TEMPO pernah memuat tentang orang-orang Kubu, yang populasinya berkurang banyak. Dilaporkan bahwa malapetaka ini disebabkan wabah penyakit yang melanda mereka. Tapi, sayangnya, petaka yang dialami orang-orang Kubu itu kurang mendapat perhatian kita. Malah berita tentang perlindungan binatang langka lebih mendapat tanggapan. Dalam dua dekade terakhir ini memang ada trend baru yang berpaham bahwa nilai manusia sudah sama dengan nilai hewan. Pandangan ini sudah menyusupi masyarakat di negara maju. Lihat saja: publikasi untuk perlindungan binatang lebih banyak daripada berita kelaparan di Ethiopia. Paham ini sangat dipengaruhi buku Animal Liberation 1975, yang ditulis oleh Peter Singer, seorang guru besar filsafat di Universitas Monash, Melbourne, Australia. Pengaruh tokoh ini memang cukup luas dengan timbulnya gerakan protes terhadap percobaan binatang, perburuan, dan gerakan ekstrem berupa perusakan toko-toko penjual daging hewan. Kemudian, gerakan berpantang daging sebagai penghormatan pada binatang. Apakah Singerisme ini sudah menyusup ke negeri ini, sehingga orang-orang Kubu sampai berkurang jauh jumlahnya? Mengapa kita tidak cepat tanggap terhadap masalah besar ini? Usaha perlindungan binatang langka memang usaha yang terpuji dan merupakan keharusan, tapi itu tidak didasari Singerisme. Sehingga, kita tidak lupa pada saudara kita orang-orang Kubu, yang sebenarnya manusia seperti kita. Mereka juga pewaris negeri ini. Kalau mereka binasa, kita turut bertanggung jawab. DARMAWAN SEMBIRING PELAWI Jalan Pak Gatot VI/214B Gegerkalong Bandung
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini