Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Banyak terjadi manipulasi

Pengakuan seorang pekerja pada suatu biro konsultasi di jakarta selatan. tes-tes yang dilakukan diragukan validitasnya karena hasil tes sudah jadi, psikolog hanya menandatangani saja. (kom)

24 Mei 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam TEMPO 26 April (Pendidikan), Ibu Saparinah Sadli merasa khawatir akan sepak terjang biro-biro tes psikologi, sehingga diragukan validitas hasil tesnya. Dan inilah yang mendukung keraguan tersebut. Saya bekerja pada Biro Konsultasi Psikologi Yayasan, yang berlokasi di Jakarta Selatan. Dipimpin oleh seorang sarjana psikologi wanita dibantu oleh tiga orang pengurus dan 15 orang karyawan. Yayasan kami sangat aktif melakukan tes psikologi ke sekolah-sekolah, baik negeri maupun swasta dari tingkat TK sampai tingkat SLA. Tidak terbatas di wilayah DKI Jakarta saja tapi juga Tangerang, Bogor, Bandar Lampung, Palembang, Semarang, serta Pekalongan . Dalam pelaksanaan sehari-hari, Yayasan dipimpin oleh tiga orang pengurus yang menentukan kebijaksanaan Yayasan. Sedangkan Ibu Ketua Yayasan, karena statusnya pegawai negeri pada salah satu departeman, hanya datang seminggu sekali yaitu pada hari Jumat, dan itu pun kadang-kadang berhalangan hadir. Boleh dikatakan seluruh proses tes psikologi sampai selesai kami yang mengerjakan. Padahal, terus terang saja, kami dan juga pengurus Yayasan rata-rata hanya berpendidikan SLA saja. Celakanya, kami sama sekali tidak dan belum pernah diberi pendidikan khusus tentang tes psikologi, sehingga tidak cukup bekal untuk menjalankan tugas dengan baik. Jadi, kalau suatu ketika ada kelas yang ribut dan anaknya nakal-nakal, sedangkan petugas tes tidak bisa mengatasi keadaan yang terjadi adalah kesempatan untuk saling sontek. Bisa juga kalau petugas ingin segera menghindar dari suasana yang tidak menyenangkan, kadang waktu tesnya yang dipercepat beberapa menit dari waktu yang seharusnya. Pengaruhnya pada hasil tes? Tentu saja ada. Yang tidak saya pahami adalah pada proses pengolahan. Setelah lembar jawaban dikoreksi, dikelompokkan umurnya, dan diberi skor, sebelum diketik harus melalui salah seorang pengurus untuk dilihat skornya. Kalau perlu, diubah di sana-sini. Misalnya potensi dalam bidang bahasa nilainya 83 dan potensi dalam bidang ilmu pasti nilainya 109. Maka, nilai ini diubah menjadi 93 untuk bidang bahasa dan 99 untuk bidang ilmu pasti. Ada lagi, yang nilai untuk potensi pemahaman ruangnya 122 kemudian potensi dalam bidang bahasa nilainya 86 dan potensi pengertian praktis/logika 100 setelah diubah hasilnya masing-masing menjadi 102, 99, dan 96. Memang, jadinya mirip ramalan kode buntut. Menurut saya, perubahan ini mengaburkan aspek-aspek yang hendak diungkapkan dalam pemeriksaan psikologi dan berbahaya untuk mereka yang menjalani tes penjurusan pada kelas I SMA. Dugaan saya, ini dilakukan untuk memberi kesan bahwa hasil tes psikologi skornya terlihat seimbang. Dengan demikian, terhindar dari kemungkinan banyaknya permintaan untuk konsultasi. Dan saya ingatkan kembali bahwa yang melakukan perubahan itu bukanlah sarjana psikologi. Permainan sulap? Mungkin. Kalau begitu, apa tugas psikolog pada yayasan kami? Sebab, hasil tes sudah jadi dan sudah kami siapkan, ya, tentunya beliau tinggal menandatangani saja. Dalam catatan saya, setiap tahun peserta tes sekitar 50.000 anak. Tidak sedikit, mengingat psikolognya hanya seorang. Kalau dalam satu tahun terdapat 200 hari aktif, maka dalam satu hari yang harus ditandatangani oleh psikolog kami kurang lebih 250 lembar hasil tes, sedangkan beliau hanya datang sekali dalam seminggu. Itu pun setelah jam kantor usai. Apa boleh buat, hasil pemeriksaan psikologis dari yayasan kami tidak sempat lagi dianalisa psikolog, karena terbatasnya waktu. Jangankan menganalisa, untuk tanda tangan pun sering tidak selesai. Masih mending kalau hasil tesnya sempat dilihat seperti di atas. Pada tes privat (yang diadakan di kantor secara perorangan) hasilnya selesai dalam waktu tiga hari (kalau tes di sekolah hasilnya satu bulan). Karena psikolog kami datangnya seminggu sekali, maka oleh beliau disediakan blangko hasil yang sudah ditandatangani dalam jumlah yang cukup sehingga kami tinggal mengetikkan hasilnya dan memberi cap. Jadi, sebenarnya hasil yang diterima oleh mereka yang melakukan tes secara privat sama sekali tanpa melalui psikolog. Masih ada berbagai masalah yang, kalau saya uraikan satu per satu, akan menjadi terlalu panjang. Misalnya saja tentang materi soal yang diberikan, landasan teori yang digunakan, ketidaktelitian waktu koreksi, kesalahan menetapkan kelompok umur, dan meningkatnya nilai bagi mereka yang melakukan tes ulang. Sungguh sangat disayangkan, sampai menjelang tahun VI sejak berdirinya Yayasan, sama sekali tidak ada pengawasan dari pihak yang berwenang. Saya terutama mengharapkan pihak ISPsI agar bisa mengambil suatu tindakan terhadap anggotanya sebagaimana yang telah dilakukan oleh IDI. Tidak lupa mohon perhatian orangtua murid, guru-guru, kepala sekolah, juga Kakanwil Departemen P dan K dan siapa saja yang berkepentingan. Surat ini saya buat dengan penuh kebimbangan dan banyak pertimbangan. Tetapi demi kebaikan bersama dan dengan mengabaikan kepentingan pribadi, saya ingin penyimpangan-penyimpangan seperti ini ditertibkan. (Nama dan Alamat pada Redaksi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus