Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Dosen Unair: Dampak Ekologis Reklamasi Surabaya Bisa Sampai ke Daerah Lain

Dalam konteks laut yang tanpa batas, dosen di Unair ini mengatakan, membahas dampak reklamasi tidak bisa membahas Surabaya saja.

14 Agustus 2024 | 21.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Nelayan menambatkan perahunya di sisi timur Jembatan Suramadu di Surabaya, Jawa Timur, Jumat 17 April 2020. Sementara kota-kota lain yang belum memberlakukan PSBB juga mulai melakukan kebijakan penutupan jalan-jalan protokol serta tempat-tempat wisata. ANTARA FOTO/Zabur Karuru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Surabaya - Rencana proyek reklamasi Waterfront Land di pesisir timur Surabaya menuai aksi penolakan dari sejumlah kalangan, terutama masyarakat pesisir. Mereka khawatir reklamasi akan merusak ekosistem laut yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Proyek reklamasi yang bakal memberi dampak ekologis diamini oleh peneliti biologi kelautan, akuakultur, dan ekologi molekuler di Universitas Airlangga (Unair), Sapto Andriyono. “Saat reklamasi terjadi, efeknya adalah timbul kekeruhan. Ikan-ikan akan pindah dan mungkin tangkapan nelayan berkurang," ujarnya melalui keterangan yang dibagikan, Rabu 14 Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dosen di Fakultas Perikanan dan Kelautan Unair itu menjelaskan bahwa laut merupakan perairan yang tanpa batas. Ekosistem laut saling terhubung. Karenanya, perubahan pada suatu bagian akan berpengaruh secara keseluruhan di daerah sekitar. "Dalam konteks ini, kita tidak bisa membahas Surabaya saja. Jadi, efeknya bisa sampai ke Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, dan seterusnya," kata Sapto.

Meskipun demikian, Sapto tidak menyangkal bahwa proyek reklamasi memiliki potensi pemberdayaan. Sebagai komprominya, pemerintah, kata dia, harus memperhatikan pentingnya peran Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dalam proyek reklamasi Surabaya.

Menurut Sapto, Amdal merupakan alat krusial untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi dampak lingkungan dari proyek reklamasi. Proses penyusunannya juga perlu melibatkan konsultasi publik untuk mempertimbangkan kekhawatiran masyarakat lokal. "Jadi, sebelum membangun reklamasi, Amdal ini harus benar-benar matang terlebih dahulu," katanya.

Selain itu, Sapto juga memberi beberapa masukan terkait dampak sosial dan ekonomi yang mungkin terjadi akibat proyek reklamasi. Menurutnya, pemerintah harus aktif memberikan dukungan dan pendampingan terhadap warga pesisir. Pendampingan tersebut dapat berupa pelatihan atau kebijakan yang mampu mewadahi warga jika terjadi pergeseran mata pencarian.

"Bergeser, misalnya, bukan lagi menangkap, tetapi berfokus pada pengolahan ikannya. Ini membutuhkan peran pemerintah untuk menyediakan dukungan dan pendampingan intensif bagi warga," katanya sambil menambahkan Surabaya tetap bisa menjadi kota besar dengan kearifan lokalnya. "Misalnya meningkatkan branding UMKM ikan asap Kenjeran," katanya lagi.

Pada akhirnya Sapto berharap proyek reklamasi Surabaya tidak melenceng dari konsep keberlanjutan. Dia menekankan pentingnya pertimbangan dampak lingkungan jangka panjang dan kebermanfaatannya bagi masyarakat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus