Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, mengutarakan penyesalannya atas serangan Israel di Jalur Gaza, dan menyebut kejadian itu "sangat menyayat hati,". Pernyataan Ishiba disampaikan pada Kamis, 28 November 2024,setelah menerima informasi dari Seita Akihiro, direktur kesehatan UNRWA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Adalah sangat menyedihkan bahwa bom yang dijatuhkan di Gaza jauh lebih banyak dibandingkan bom yang dijatuhkan di Tokyo selama serangan udara besar-besaran Amerika Serikat pada Perang Dunia II,” kata Ishiba seperti dikutip NHK News.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut pejabat di Gaza, tentara Israel telah menjatuhkan 18 ribu ton bom di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, atau sekitar 1,5 kali kekuatan ledakan bom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, selama Perang Dunia II.
Selama Perang Dunia II, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, yang menewaskan 140 ribu orang. Tiga hari kemudian, bom lain menghantam Nagasaki, menewaskan 70 ribu orang. Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, sekaligus mengakhiri Perang Dunia II.
Akan tetapi, Ishiba menegaskan Tokyo "harus terus memberikan bantuan" kepada UNRWA meskipun Israel melarang badan PBB tersebut beroperasi di wilayahnya. Seraya menekankan pentingnya melanjutkan aktivitas UNRWA, Ishiba mengatakan pihaknya "akan terus menyampaikan posisi Jepang terkait isu ini."
Seita, yang berasal dari Jepang, mengatakan kepada Ishiba bantuan kemanusiaan Jepang diterima dengan baik di seluruh dunia. Israel melancarkan perang yang disebut genosida terhadap Gaza setelah serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas. Serangan Israel di seluruh Gaza telah menewaskan lebih dari 44.300 orang, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 104.900 orang.
Tahun kedua genosida di Gaza ini menimbulkan kecaman internasional yang semakin meluas, dengan sejumlah pejabat dan institusi menyebut serangan dan blokade bantuan Israel di wilayah kantong itu sebagai upaya sistematis untuk memusnahkan penduduk Palestina.
Bantuan untuk Lebanon
Sementara itu, Tokyo pada Jumat, 29 November 2024, menyatakan akan mengirim bantuan kepada UNHCR untuk pengungsi di Lebanon. Di bawah Undang-Undang Kerjasama Perdamaian Internasional, Jepang akan menyediakan 6.500 selimut, 6.500 tikar tidur, dan 2.500 lembar plastik sesuai permintaan UNHCR.
Kementerian Luar Negeri Jepang dalam sebuah pernyataan menyebut kontribusi ini mendukung upaya kemanusiaan UNHCR yang sedang berlangsung di tengah tantangan yang semakin besar dalam membantu populasi pengungsi di Lebanon.
Menurut otoritas kesehatan Lebanon, lebih dari 3.960 orang tewas dan lebih dari 16.500 orang terluka dalam serangan Israel di Lebanon, dengan lebih dari 1 juta orang mengungsi sejak Oktober tahun lalu. Berdasarkan ketentuan gencatan senjata yang mulai berlaku pada Rabu dini hari, 26 November 2024, Israel akan menarik pasukannya ke selatan Garis Biru sebagai perbatasan de facto secara bertahap, sementara tentara Lebanon akan dikerahkan ke wilayah selatan Lebanon dalam waktu 60 hari.
Sumber: Anadolu | Antara