Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETIAP pagi Haidir bin Misran memarkir becak bermotornya tak jauh dari Vihara Tri Ratna di tepi Sungai Asahan, Tanjungbalai, Sumatera Utara. Kamis pekan lalu, perhatiannya tertuju ke patung Buddha yang menjulang di atap vihara. ”Buat apa patung tuh, hanya gagah-gagahan saja,” katanya. Sebaliknya, penarik becak lainnya, Wasdi, tak merasa terganggu. ”Bagimu agamamu, bagiku agamaku,” katanya, mengutip selarik ayat Al-Quran.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo