Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob mengatakan empat kampung di distrik Tembagapura kini dalam keadaan kosong. Kondisi itu terjadi setelah seluruh warganya dievakuasi ke Kota Timika beberapa hari lalu akibat teror dari kelompok kriminal bersenjata atau KKB.
"Di Waa, Banti, Opitawak dan Kimbeli sudah tidak ada orang lagi. Semua penduduk asli Amungme yang tinggal di sana, termasuk warga yang mendulang di Kali Kabur seluruhnya telah diturunkan ke Timika karena situasi di sana tidak nyaman," kata Johannes, Kamis, 12 Maret 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak ada teror dari KKB, kata Johannes, warga dilanda ketakutan dan merasa tak nyaman. Bahkan mereka kesulitan untuk sekadar ke luar membeli bahan makanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak pekan lalu, KKB memasuki kawasan permukiman warga dan melakukan intimidasi sampai penembakan. Hal tersebut membuat warga setempat meminta dievakuasi dari kampungnya.
Dinas Sosial Mimika mencatat jumlah warga distrik Tembagapura yang dievakuasi ke Timika seluruhnya mencapai 1.662 orang yang ebagian besar merupakan ibu-ibu dan anak-anak. Setiba di Timika, ribuan warga itu langsung diantar ke rumah kerabat mereka di beberapa titik di Kota Timika seperti Kwamki Lama, SP12, SP13, SP9, SP2, SP3, Irigasi dan sebagian lagi tersebar di Kota Timika.
Menurut Johannes, para warga meminta Pemkab Mimika bersama TNI, Polri dan PT Freeport Indonesia dapat memfasilitasi mereka untuk kembali ke Tembagapura jika situasi di kampung mereka sudah kondusif. "Mereka tidak mau tinggal berlama-lama di Timika, katanya cukup satu minggu karena mereka punya rumah, ternak dan lain-lain ditinggal begitu saja. Tapi itu semua tergantung dengan situasi dan kondisi keamanan di sekitaran Tembagapura," kata dia.
Beberapa warga Distrik Tembagapura yang ditemui di kompleks Gereja Kingmi Jemaat Rehobot Jalan Agimuga, Mile 32, Kuala Kencana mengakui hampir seluruh penduduk di empat kampung sekitar Tembagapura, termasuk pendulang yang biasanya beroperasi di Kali Kabur, telah dievakuasi ke Timika. "Yang sekarang tersisa di sana hanya satu orang mono (tuna rungu), dia lari kembali ke kampung saat masyarakat naik bus untuk turun ke Timika," ujar salah satu warga yang tak mau menyebutkan namanya.
Ia menuturkan mereka terpaksa meninggalkan semua harta benda dan ternak di kampung lantaran tidak ingin menjadi korban saat aparat keamanan terlibat kontak tembak dengan kelompok bersenjata. "Habis mau bagaimana lagi, situasinya memang tidak memungkinkan untuk kami bertahan di Banti," kata dia.