Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KELUAR dari ruang kerjanya di Bravo Media Center, Menteng, Jakarta Pusat, Boediono melempar senyum kepada tiga anggota staf yang dilewatinya. Menuju mobil Alphard hitam yang terparkir di halaman depan, Jumat pekan lalu itu, ia hendak melayat almarhum Rendra di Depok, Bogor.
Ekonom M. Ikhsan lebih dulu masuk mobil, duduk di deretan paling belakang. Menyusul Chatib Basri, yang duduk di deretan tengah, bersama Boediono. Ajudan lalu melompat ke sisi sopir, dan mobil pun bergerak digiring kendaraan patroli pengawal.
Pagi itu, biasanya, Boediono me-nyetem ulang kebugaran tubuhnya di tempat fitness The Club Borobudur di Hotel Borobudur. Ritual jasmani ini juga dijalaninya setiap Senin-Rabu. Pada Selasa-Kamis, lelaki 66 tahun itu ber-jogging sejauh lima kilometer memutari Lapangan Banteng, diakhiri berenang gaya katak di kolam renang Hotel Borobudur.
Karena Jumat kemarin Boediono hendak melayat, ritual ini ditunda dulu. Ia perlu berkoordinasi dengan tim di Bravo Media Center dan tim keamanan mengenai persiapan keberangkatan, termasuk menentukan masjid untuk salat Jumat. Satu jam sebelum menuju rumah duka, Boediono masih sempat menerima Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.
USAI pemilihan presiden, aktivitas Boediono memang terpusat di kantor ini. Selama masa kampanye, kantor ini menjadi markas tim kampanye nasional pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Untuk mengisi waktu menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober, wakil presiden terpilih ini secara bertahap mulai mengundang menteri atau tokoh.
Para tokoh formal dan informal ini dimintai masukan mengenai bidang yang mereka kuasai. Pada Kamis pekan lalu, misalnya, Boediono mengundang Menteri Perdagangan Mari E. Pangestu, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Rektor Paramadina Anies Baswedan.
Anies menjelaskan, ia diundang makan siang sambil memberikan masukan mengenai tata kelola pemerintahan yang baik. ”Yah… sambil ngobrol-ngobrol-lah,” katanya. Boediono juga sempat berkeliling ke sejumlah daerah untuk melihat langsung kondisi pembangunan.
Ia, misalnya, pergi ke Sumatera Barat, Blitar (Jawa Timur), dan Pemalang (Jawa Tengah). Pada akhir Juli lalu, Boediono ke Singapura untuk berpidato tentang kiat Indonesia melewati krisis dalam Rajaratnam Forum, Nanyang Technological University. Di sana ia sempat menemui keluarga mendiang David Hartanto Widjaja untuk menyampaikan belasungkawa.
SELAIN pengamanan transportasi untuknya diperketat, rumah Boediono di Jalan Mampang Prapatan 20 Nomor 26, Jakarta Selatan, dijaga sekitar 40 polisi dan anggota Brimob. Satu mobil ambulans terparkir di sana. Pada pintu masuk rumah terpasang metal detector, yang belum terlihat ketika pemilu legislatif lalu.
Sumber Tempo bercerita, Boediono biasa bangun sekitar pukul lima pagi, dilanjutkan fitness atau jogging. Untuk menghindari macet jika kembali ke rumah, ayah dua anak ini biasanya langsung meluncur ke Bravo Media Center, dan mandi di toilet di ruang kerjanya. Lalu ia sarapan bubur ayam, soto ayam, atau roti yang dibawakan seorang anggota staf.
Ia kemudian membaca koran dan surat-surat masuk, disusul rapat-rapat hingga siang. Untuk makan siang, Boediono kerap minta rawon dan teh hijau. ”Tapi kadang juga makan gado-gado,” kata sumber itu. Untuk memantau kesehatan dan keamanan makanan, Boediono memiliki tiga dokter yang standby bergantian.
Suatu ketika, pernah terjadi tempe goreng menu makan siang tidak ”lolos sensor” kesehatan. Setelah mengetes dengan cairan kimia, salah satu dokter menemukan indikasi tempe itu mengandung zat berbahaya. ”Dokter bilang mengandung unsur formalin.”
Budi Riza, Agus Supriyanto, Agung Sedayu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo