Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font face=verdana size=1>Bisnis Informasi</font><br />Awas, Intel di Mana-mana

Bisnis intel sedang marak. Macam-macam yang diintip: dari urusan politik sampai kisruh kamar tidur.

24 Maret 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SURAT elektronik itu datang dari Washington, Amerika Serikat. Isinya singkat: permintaan untuk menyelisik madrasah macam apa di Jakarta yang pernah menjadi sekolah Barack Obama, bakal calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat. Saat berusia enam tahun, Obama memang pernah tinggal di Indonesia. ”Kalau permintaannya hanya itu, bisa selesai dalam beberapa hari saja,” kata Noor Huda Ismail, si penerima surat itu. Noor Huda bekerja untuk Securindo Global Consulting, sebuah perusahaan manajemen risiko yang berbasis di Jakarta.

Permintaan untuk melacak jejak Obama di Indonesia hanya satu dari sekian kontrak yang ditangani Securindo. Selain memeriksa latar belakang seseorang atau sebuah perusahaan, mereka menyediakan jasa manajemen risiko. ”Kami seperti verifikator independen untuk semua informasi soal keamanan,” kata Noor Huda.

Setahun terakhir, bisnis jual-beli informasi bisnis, politik, dan keamanan memang sedang booming. Hampir semua perusahaan asing yang ingin menanam uang di negeri ini menggunakan jasa konsultan keamanan untuk menilai risiko investasi mereka. Hitam-putih laporan mereka ikut menentukan masuk-tidaknya investasi jutaan dolar ke Indonesia.

”Bisnis ini mulai marak setelah 1998,” kata Bara Muskita, Direktur Hill and Associate, perusahaan konsultan keamanan yang berpusat di Hong Kong. Pada masa Orde Baru, peran tentara yang kuat membuat perusahaan-perusahaan seperti Hill tak laku. Baru pasca-Soeharto, satu demi satu perusahaan manajemen risiko kelas dunia, seperti Kroll dan Pinkerton, masuk ke Indonesia.

Sebagian perusahaan manajemen risiko pada awalnya berfokus pada jasa pengamanan perusahaan asing dan karyawannya di Jakarta. Ketika itu, para ekspatriat merasa tak aman karena di Jakarta banyak kerusuhan.

Hill and Associate termasuk yang seperti itu. Selain pengamanan VIP, kata Bara, perusahaannya–semula bernama Renful Associates—menyediakan latihan untuk petugas satuan pengamanan dan peralatan keamanan. Belakangan, baru mereka berkonsentrasi pada jasa konsultan keamanan dan manajemen risiko.

Layanan yang mereka sediakan beragam. Mulai perencanaan desain kantor, prosedur evakuasi dalam keadaan genting, sampai desain sistem informasi perusahaan agar tak mempan dibobol hacker. ”Kami juga bisa melacak penipuan internal perusahaan yang sekarang makin sering terjadi,” kata Bara.

Perjalanan Securindo pun serupa. Induk perusahaannya, PT Securindo Gada Patria, awalnya hanya menyediakan jasa pengawalan dan petugas satpam. Baru dua tahun terakhir, Securindo menawarkan jasa investigasi mereka. Di lapangan, Noor Huda adalah ujung tombak perusahaan ini. Dia pernah menjadi koresponden koran The Washington Post dan peneliti di Institute of Defense and Security Studies, lembaga riset di bawah naungan Nanyang Technological University, Singapura. Pengalamannya jadi santri di Pondok Pesantren Ngruki, Solo, Jawa Tengah, membuat analisisnya soal gerakan terorisme di Indonesia jadi bermanfaat.

l l l

MESKI menyediakan banyak jenis layanan, pada dasarnya jasa konsultasi keamanan hanya meliputi dua pekerjaan besar: pencegahan dan penindakan. Merumuskan konsep pengamanan gedung perkantoran, misalnya, termasuk bidang pencegahan. Biasanya perusahaan properti yang membutuhkan jasa macam ini. ”Banyak masalah kecil yang sebenarnya perlu ditangani serius, seperti di mana kamera CCTV di kantor Anda sebaiknya dipasang,” ujar Bara.

Layanan yang juga banyak dicari adalah buletin reguler soal situasi keamanan nasional. ”Informasi apa pun ada di sana, dari demonstrasi apa yang digelar hari ini sampai di mana saja kemacetan terjadi Jakarta,” kata seorang sumber Tempo.

Adapun pekerjaan utama di bidang penindakan adalah investigasi. Penelusuran latar belakang atau sejarah perusahaan tertentu adalah layanan yang paling sering diminta klien.

Hotman Paris Hutapea, pengacara yang banyak menangani perkara sengketa bisnis, mengaku sering menggunakan jasa konsultan keamanan. ”Saya biasanya pakai jasa Kroll di Hong Kong,” katanya pekan lalu. Untuk satu pekerjaan, Hotman merogoh kocek sampai US$ 100 ribu alias hampir Rp 1 miliar. ”Meski mahal, informasi yang mereka sediakan biasanya valid,” katanya.

Biasanya Hotman membutuhkan jasa investigator swasta ini untuk melacak jejak pihak yang beperkara dengan kliennya. ”Saya membutuhkan salinan akta pendirian perusahaannya, status asetnya, bisnisnya apa saja, dan informasi detail lainnya,” kata pengacara ini. Data itu amat penting bagi firma hukum untuk memenangkan perkara kliennya di pengadilan.

Kelihaian para investigator asing ini bukan isapan jempol. ”Riwayat kehidupan pribadi seseorang pun bisa mereka tembus,” ucap Hotman lagi. Rata-rata mereka baru menyerah jika diminta menembus data rekening bank. Tak mengherankan, hampir semua perusahaan mengandalkan mantan polisi atau agen intelijen asing sebagai detektif. Menurut sumber Tempo, pensiunan agen intelijen Amerika, Australia, dan Eropa banyak yang beroperasi sebagai intel komersial di Indonesia.

Setahun belakangan, dominasi perusahaan asing di bisnis ini mulai ditantang para pemain lokal. Securindo Global yang ditangani Noor Huda salah satunya. Pemain baru lain adalah Aviyasa Consulting, yang dikomandani mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik Haris Rusli Moti.

Kantor Aviyasa adalah sebuah rumah toko tanpa papan nama di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan. Sekilas, ruko itu tak tampak sebagai kantor sebuah perusahaan jasa manajemen risiko. ”Bisnis ini memang mengharuskan kami bergerak underground,” kata Haris saat ditemui Tempo pekan lalu.

Sejak berdiri pertengahan tahun lalu, Aviyasa sudah menangani belasan perusahaan yang membutuhkan jasa investigasi bisnis. ”Meski tak memperkerjakan bekas intel atau polisi, kelebihan kami adalah jaringan yang tersebar,” ujar Haris. ”Kami punya kontak di mana-mana.”

Yang menarik, perusahaan ini juga sigap melacak kasus-kasus individual, seperti perselingkuhan atau kompetisi politik. ”Kami pernah menangani seorang calon gubernur yang ingin tahu kekayaan calon wakilnya,” kata Haris. Soalnya sepele, si calon wakil gubernur mengaku kere dan tak kuat menanggung biaya kampanye.

Di saat lain, Aviyasa menangani klien yang sekadar ingin membuktikan kredibilitas pihak yang akan diajak bermitra. ”Ada klien yang ingin tahu apa betul rekanannya dekat dengan Presiden Yudhoyono,” kata Haris lagi sambil tertawa.

Uji kelayakan dan kepatutan di parlemen pun bisa jadi lahan bisnis yang empuk. ”Pernah ada satu calon yang minta kami mencari tahu kelemahan calon-calon lainnya,” ucap Haris. Pekerjaan-pekerjaan remeh macam itu, menurut dia, bisa diselesaikan dalam hitungan pekan, bahkan hari.

Noor Huda bercerita pekan ini perusahaannya baru mendapat kontrak menyelisik sebuah kabupaten yang kaya akan mineral di Sulawesi. Sebuah perusahaan pertambangan meminta data sejarah konflik lokal dan memetakan para tokoh berpengaruh di sana. ”Saya tidak bisa menyebut nama perusahaannya. Rahasia,” katanya.

l l l

KARENA membutuhkan keahlian khusus, harga sewa konsultan keamanan tidak murah. Omzet bisnis Hill and Associate, misalnya, mencapai Rp 200 miliar setahun. Putaran uang di perusahaan konsultan keamanan lokal rata-rata lebih kecil. Harga sewa mereka relatif lebih murah. Aviyasa mengaku memasang harga US$ 200-300 alias Rp 2,5-3 juta per hari untuk satu agen investigator di lapangan. ”Itu di luar biaya operasional yang harus ditanggung klien,” kata Edwin Alexander, Direktur Operasional Aviyasa. Sementara itu, Securindo memasang harga US$ 1.000- 6.000. Besarnya biaya bergantung pada jenis sulit-gampangnya tugas yang diminta. Untuk pekerjaan tertentu, intel lokal lebih diminati klien karena dianggap lebih leluasa bergerak. ”Banyak perusahaan asing yang asal masuk ke pelosok tapi ditolak masyarakat lokal,” ujar Edwin. ”Informasi yang kami sediakan bisa mengurangi risiko semacam itu,” katanya.

Wahyu Dhyatmika, Sohirin (Purworejo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus