JADI di PBB Norodom Sihanouk telah mengungkapkan bahwasanya
vietnam si tetangga di sebelah Timur itu telah mengganggu
Kamboja sejak abad 15. Mengenai ini tetangga saya Mira di
sebelah Selatan rumah sungguh terkejut. Memang dia lebih apal
riwayat Elizabeth Taylor dari pada riwayat tetangganya di
sebelah Utara Tanjungpinang. Musuh-musuhan kok bisa begitu lama
ya, katanya.
Nah, itu suatu bukti bahwa bangsa-bangsa di Asia ini bisa
berbeda seperti bumi dan langit. Kalau kita ini, biar sudah lama
dianiaya Belanda dan Jepang, gampang saja mengundang mereka
kembali ke Nusantara untuk salam-salaman dan kerjasama. Kita
kagumi mereka, dan kita layani mereka sampai mereka sendiri
nangis saking terharunya.
Misalnya di kota Bandung ini. Dua ratus mesin Pachinco kemarin
ini kita pasang buat dua ratus orang Jepang yang rajin bekerja
di Bandung. Katanya supaya mereka ini senang hati dan kerasan di
Kota Kembang, asal mereka jangan jadi Kenpeitai saja. Memang
bangsa kita ini punya potongan lain.
Dan ya, Mira, mudah-mudahan saja rakyat Kamboja juga tidak
membenci kita. Kita ini kan suka damai. Jawab Mira, tentu saja,
tapi mana bisa orang Kamboja sentimen sama kita? Kita ini kan
tidak pernah mengganggu mereka?
Waduh. Mendengar ini sayalah yang balik terkejut. "Saya kira
Mira sudah tahu? Damai ya damai. Tapi kita ini toh bukan bangsa
yang alim sepanjang masa? Maaf saja ya. Kita ini juga suka
mengganggu lho! Ingat saja Ganyang Malaysia. Tapi ini masih
belum apa-apa ketimbang Ganyang Kamboja dan Ganyang Vietnam.
"Anda mengerti mengapa kepala Mira jadi pusing. Dia tidak
mengerti ngalor-ngidulnya ucapan saya.
Tak Punya Anak Lelaki
Begini sajalah nona. Jaman dulu itu ada seorang raja yang
bernama Jayawarman ke-Satu. Istananya ada di Isyanapura di
sebelah Utara Kompong Thom. Ya betul. Ini daerah yang kemarin
ini dilindas oleh tiga divisi Vietnam. Tapi dulu pada tahun 650
Jayawarman mulai naik takhta di sana sebagai raj Cen-la atau
Kamboja dengan bumbu Laos sedikit. Jadi tigabelas abad yang
lalu.
Dan seperti Shah Mohamad Reza Pahlevi, paduka yang mulia Jaya
juga kepingin punya anak lelaki. Shah Iran sampai harus menikah
tiga kali sebelum melihat hasilnya. Berapa kali Jayawarman kawin
saya tidak tahu. Pendeknya dia tak pernah dikaruniai anak
lelaki. Maka itu tadinya saya menganggap bahwa PYM Jaya ini
lebih sial dari Shah Reza. Tapi sekarang saya tentu berubah
pendapat. Masa depan rajakula Shah mendadak jadi gelap juga
rupanya.
Yang jelas, apa yang dikhawatirkan Jayawarman akhirnya meledak
juga. Dia mangkat tahun 685, maka lantas semua orang yang merasa
diri 'orang kuat' di Kamboja pada saling cakar-cakaran yang
mengalirkan banyak darah. Maklumlah kalau dalam kesibukan
seperti itu mereka lupa satu hukum. Yakni bahwa negara yang
terpecah-pecah seperti itu biasanya bakal dimakan oleh
negara-negara lain.
Soalnya, Kamboja itu cukup menerbitkan alir liur. Dia merupakan
satu matarantai perdagangan besar antara Asia Timur dan Italia,
dan siapa yang berkuasa di situ bisa jadi kapitalis besar.
Dengan sendirinya para kapitalis di Asia sangat memperhatikan
pergolakan di Kamboja itu.
Dan rupanya memang ada bangsa entrepreneur kawakan yang bergerak
cepat, mungkin sama cepat dengan Blitzkrieg Vietnam sekarang
ini, tapi mustinya lebih menakjubkan. Coba pikir Mira. Negeri
mereka itu sangat jauh dari Kamboja, bahkan harus dicapai dengan
menyeberangi lautan luas. Mereka itu, mentang-mentang merasa
diri sebagai superpower Asia, merasa bahwa Kamboja adalah
haknya. Maka dengan angkatan lautnya yang hebat dan pasukan
marinirnya yang sangat galak mereka gempur saja Kamboja sampai
hancur dan mendudukinya sampai seratus tahun.
Soal Sensitif
Melihat bahwa saya ini kurang jujur, Mira bertanya: "Siapa sih
mereka itu? Jawab saya, pokoknya mereka itu ada di sebelah
Selatan Kamboja tapi tidak di Kutub Selatan. Ya di Selatan di
mana? desak Mira saya tentu merasa terdesak dan hanya bisa
menjawab: "Ah malu ah! . . .Ini soal sensitip lho . . . Bisa
bikin malu bangsa sendiri saja . . . !"
Lolos dari desakan itu saya lalu menyambung bahwa mereka itu
dulu terkenal sebagai bernafsu untuk menguasai ekonomi dunia.
Memallg ini nafsu besar, tapi tenaganya juga besar.
Polah-tingkahnya dan pencak-silatnya sudah terasa oleh penghuni
Asia, terutama yang bermukim di pantai-pantai dagang.
Sebentar-sebentar mereka berteriak Ganyang Kamboja, Ganyang
Vietnam, dan seterusnya. Dua kali mereka mengobrak-abrik wilayah
Vietnam Timur sambil menghancurkan kota Nha Trang. Itu terjadi
pada tahun 774 dan 789. Pada tahun 767 mereka juga menggempur
Tongkin sampai berantakan. Dan Mira tahu nama ibukota Tongkin?
Ya betul. Hanoi.
Lama-lama Mira tentu jadi kesal. Aduuu, siapa sih mereka? "Sudah
ah!" begitu potong saya. Kalau saya bilang, bisa-bisa nanti
Vietnam akan memaki-maki kita, lantas mengadu kepada big
boss-nya dari Negeri Beruang, dan kita bakal ikut disembur di
PBB. "Habis, orang-orang di sana pada mengungkit-ungkit jaman
dulu sih!"
Supaya engkau jangan lagi kesal, begini saja nona. Mereka itu
tinggal di negeri Zabag, dan katanya Zabag itu sama dengan
Yabadiou, dan katanya Yabadiou itu sama dengan Yavadwipa,
pokoknya di sebelah Selatan Kamboja dan Vietnam.
Dan Mira serasa seperti minum bodrex. Seperti yang selalu nampak
dalam iklan TV, pusing kepalanya segera hilang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini