Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Aksi Cepat Sebelum Covid-19 Meluas

Kepala Dinas Pendidikan memantau pelaksanaan belajar tatap muka di berbagai sekolah. Setiap kali ada kasus Covid-19 yang dialami siswa, masing-masing sekolah punya prosedur penanggulangan.

20 September 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang siswi menggunakan hand sanitizer di SD Ar Rafi, Bandung, 8 September 2021. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pesantren Tengku Chiek Oemar Diyan menjadi salah satu kluster penyebaran Covid-19.

  • Pesantren bergerak cepat dan ratusan siswa diwawancarai untuk melacak kontak.

  • Kepala Dinas Pendidikan Aceh memantau pelaksanaan belajar tatap muka di berbagai sekolah.

JAKARTA – Pada Senin siang yang berhawa panas pada awal Agustus lalu, Fatimah bergegas menuju klinik di Pesantren Modern Tengku Chiek Oemar Diyan, Aceh Besar, Aceh. Bendahara sekolah ini baru menerima telepon dari perawat di klinik bahwa seorang siswi SMP mengalami demam tinggi dan batuk. Ada indikasi lain sebagai gejala Covid-19, yakni ageusia dan anosmia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah mengecek, Fatimah melapor ke pemimpin pesantren. Beberapa jam kemudian, siswi itu dijemput pulang orang tuanya. Ia positif Covid-19. “Kami langsung rapat setelah orang tuanya memberi kabar,” kata Fatimah kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pesantren lalu bergerak cepat. Ratusan siswa diwawancarai untuk melacak kontak. Dari pelacakan itu, kata Fatimah, sekitar 300 sampel tes usap dibawa ke puskesmas terdekat. Guru juga mengontak orang tua murid yang khawatir akan kondisi anak mereka lewat grup WhatsApp. Hasilnya, 22 siswa positif terjangkit Covid-19. Pesantren yang letaknya 40 menit dari Kota Banda Aceh itu ditutup sementara hingga akhir Agustus. Siswa yang positif Covid-19 diisolasi di asrama, sedangkan siswa lainnya dipulangkan ke orang tua mereka.

Badut dari Komunitas Aku Badut Indonesia (ABI) memakaikan masker pada masker saat melakukan edukasi tentang protokol kesehatan di SDN 03 Citayam, Kabupaten Bogor, 6 September 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis

Pesantren Tengku Chiek Oemar Diyan menjadi salah satu kluster penyebaran Covid-19 setelah kegiatan belajar-mengajar pada semester ganjil dimulai akhir Juli lalu. Pesantren ini menampung hampir seribu siswa dari tingkat SMP hingga SMA. Belajar tatap muka dilakukan penuh waktu di Oemar Diyan karena berbasis pesantren. Sebagai gantinya, jam jenguk keluarga ditiadakan.

Karena gonjang-ganjing itu, setiap sudut gedung di salah satu pesantren favorit di Aceh itu kemudian disemprot disinfektan. Ketika pesantren dibuka lagi, ada syarat tambahan bagi siswa: wajib membawa hasil negatif tes usap. Sekarang, kata Fatimah, suasana belajar sudah normal lagi.

Di Aceh, kluster Covid-19 di madrasah didominasi pesantren dan sekolah berbasis asrama. Selain Oemar Diyan, SMAN 1 Modal Bangsa melaporkan 16 siswa mereka positif terjangkit corona pada awal Agustus lalu. Sekolah berbasis asrama ini kemudian memulangkan ratusan siswa ke rumah untuk belajar daring hingga waktu yang tak ditentukan. Setiap sudut sekolah difumigasi. Semua gagang pintu diusap dengan disinfektan. “Kami masih mengevaluasi kapan sebaiknya sekolah dibuka lagi,” kata wakil kepala sekolah Mawardi.

Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Alhudri, mengatakan Dinas memantau pelaksanaan belajar tatap muka di berbagai sekolah. Setiap kali ada kasus Covid-19 yang dialami siswa, kata Alhudri, sekolah punya prosedur masing-masing untuk menanggulanginya. “Apalagi di dayah dan asrama. Mereka sebenarnya lebih baik prosedur penanganannya karena terisolasi sendiri dan gampang dilacak kalau ada yang kena,” kata Alhudri.

Menurut Alhudri, Dinas Pendidikan Aceh tengah mengejar target vaksinasi anak berusia 12-17 tahun agar sekolah tatap muka bisa digelar lebih aman lagi. Ia menargetkan vaksinasi untuk kelompok usia itu selesai pada akhir bulan ini. Baru 3,4 persen dari target 577 ribu anak yang sudah disuntik. “Banyak orang tua murid yang bertanya kapan bisa masuk lagi. Kalau enggak vaksin, ya, susah,” kata dia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyoroti penyebaran infeksi corona di sekolah-sekolah di Indonesia dalam laporan situasi per 15 September lalu. WHO terutama menyoroti kluster Covid-19 di SMA 1 Padang Panjang, Sumatera Barat, yang menjangkiti 54 siswa dan kasus 139 mahasiswa di asrama Institut Shanti Buana, Kalimantan Barat. Berdasarkan data nasional, hingga kemarin, sekitar 13 persen dari total kasus positif Covid-19 di Indonesia terjadi pada anak di bawah usia 18 tahun. Tingkat kematian anak sebesar 1 persen atau sekitar 1.400 orang. Persentase ini datar dibanding data pada tiga pekan lalu saat semester ganjil baru dimulai.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Pendidikan Tinggi mengatakan sekolah tatap muka terbatas tetap dilanjutkan, meski kluster di sekolah menjadi sorotan. Prosedur penanggulangan jika ada kasus Covid-19 di sekolah diserahkan ke dinas pendidikan dan pejabat sekolah. Prosedur itu dari tes dan pelacakan kasus, hingga sanitasi gedung dan penutupan sekolah. “Ada syarat yang harus dipenuhi bahkan sebelum ada izin belajar tatap muka,” kata dia.

INDRI MAULIDAR
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus