Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Anak Muda dan Kampanye Perubahan Iklim

Seruan Coldplay dan BTS adalah langkah awal untuk memantik kesadaran pemuda terhadap perubahan iklim. Perlu masuk kurikulum.

11 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tempo/Imam Yunni

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kesadaran pemuda terhadap dampak perubahan iklim menjadi penting sekarang.

  • Kampanye pesohor, seperti Coldplay dan BTS, adalah langkah awal untuk memantik kesadaran itu.

  • Pemerintah dapat memperkenalkan isu perubahan iklim dalam kurikulum pendidikan.

Anggi Afriansyah
Peneliti Kelompok Riset Pemuda, Modal Manusia, dan Masa Depan Pekerjaan di Pusat Riset Kependudukan BRIN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesadaran pemuda terhadap dampak perubahan iklim adalah salah unsur penting dalam mengatasi krisis iklim. Membangun kesadaran dan keaktifan pemuda terhadap isu ini adalah salah satu caranya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam skala global, World’s Youth for Climate Justice (WYCJ), misalnya, secara aktif menyuarakan kepemimpinan pemuda dalam kampanye mengatasi ketidakadilan yang timbul akibat krisis iklim. Organisasi ini percaya bahwa ada kesetaraan antar-generasi dan keadilan iklim yang perlu diwujudkan, sehingga mereka mengajukan hal tersebut sebagai bagian dari hak asasi manusia ke Mahkamah Internasional (ICJ).

Greta Thunberg, aktivis muda yang sangat getol menyuarakan isu perubahan iklim, dalam No One is too Small to Make a Difference (2019), menulis bahwa peran setiap orang penting dalam berjuang membuat perubahan nyata. Krisis iklim dalam pandangan Thunberg merupakan isu yang paling mudah sekaligus paling sulit dihadapi. Menurut dia, kita semua tahu solusinya, yaitu menghentikan emisi gas rumah kaca, tapi sulit karena kita tahu bahwa ekonomi saat ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil atau melalui penghancuran ekosistem alam untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi. Ia mengajak para pemuda dan seluruh elemen global terus berjuang aktif dalam mengatasi krisis iklim.

Tantangan untuk membawa krisis iklim menjadi isu bersama memang masih besar. Meski secara masif berbagai program sudah coba dijalankan, belum semua kalangan masyarakat memahami isu ini. Sophia Kianni, dalam paparannya di Ted Talk pada 28 Februari 2022, menyatakan sebagian besar literatur ilmiah yang menjelaskan isu perubahan iklim didominasi publikasi berbahasa Inggris. Dia menilai hal tersebut menciptakan kesenjangan pengetahuan di masyarakat yang tidak bisa berbahasa Inggris. Ia kemudian membuat gerakan Climate Cardinals, yang salah satu kegiatannya adalah menerjemahkan literatur berbahasa Inggris ke lebih dari 100 bahasa lain untuk membuat transfer pengetahuan dapat terjadi dan lebih banyak orang yang terpapar isu ini.

Suara Populer

Menyuarakan isu ini dalam tampilan yang lebih mudah dipahami menjadi tugas bersama. Coldplay adalah salah satu grup musik berpengaruh yang menyuarakan isu perubahan iklim dalam setiap konsernya. Pada rilis di situs web Sustainability.coldplay.com, mereka berjanji mengurangi emisi karbon dalam setiap konsernya. Misalnya, Coldplay bekerja sama dengan DHL untuk meminimalkan emisi dari pengangkutan dan transportasi. Panggungnya juga dibangun dan dibuat dari kombinasi bahan yang ringan, rendah karbon, serta dapat didaur ulang.

Selain Coldplay, BTS termasuk grup K-pop yang cukup peduli dalam menyuarakan isu perubahan iklim. BTS bahkan menyampaikan pidato soal perubahan iklim dalam Sidang Umum PBB. Adapun Blackpink, grup musik Korea lain, mengajak penggemarnya lebih tergerak dan melakukan aksi nyata dalam menanggulangi krisis iklim melalui videonya, "Calling All Blinks: Climate Action in Your Area".

Selain berharap pada suara para pesohor, pendidikan masih sangat relevan untuk mengajak generasi muda aktif melakukan perubahan agar bumi menjadi lebih ramah untuk ditinggali. Apalagi UNICEF, dalam laporan The Climate Crisis is a Child Rights Crisis (2021), menyebutkan banyak kerentanan yang menimpa anak-anak akibat perubahan iklim, termasuk di bidang kesehatan, pendidikan, perlindungan, dan partisipasi.

Laporan UNICEF menyatakan sekitar 1 miliar anak tinggal di negara yang berisiko sangat tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Dalam jangka panjang, tentu hal itu sangat berpengaruh pada kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Posisi tersebut menjadikan isu iklim harus dipahami generasi muda agar mereka kemudian dapat melakukan aksi yang nyata untuk mengantisipasinya.

Konteks Indonesia

Dalam konteks Indonesia, apakah isu perubahan iklim yang disampaikan para pesohor tersebut dapat menjadi kesadaran dan diaktualkan dalam kehidupan keseharian para penggemarnya? Tentu hal tersebut perlu diuji. Yang jelas, pesan para pesohor merupakan langkah awal untuk menyampaikan isu besar tentang perubahan iklim.

Hal yang perlu dipahami juga adalah para penggemar ini umumnya merupakan kelas menengah perkotaan sehingga isunya pun bias kelas menengah perkotaan. Padahal yang paling terkena dampak isu perubahan iklim adalah masyarakat di wilayah perdesaan dan pesisir. Pemerintah perlu memiliki langkah konkret agar isu ini juga dipahami generasi muda di daerah tersebut.

Agar para pemuda dapat memiliki kesadaran kritis dan aktif berperan, perlu diambil langkah yang lebih praktis. Pemerintah dapat memperkenalkan isu perubahan iklim dalam kurikulum pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai bagian dari mass education dapat melakukan kegiatan nyata, seperti menelaah secara kritis isu ini dalam kegiatan pembelajaran ataupun aktivitas lain, misalnya aktif memilah sampah, membersihkan sungai dan laut dari sampah, atau menghemat energi.

Tata kelola pemerintah yang mendukung konservasi hutan, pengurangan emisi karbon, dan industri yang ramah lingkungan menjadi hal utama. Dalam konteks ini, pemerintah perlu bertindak tegas terhadap pengelolaan industri yang merusak lingkungan. Tanpa langkah konkret semacam ini, pesan para pesohor tersebut pada akhirnya hanya akan menguap begitu saja.



PENGUMUMAN

Redaksi menerima tulisan opini dari luar dengan syarat: panjang sekitar 5.000 karakter (termasuk spasi) atau 600 kata dan tidak sedang dikirim ke media lain. Kirim tulisan ke e-mail: [email protected] disertai dengan nomor kontak dan CV ringkas.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Anggi Afriansyah

Anggi Afriansyah

Peneliti Sosiologi Pendidikan di Pusat Riset Kependudukan BRIN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus