, Paru, dan Darah di Amerika Serikat itu, ada kaitannya dengan berbagai tingkah laku yang menimbulkan kematian. Gejalanya mula-mula ditemukan pada 1984. Ketika itu sebuah lembaga yang sangat terpercaya, yaitu pusat penelitian jantung di Helsinki, menemukan data aneh. Sejumlah peserta program diet kolesterol itu tetap saja mati dalam usia muda. Setelah dikaji, mereka mati bukan karena serangan jantung. Beberapa sebab lain (dan angkanya tinggi) adalah mati akibat kecelakaan, bunuh diri, dan pembunuhan. Dari data aneh di Helsinki itu lalu para ahli mulai meneliti peserta diet kolesterol di mana-mana. Satu di antaranya dapat tampak dari hasil penelitian ahli biologi psikiatri Dr. Manuck. Tim Manuck mengamati kadar kolesterol narapidana, anak-anak nakal, dan suami-istri yang rajin bertengkar. Mereka mengkaji juga data kecelakaan, kenakalan remaja, dan pelaku perkelahian. Penelitian Manuck yang dipublikasikan dalam jurnal Biological Psychiatry itu menemukan kesimpulan yang dicari. Yaitu, memang ada hubungan sifat agresif dan kadar kolesterol rendah. Bahkan percobaan di laboratorium dengan binatang menunjukkan kesimpulan yang sama. Ahli perbandingan ilmu kedokteran Dr. Jay Kaplan dan psikolog Stephen B. Manucka dari University of Pittsburgh meneliti dua kelompok kera. Satu kelompok menjalani diet, dan kelompok lainnya mendapat konsumsi kolesterol lebih banyak. Ternyata kera yang menjalani diet kolesterol -- dua kali lebih agresif daripada kera yang kadar kolesterolnya tinggi. "Hanya yang belum bisa dipastikan bagaimana kadar kolesterol mempengaruhi perilaku kera itu," kata Kaplan. Cuma yang pasti, ada hubungannya antara perilaku agresif dan rendahnya kadar kolesterol darah. Kemudian di London, Dr. Michael Oliver dari Wynn Institute for Metabolic Research dan juga seorang pejabat di WHO (Organisasi Kesehatan Sedunia) mengajukan teori. "Kolesterol diperlukan seluruh jaringan tubuh. Karena itu, perubahan kadar kolesterol dalam tubuh akan mempengaruhi aktivitas membran sel jaringan di seluruh tubuh," katanya. Juga, termasuk membran sel-sel otak yang kemudian mempengaruhi keseimbangan senyawa otak. Senyawa otak yang disebut Oliver terpengaruh keseimbangannya ialah serotonin. Kolesterol, katanya, mempunyai pengaruh pada produksi senyawa ini di otak. Dan ini sudah terbukti bahwa perubahaan kadar kolesterol menurunkan produksi serotonin. Dalam neuropsikologi, ditunjukkan bahwa deposit serotonin yang rendah selalu berhubungan dengan perilaku agresif. Penemuan baru ini tentu mencemaskan para ahli perilaku dan ahli kesehatan masyarakat. Karena itu, mereka mengimbau agar diet kolesterol tidak dilancarkan secara besar-besaran sebelum ada kepastian berdampak pada perilaku agresif. "Kita harus tahu betul apa yang kita lakukan itu, selain menurunkan kadar kolesterol," kata Kaplan. Kecemasan ahli perilaku ini terutama ditujukan pada rencana kampanye diet kolesterol di kalangan anak-anak. Kini para ahli jantung mulai memperhatikan ancaman kelebihan kolesterol pada anak, khususnya setelah mereka menemukan meningkatnya jumlah penderita penyakit jantung pada mereka yang berusia muda. Di AS, para ahli jantung kini sudah menurunkan rekomendasi pola diet kolesterol pada anak-anak. Dalam rekomendasi tadi dicantumkan, bila pada anak usia dua tahun ditemukan kelebihan kolesterol, diet kolesterol sebaiknya segera dijalankan. Ternyata rekomendasi itu berpengaruh luas. Industri makanan bayi, industri makanan anak-anak, dan ibu-ibu di rumah tangga akan mengikuti nasihat ini. Artinya, suatu ketika akan tumbuh sebuah generasi dengan kadar kolesterol rendah. Namun, bila nanti mereka semuanya menjadi agresif? Karena itu, pandangan baru tentang pengaruh diet kolesterol mendapat tentangan. "Kesimpulan itu sangat spekulatif," kata Dr. Scott Grundy. Ia ini ahli nutrisi dari University of Texas, Dallas. Sedangkan Dr. Myron Weisfeldt malah menyerang pandangan itu. Menurut dia, tidak mungkin perilaku agresif hanya akibat berubah kadar kolesterol. Pasti ada penyebab lain. "Misalnya kandungan makanan lain, lingkungan kehidupan, pendidikan, dan faktor genetik," katanya. Menanggapi uraian ahli jantung dan ketua asosiasi jantung di AS itu, Stephen M. Weiss menegaskan bahwa bukan kolesterollah yang menimbulkan perilaku agresif. Tapi, entah bagaimana, penurunan kadarnya jelas bisa membangkitkan perilaku agresif. "Dan kita hanya ingin kepastian bahwa diet kolesterol, walaupun bermanfaat mencegah penyakit jantung, hendaknya tidak mempunyai pengaruh tersembunyi pada perilaku seseorang," ujar Weis. Jim Supangkat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus