Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Pengganggu dari selatan

Kamboja merupakan satu mata rantai perdagangan besar antara asia timur dan italia. negara tetangga sebelah selatan kamboja merasa sebagai super power asia dengan angkatan laut & marinir dapat mendudukinya.

3 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JADI di PBB Norodom Sihanouk telah mengungkapkan bahwasanya vietnam si tetangga di sebelah Timur itu telah mengganggu Kamboja sejak abad 15. Mengenai ini tetangga saya Mira di sebelah Selatan rumah sungguh terkejut. Memang dia lebih apal riwayat Elizabeth Taylor dari pada riwayat tetangganya di sebelah Utara Tanjungpinang. Musuh-musuhan kok bisa begitu lama ya, katanya. Nah, itu suatu bukti bahwa bangsa-bangsa di Asia ini bisa berbeda seperti bumi dan langit. Kalau kita ini, biar sudah lama dianiaya Belanda dan Jepang, gampang saja mengundang mereka kembali ke Nusantara untuk salam-salaman dan kerjasama. Kita kagumi mereka, dan kita layani mereka sampai mereka sendiri nangis saking terharunya. Misalnya di kota Bandung ini. Dua ratus mesin Pachinco kemarin ini kita pasang buat dua ratus orang Jepang yang rajin bekerja di Bandung. Katanya supaya mereka ini senang hati dan kerasan di Kota Kembang, asal mereka jangan jadi Kenpeitai saja. Memang bangsa kita ini punya potongan lain. Dan ya, Mira, mudah-mudahan saja rakyat Kamboja juga tidak membenci kita. Kita ini kan suka damai. Jawab Mira, tentu saja, tapi mana bisa orang Kamboja sentimen sama kita? Kita ini kan tidak pernah mengganggu mereka? Waduh. Mendengar ini sayalah yang balik terkejut. "Saya kira Mira sudah tahu? Damai ya damai. Tapi kita ini toh bukan bangsa yang alim sepanjang masa? Maaf saja ya. Kita ini juga suka mengganggu lho! Ingat saja Ganyang Malaysia. Tapi ini masih belum apa-apa ketimbang Ganyang Kamboja dan Ganyang Vietnam. "Anda mengerti mengapa kepala Mira jadi pusing. Dia tidak mengerti ngalor-ngidulnya ucapan saya. Tak Punya Anak Lelaki Begini sajalah nona. Jaman dulu itu ada seorang raja yang bernama Jayawarman ke-Satu. Istananya ada di Isyanapura di sebelah Utara Kompong Thom. Ya betul. Ini daerah yang kemarin ini dilindas oleh tiga divisi Vietnam. Tapi dulu pada tahun 650 Jayawarman mulai naik takhta di sana sebagai raj Cen-la atau Kamboja dengan bumbu Laos sedikit. Jadi tigabelas abad yang lalu. Dan seperti Shah Mohamad Reza Pahlevi, paduka yang mulia Jaya juga kepingin punya anak lelaki. Shah Iran sampai harus menikah tiga kali sebelum melihat hasilnya. Berapa kali Jayawarman kawin saya tidak tahu. Pendeknya dia tak pernah dikaruniai anak lelaki. Maka itu tadinya saya menganggap bahwa PYM Jaya ini lebih sial dari Shah Reza. Tapi sekarang saya tentu berubah pendapat. Masa depan rajakula Shah mendadak jadi gelap juga rupanya. Yang jelas, apa yang dikhawatirkan Jayawarman akhirnya meledak juga. Dia mangkat tahun 685, maka lantas semua orang yang merasa diri 'orang kuat' di Kamboja pada saling cakar-cakaran yang mengalirkan banyak darah. Maklumlah kalau dalam kesibukan seperti itu mereka lupa satu hukum. Yakni bahwa negara yang terpecah-pecah seperti itu biasanya bakal dimakan oleh negara-negara lain. Soalnya, Kamboja itu cukup menerbitkan alir liur. Dia merupakan satu matarantai perdagangan besar antara Asia Timur dan Italia, dan siapa yang berkuasa di situ bisa jadi kapitalis besar. Dengan sendirinya para kapitalis di Asia sangat memperhatikan pergolakan di Kamboja itu. Dan rupanya memang ada bangsa entrepreneur kawakan yang bergerak cepat, mungkin sama cepat dengan Blitzkrieg Vietnam sekarang ini, tapi mustinya lebih menakjubkan. Coba pikir Mira. Negeri mereka itu sangat jauh dari Kamboja, bahkan harus dicapai dengan menyeberangi lautan luas. Mereka itu, mentang-mentang merasa diri sebagai superpower Asia, merasa bahwa Kamboja adalah haknya. Maka dengan angkatan lautnya yang hebat dan pasukan marinirnya yang sangat galak mereka gempur saja Kamboja sampai hancur dan mendudukinya sampai seratus tahun. Soal Sensitif Melihat bahwa saya ini kurang jujur, Mira bertanya: "Siapa sih mereka itu? Jawab saya, pokoknya mereka itu ada di sebelah Selatan Kamboja tapi tidak di Kutub Selatan. Ya di Selatan di mana? desak Mira saya tentu merasa terdesak dan hanya bisa menjawab: "Ah malu ah! . . .Ini soal sensitip lho . . . Bisa bikin malu bangsa sendiri saja . . . !" Lolos dari desakan itu saya lalu menyambung bahwa mereka itu dulu terkenal sebagai bernafsu untuk menguasai ekonomi dunia. Memallg ini nafsu besar, tapi tenaganya juga besar. Polah-tingkahnya dan pencak-silatnya sudah terasa oleh penghuni Asia, terutama yang bermukim di pantai-pantai dagang. Sebentar-sebentar mereka berteriak Ganyang Kamboja, Ganyang Vietnam, dan seterusnya. Dua kali mereka mengobrak-abrik wilayah Vietnam Timur sambil menghancurkan kota Nha Trang. Itu terjadi pada tahun 774 dan 789. Pada tahun 767 mereka juga menggempur Tongkin sampai berantakan. Dan Mira tahu nama ibukota Tongkin? Ya betul. Hanoi. Lama-lama Mira tentu jadi kesal. Aduuu, siapa sih mereka? "Sudah ah!" begitu potong saya. Kalau saya bilang, bisa-bisa nanti Vietnam akan memaki-maki kita, lantas mengadu kepada big boss-nya dari Negeri Beruang, dan kita bakal ikut disembur di PBB. "Habis, orang-orang di sana pada mengungkit-ungkit jaman dulu sih!" Supaya engkau jangan lagi kesal, begini saja nona. Mereka itu tinggal di negeri Zabag, dan katanya Zabag itu sama dengan Yabadiou, dan katanya Yabadiou itu sama dengan Yavadwipa, pokoknya di sebelah Selatan Kamboja dan Vietnam. Dan Mira serasa seperti minum bodrex. Seperti yang selalu nampak dalam iklan TV, pusing kepalanya segera hilang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus