Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RATUSAN nama berderet dalam matriks lima kolom berwarna-warni di layar laptop milik salah satu anggota tim sukses Hatta Rajasa. Ada biru, abu-abu, pink, dan merah.
Satu nama di deretan itu adalah Dede Yusuf, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional. Kolomnya diwarnai pink. Sesaat kemudian, kolom Dede diganti biru setelah seorang rekannya membisiki bahwa Wakil Gubernur Jawa Barat itu sudah bergabung.
Sumber Tempo menerangkan, ”biru” untuk para pendukung Hatta, ”merah” untuk pendukung rivalnya, Dradjad Wibowo. ”Abu-abu” artinya dekat dengan ”biru”, tapi masih tengok kanan tengok kiri. Demikian pula ”pink”.
Tinggal sepekan lagi Kongres III Partai Amanat Nasional di Batam, Kepulauan Riau, 7-9 Januari 2010. Perebutan kursi ketua umum jadi pertarungan Hatta versus Dradjad.
Bagi Hatta, kongres ini adalah arena kedua ia turun gelanggang. Di Kongres Semarang, 2005—yang dimenangi Soetrisno Bachir—Hatta mundur dari pencalonan.
Sebagai kader senior PAN, pengalaman dan jejaringnya bisa jadi paling mumpuni saat ini. Rekam jejaknya lengkap. Semua posisi pernah dijabat Hatta, dari sekretaris jenderal partai, ketua fraksi partai di Dewan Perwakilan Rakyat, hingga menteri koordinator.
”Hatta figur paling paripurna yang dibutuhkan partai untuk menjadi lebih besar dan maju,” kata Putra Jaya Husein, wakil sekretaris jenderal partai, yang jadi anggota tim sukses Hatta. Posisi ketua umum jadi sangat strategis bagi Hatta. ”Sebab, ini adalah tiketnya bertarung di pemilu (presiden) 2014,” kata politikus PAN, Djoko Susilo.
Mantan ketua tim sukses SBY-Boediono ini mendapat dukungan penuh dari politikus PAN yang duduk di kabinet serta yang sekarang menjadi pemimpin di Dewan Perwakilan Rakyat. ”Ya, wajar, karena mereka jadi menteri juga karena Hatta,” kata Abdillah Toha, politikus senior PAN.
Anggota tim sukses Hatta Rajasa, Syahrin Hamid, mengklaim 70-80 persen dukungan disampaikan tertulis ke Hatta. Masa gerilya untuk penggalangan dan konsolidasi sudah dilalui. Di pekan-pekan terakhir ini, katanya, tim sukses Hatta hanya akan melakukan pemantapan. ”Suara pendukung kita kunci, jangan sampai masuk ke lawan,” ujarnya.
Beberapa hari sebelum kongres, pendukung Hatta akan dikarantinakan. ”Tempat dan waktu masih dirahasiakan,” katanya. Peserta kongres yang pro-Hatta juga akan diangkut dengan pesawat yang disewa khusus oleh tim. ”Nanti di-pool di Makassar, Jakarta, Batam, dan Banjarmasin,” kata Syahrin.
Toh, Dradjad tetap memberikan perlawanan. Ia rajin menyambangi kantong-kantong PAN di daerah untuk mendulang dukungan. Anggota tim sukses Dradjad, Riski Sadiq, mengklaim 60-70 persen suara sudah di saku. ”Lebih dari cukup untuk pencalonan,” katanya.
Untuk memantapkan langkah, Dradjad menggandeng Hanafi Rais, putra sulung pendiri PAN, Amien Rais. Adik-adik Amien, Rozak Rais dan Aisyah Rais, pun ikut di gerbong Dradjad. Meski Amien menyatakan netral, keberadaan mereka secara tersirat menandakan dukungan Amien ke Dradjad. ”Silakan baca sendiri,” kata Hanafi.
Aksi Hanafi Rais membuat jengkel pendukung Hatta. Tak mau kalah, mereka lalu memunculkan Mumtaz Rais, putra kedua Amien. ”Karena Hanafi deklarasi (dukung Dradjad), ya kita munculkan Mumtaz,” kata Putra Jaya. Kedua pihak mengakui, pamor Amien masih sangat besar bagi kader PAN.
Bagi Dradjad dan pendukungnya, kalau PAN dipimpin Hatta, itu sama artinya menunggu PAN tenggelam. Dia khawatir birunya matahari terbit akan tenggelam oleh biru Partai Demokrat. Alasannya, Hatta terlalu dekat ke Susilo Bambang Yudhoyono. ”PAN tak bisa kritis lagi karena cuma subordinasi kekuasaan,” kata Riski.
Hatta juga dinilai akan sulit membagi waktu untuk partai karena posisinya sebagai menteri koordinator. Maka dibuatlah skenario posisi wakil ketua umum partai. Hatta tentu ingin menempatkan orangnya di posisi ini. Tapi, menurut sumber Tempo, Amien Rais menginginkan posisi itu untuk Dradjad Wibowo.
Agus Supriyanto, Kukuh S. Wibowo (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo