Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salam sehat untuk semua sahabat. Lebih khusus sahabat muslim yang sedang bergembira merayakan Lebaran. Hari kemenangan. Mungkin di antara kita masih tinggal di kampung halaman, tempat yang sudah sangat lama kita tinggalkan untuk mencari nafkah di kota. Kita bermaaf-maafan. Kita sungkem kepada orang yang lebih tua. Kita melepas rasa rindu sekaligus memulihkan segala kepenatan raga dan jiwa selama di perantauan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terbalas sudah perjuangan dan kepenatan kita pada saat mudik beberapa hari yang lalu. Perjalanan mengobati rasa rindu kembali ke desa. Kembali sungkem dan dipeluk orang tua. Kembali bercengkerama dengan kawan lama. Makan opor ayam ramai-ramai penuh canda, meskipun barangkali di antara kita ada yang salat id pada hari yang berbeda. Perbedaan itu soal kecil untuk kegembiraan yang besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di era teknologi canggih ini, rasa rindu itu sesungguhnya bisa disampaikan lewat virtual. Ada video call di setiap handphone yang kita miliki. Setiap saat kita bisa mengobati rasa kangen dengan ibu, ayah, keponakan, dan seterusnya di kampung melalui barang kecil yang disebut handphone itu. Bukankah benda itu sudah tak asing lagi di perdesaan yang terpencil sekalipun? Tapi wajah yang terpampang di layar itu tak bisa memeluk kita, dan kita tak bisa menciumnya. Itulah kenapa ratusan juta orang mudik hanya sesungguhnya ingin dipeluk orang terkasih di kampung. Setahun sekali melepas rindu dengan penuh perjuangan di jalan sampai lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada polisi yang mengatur lancarnya perjalanan itu. Padahal polisi itu pun tentu dirindui pula oleh keluarganya.
Idul Fitri, kata para pemuka agama, adalah hari di mana kita memulai hidup baru yang lebih bersih. Idul Fitri berarti kembali ke fitrah, kembali ke kesucian. Kita lebih akrab menggunakan istilah khas Nusantara, yakni Lebaran. Kata Lebaran sudah lama masuk Kamus Besar Bahasa Indonesia. Arti Lebaran disebutkan sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama Ramadan. Kata Lebaran dikenal masyarakat Jawa dalam rumpun bahasa Kawi. Arti Lebaran adalah selesai, usai, habis. Dan Wali Songo memperkenalkan kata ini untuk menandai selesainya menjalankan ibadah puasa pada Ramadan.
Apa yang kita harapkan setelah Lebaran berlalu? Kembali ke jati diri dalam keadaan suci dengan semangat kemenangan setelah berhasil mengendalikan nafsu selama berpuasa. Bersiap kembali ke kota tempat kita bekerja setelah rindu terobati dan inspirasi dari desa kita dapatkan. Kita kembali bekerja, entah itu di perkantoran atau di pabrik dengan semangat kemenangan dan hati yang bersih. Apalagi kita sudah saling memaafkan kepada semua orang yang kita jumpai. Betapa malangnya perjuangan membunuh rindu dan mencari fitrah tatkala kita berlebaran jika kita kembali berkutat pada hal-hal yang kotor. Caci maki di media sosial, misalnya. Apalagi mencari nafkah dengan cara-cara yang tidak baik. Perilaku kita seharusnya berubah. Kalau tidak, apa gunanya kita mudik dan berlebaran?
Ke depan, kita akan dihadapkan pada situasi yang memang membuat banyak hal kotor bermunculan. Kita bersiap menghadapi pemilihan umum dan pemilihan presiden. Dua kegiatan politik yang bersamaan. Meski politik itu seharusnya tak selalu kotor, persaingan untuk meraih kemenangan politik yang ujungnya adalah meraih jabatan dan kekuasaan pastilah akan menyebabkan perpecahan. Sudah pasti para kader partai dan pendukung calon presiden bisa membuat bangsa ini terbagi dalam kelompok-kelompok. Bagaimana agar perpecahan dengan munculnya kelompok-kelompok itu tidak berlanjut setelah pemilihan umum usai? Itu kerinduan baru yang harus kita hadirkan. Bisakah kemenangan pada Hari Lebaran ini kita jadikan kemenangan dalam membangun peradaban yang lebih baik untuk bangsa ini?
Harus bisa. Itulah kemenangan yang sejati. Selamat Lebaran.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo