Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mobil

Ini Penyebab Onderdil Harley-Davidson Tua Sulit Dicari dan Mahal

Harley-Davidson keluaran lawas seperti di bawah tahun 1970 untuk berburu onderdil yang dibutuhkan seringkali harus datang langsung ke negeri Paman Sam

7 Desember 2019 | 07.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Motor Harley Davidson yang diselundupkan pada pesawat Garuda Indonesia, saat diperlihatkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri BUMN Erick Thohir di Jakarta, Kamis 5 Desember 2019. Motor Harley-Davidson Electra Glide Shovelhead diproduksi dengan dua varian mesin, yakni 1.300 cc dan 1.210 cc. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kalangan pecinta motor Harley-Davidson di Yogyakarta mengakui di jaman kemudahan teknologi informasi saat ini tak melulu berbanding lurus dengan kemudahan dalam urusan berburu onderdil unit motor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengurus Harley-Davidson Club Indonesia (HDCI) DI Yogyakarta Eka Wiyandi menuturkan, pemilik Harley keluaran lawas seperti di bawah tahun 1970 an, untuk berburu onderdil yang dibutuhkan seringkali harus mencari di tanah kelahiran motor itu, Amerika. Tentu saja dengan mulai dari mencari di internet mana saja bengkel yang menyediakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Tapi setelah onderdil yang dicari ketemu, dibayar, ternyata tak bisa masuk Indonesia karena terbentur aturan kalau itu barang bekas dan tak bisa masuk Indonesia, ini yang disayangkan,” ujar Eka kepada Tempo Jumat 6 Desember 2019.

Eka menuturkan, seorang rekannya pernah mencoba mendatangkan blok mesin bekas dari sebuah seri Harley lawas yang sudah dibayar ratusan juta rupiah dari sebuah bengkel di Amerika. Namun barang itu tertahan di Kantor Bea Cukai karena dianggap bukan arang yang bisa dikategorikan masuk.

“Kami berharap ada aturan tegas yang mengakomodasi hal hal seperti ini. Misalnya ada ketegasan kalau barang bekas itu boleh masuk dengan pajak tinggi, karena kerapkali yang terjadi kucing-kucingan atau malah berpotensi pungli agar barang itu lolos,” ujar Eka.

Eka menuturkan, kolektor Harley-Davidson biasanya orang orang yang memang memiliki kemampuan untuk membeli spare part yang dibutuhkan meski harganya tinggi. Menurutnya tidak akan masalah barang bekas seperti onderdil Harley bisa masuk walau dibebani pajak besar.

“Asalkan barang itu statusnya jadi legal, kami kira para kolektor Harley itu tidak masalah ada beban pajak tinggi. Karena namanya hobi,” ujarnya.

Eka menuturkan onderdil Harley tua paling sulit dicari terutama untuk bagian mesin. Mulai dari pengapian sampai power. “Bayangkan saja usia motor ada yang sudah 60 tahun, cari onderdilnya ke mana kalau bukan di tanah kelahirannya, Amerika,” ujarnya.

Di Amerika, ujar Eka, karena menjadi lokasi lahirnya Harley, maka bengkel bengkel yang menyediakan onderdil lawasan pun menurutnya lebih gampang diperoleh. Asal ada kenalan sesame pecinta Harley. “Kalau di Indonesia kayak kita mencari bengkel Ahass,” ujarnya.

Eka menuturkan, setuju saja pemerintah menjaga barang bekas tak bisa masuk karena barang itu bisa dikategorikan limbah. Namun untuk barang yang masih dipergunakan dan memiliki nilai ekonomis tinggi bisa ada pengecualian.

“Karena bagaimanapun otomotif menjadi satu bagian industry kreatif, kami harap regulasi soal barang bekas itu tidak menyulitkan pelaku di dalamnya,” ujarnya.

Eko Ari Wibowo

Eko Ari Wibowo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus