PERKENANKAN saya menanggapi wawancara Dirjen TVRI drs. Sumadi
(TEMPO, Januari):
"Maka jatuh per kapita Rp 0,80". Ini kurang tepat. Bukankah
anda mafhum, bahwa tidak sedikit pemilik teve yang belum
menikmati "perataan perlistrikan" alias masih menggunakan PLTA
(Pembangkit Listrik Tenaga Air) seperti saya?
Sekedar bahan pertimbangan anda untuk menunda niat meninjau
kembali iuran, mari kita berhitung sebentar: harga sebuah accu
12 volt Rp 15.000, dapat dipakai selama 2 tahun, ongkos
nyetrum Rp 300 sanggup memberi makan teve selama 10 malam a 3
atau 4 jam /malam, dan iuran teve 14 ini Rp 500 sebulan.
Pengluaran rata-rata sebulan adalah: (Rp 15.000: 24) + (Rp 300
x 3) + Rp 500 = Rp 2.025 atau sehari: Rp 67,50. "Isi" rumah saya
4 jiwa, maka jumlah jamleh jatuh per kapita Rp 16,88.
Ketimbang pergi ke bioskop atau tempat hiburan lainnya, biaya
tersebut jauh lebih murah. Memang betul Mas. Tetapi bukankah
ini termasuk yang dicita-citakan dan bahkan termaktub dalam
UUD-nya suatu Republik yang telah merdeka dan berdaulat penuh
selama 31 tahun: kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat?
Kalau yang terakhir ini pun mau "ditinjau kembali", lalu apa sih
yang murah di negeri ini?
TAUFIK NASJIB
Cempaka Putih 37,
Rt. 006/05, Bintaro,
Jakarta Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini