Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa inti temuan Anda?
Saya jelaskan sedikit. Kenapa muncul kabar blue energy terbuat dari detergen? Yang saya ambil biru-birunya ini (menunjuk gambar biru pada diagram di kertas kerjanya). Saya tak tahu harus beli apa untuk mengambil unsur warna biru itu.
Jelaskan sedikit saja prosesnya....
Yang saya takutkan, begitu ditulis, sampeyan repot lagi. Nanti dipertanyakan orang dan Anda tak bisa menjelaskan. Pasti orang terus bertanya. Itu mencelakakan saya. Proses pengolahan masih menjadi rahasia saya.
Dari mana Anda mendapatkan inspirasi teknologi ini?
Semua sudah dijelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 83. Di situ disebutkan tempat-tempat dan segala sesuatu yang bisa dimanfaatkan. Semuanya ada. Saya hanya mendasarkan pada keyakinan itu.
Apa hubungannya dengan temuan Anda?
Saya sering diminta masyarakat memberi tahu cara gampang cari uang. Yang penting harus bekerja keras dan mau rekoso. Mari berhenti saling menyalahkan dan saling tuding.
Apakah Anda bisa membuktikan air diubah jadi minyak, seperti dalam kertas kerja Anda?
Lha... itu yang akan saya buat. Akan saya bangun laboratorium di bengkel dekat rumah saya ini. Akan saya buktikan bahwa saya bisa membuat bahan bakar.
Berapa besar kapasitas yang akan Anda buat?
Lo, ini bukan untuk produksi. Yang penting air dialirkan ke alat buatan saya, kemudian ngocor-nya jadi bahan bakar. Airnya nanti disediakan masyarakat, jadi fair. Sampeyan juga boleh bawa air, pulangnya bawa bensin atau solar, terserah.
Selama ini Anda melakukan riset?
Saya hanya dimintai barang jadi, terus kemudian dilabkan. Kalau hasilnya kurang, dikembalikan, terus diperbaiki. Mungkin sulfurnya kurang, kita perbaiki lagi.
Universitas Gadjah Mada meragukan teknologi Anda....
Itu cerita lain.
Anda lulusan Universitas Gadjah Mada?
Jangan lihat orang dari masa lalu atau latar belakang pendidikannya. Itu tidak penting. Yang penting bermanfaat atau tidak bagi masyarakat.
Benar Anda menerima dana dari Presiden Yudhoyono?
Wah, kok itu lagi. Bukan itu orangnya. Pokoknya ada. Tapi saya memang dekat dengan Presiden SBY.
Kalau dekat, kenapa tidak minta dana kepada Presiden?
Wah, ya enggak bisa begitu. Saya merasa enggak etis berpikir begitu. Kami temukan apa, bahannya apa, kemudian matur minta dana? Jelas ada etikanya.
Kabarnya Anda ditekan Heru Lelono?
Dengan Heru tidak ada persoalan. Walaupun ada, kami coba perbaiki. Jumat pekan lalu dia datang ke sini. Jadi tidak ada putus komunikasi.
Dwidjo U. Maksum
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo