Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri (PM) Kuwait, Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah, mengundurkan diri pada Senin, 23 Januari, 2023 setelah 4 bulan menjabat. Surat pengunduran dirinya telah diserahkan kepada Putra Mahkota Sheikh Meshal Al-Ahmad Al-Sabah.
Baca: Baru 4 Bulan Menjabat, PM Kuwait Mengundurkan Diri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Kantor Berita KUNA, PM Kuwait mengundurkan diri ditengarai akibat ketegangan yang terjadi antara pemerintah dan parlemen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Perdana menteri mengajukan pengunduran diri kepada putra mahkota akibat ketegangan hubungan antara pihak eksekutif dan legislatif,” menurut laporan media pemerintah KUNA yang mengutip pernyataan kabinet dilansir Reuters, Selasa, 24 Januari 2023.
Menurut Menteri Negara Urusan Kabinet, Barrak Al-Shaitan, ketegangan ini terjadi akibat kebuntuan dalam berbagai masalah. Salah satunya adalah anggota parlemen yang mendesak RUU keringanan utang yang berisi sejumlah aturan tentang negara yang akan membeli pinjaman pribadi warga negara Kuwait.
Menurut Kepala Komite Urusan Keuangan dan Ekonomi Parlemen, MP Shuaib Al Muwaizri, polemik tentang utang pribadi akan tetap menjadi pembahasan sampai pemerintah secara resmi menyatakan adanya alternatif yang adil untuk meningkatkan upah, pensiun dan bantuan sosial untuk warga Kuwait.
Ketegangan ini menambah daftar panjang pertikaian politik yang sudah terjadi selama bertahun-tahun di negara penghasil minyak teluk kaya tersebut. Pertikaian politik ini mengakibatkan investasi dan reformasi di Kuwait terhambat.
Pemimpin Kuwait telah mencoba mengatasi pertikaian politik ini dengan menanggapi tuntutan dari pihak oposisi, termasuk memberikan amnesti kepada para pembangkang politik, memberantas dugaan korupsi, dan merestrukturisasi beberapa lembaga vital.
Kilas Balik Pengangkatan PM Kuwait Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah
Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah diangkat menjadi PM Kuwait setelah saudara tirinya, Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah meninggal dunia pada Selasa, 29 September 2020. Pengangkatan ini otomatis membuat Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah menjadi emir dan mengambil alih kekuasaan di Kuwait.
Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah adalah putra keenam dari emir ke 10 dinasti Al-Sabah, yaitu Sheikh Ahmad al-Jaber al-Sabah. Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah lahir pada 25 Juni 1937 yang dibesarkan di Istana Dasman.
Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah mengawali karir politiknya pada 21 Februari 1961 sebagai gubernur di Governorat Hawalli. Pada 19 Maret 1978, Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri, dan pada 26 Januari 1988 menjadi Menteri Pertahanan.
Karir politik Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah terus berlanjut setelah invasi Irak tahun 1990 sebagai Menteri Perburuhan dan Sosial. Antara pertengahan tahun 1994 dan 2003, Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah diangkat menjadi wakil kepala Pengawal Nasional.
Selama menjabat, Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah berkontribusi dalam mendukung dan membangun integrasi keamanan di Dewan Kerjasama Teluk dan negara-negara Arab.Emir Kuwait Sheikh Sabah juga memuji Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah karena sikapnya yang adil, berprestasi, dan kompeten. Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah bahkan dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan mandat Kovenan.
Dalam sidang khusus Majelis Nasional yang diadakan pada tanggal 20 Februari 2006. Dewan Menteri menyampaikan perintah kerajaan yang merekomendasikan Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah untuk mandat Kovenan. Usai pemungutan suara, Sheikh Nawaf memperoleh persetujuan untuk posisi dengan suara bulat dari para anggota. Pada hari itulah, Sheikh Ahmad Nawaf Al-Sabah dilantik menjadi putra mahkota pada tahun 2006 untuk menggantikan Syeikh Sabah.
Simak: 7 Negara Mayoritas Muslim Terkaya di Dunia, Indonesia Masuk?
NAUFAL RIDHWAN ALY