Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Founder dan Pemimpin redaksi Konde.co, Luviana Ariyanti, mengatakan pernyataan anggota Komisi X DPR RI, Ahmad Dhani, ihwal naturalisasi pesepak bola berusia tua tak berempati terhadap perempuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan editor: Election Corner UGM Tunjukkan Gejala-gejala Dominasi Koalisi Besar pada Pilkada 2024
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ahmad Dhani sebagai wakil rakyat sangat nirempati—berkomentar seperti ini di tengah kondisi para perempuan yang sedang berjuang menghadapi banjir, bencana, dan lain-lain,” ujarnya ketika dihubungi Tempo melalui aplikasi perpesanan pada Kamis, 6 Maret 2025.
Dalam rapat kerja Komisi X DPR RI bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Persatuan Sepak Bola Indonesia mengenai persetujuan pemberian status warga negara Indonesia (WNI) terhadap tiga pesepak bola keturunan Indonesia, Ahmad Dhani mengutarakan usulannya bahwa naturalisasi tidak harus dilakukan untuk pemain.
Dhani mengatakan naturalisasi bisa dilakukan kepada pesepak bola yang sudah berusia tua untuk kemudian menikah dengan perempuan WNI.
“Bisa juga, misalnya, pemain-pemain bola yang sudah di atas usia 40, itu bisa juga kita naturalisasi pemain bola yang hebat, lalu kita jodohkan dengan perempuan Indonesia. Nah, anaknya itu yang kita harapkan menjadi pemain bola yang bagus juga," ujar politikus partai Gerindra tersebut di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat pada Rabu, 5 Maret 2025.
Luviana menilai terdapat tendensi misoginis di dalam pernyataan Dhani. Berdasarkan perspektif gender dan kesehatan, kata dia, pernyataan Ahmad Dhani menempatkan perempuan sebagai objek dan memposisikan perempuan sebagai kelas dua serta hanya sebagai alat reproduksi.
“Bukan hanya patriarkis, pernyataan Ahmad Dhani juga turut melanggengkan konstruksi gender dan mereduksi peran perempuan menjadi sekadar ‘penghasil anak’. Padahal, perempuan juga punya identitas dan eksistensi sosial serta berhak atas otonomi tubuhnya sendiri,” ujar aktivis perempuan tersebut.
Pernyataan bahwa laki-laki boleh beristri empat, kata Luviana, juga sangat seksis. Hal ini dikarenakan Dhani memposisikan perempuan sebagai orang yang harus melayani laki-laki.
Di samping itu, Luviana juga menyoroti usulan pentolan Band Dewa 19 tersebut yang meminta pemerintah untuk mengurangi calon pemain naturalisasi yang berasal dari Eropa dengan alasan tampilan fisik dan asal ras yang berbeda dari orang Indonesia kebanyakan.
“Pernyataan soal kulit dan ras juga kami anggap sangat rasis karena menempatkan masyarakat dalam kelas-kelas suku, ras, warna kulit, dan lain-lain,” katanya.