Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok masyarakat yang menamakan diri The Milk Tea Alliance menggelar acara solidaritas untuk rakyat Myanmar yang tengah melawan kudeta militer. Acara solidaritas ini digelar di depan Gedung Sekretariat Asean, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat malam, 12 Maret 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kelompok masyarakat ini terdiri dari organisasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, unsur mahasiswa dan masyarakat Papua. Ada sejumlah tuntutan yang mereka sampaikan terkait situasi kudeta militer di Myanmar. “Kudeta militer di Myanmar masih terus berlanjut, darurat HAM sudah sampai pada kondisi yang berbahaya,” kata Manik Marganamahendra, perwakilan kelompok ini di lokasi.
Manik mengatakan hingga 11 Maret 2021, ada lebih dari dua ribu orang yang ditahan dan dihukum karena mencoba melawan kudeta militer tersebut. Ada pula kematian yang tidak tercatat karena sebagian meninggal di tangan junta militer.
Oleh karena itu, kelompok ini meminta negara anggota Asean termasuk Indonesia, serta Sekretaris Jenderal Asean, Menteri Luar Negeri Indonesia, Dewan Keamanan PBB untuk mendukung perjuangan rakyat Myanmar dengan cara menyatakan sikap mendukung dikembalikannya pemerintah sipil yang demokratis. Mereka menuntut agar semua pihak menggunakan segala mekanisme regional maupun internasional untuk mendesak junta militer melepaskan tahanan.
“Juga mendorong komunitas internasional melakukan investigasi independent mengenai pelanggaran HAM terhadap masyarakat di Myanmar,” kata Manik.
Terakhir kelompok ini juga menuntut agar Asean dan PBB memberikan perlindungan kepada warga sipil dan meminta militer menghentikan kekerasan. “Kami sebagai warga dunia dengan seperangkat hak dan tanggung jawab global yang ada di dalamnya, mengutuk semua tindakan junta militer,” ujar Manik.
Selain orasi, dalam aksi ini para peserta menyalakan lilin dan mengangkat tiga jari sebagai simbol perlawanan terhadap kudeta militer di Myanmar. Mereka juga menggelar foto sejumlah korban tindak kekerasan di Myanmar, menyalakan lilin, serta menabur bunga sebagai simbol duka dan solidaritas.