Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota DPRD Surabaya mengusulkan agar stiker bertuliskan keluarga miskin di rumah-rumah penduduk yang masuk kategori miskin di Kota Surabaya diganti dengan tanda cinta. Alasannya, agar stiker penanda miskin itu tidak menjadi beban psikologis bagi penghuninya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sebaiknya kata-kata di stiker itu diganti, agar tidak menjadi beban psikologis bagi penghuni rumah," kata Ketua Komisi B DPRD Surabaya Lutfiyah seperti dilansir dari Antara, Selasa, 17 Januari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Lutfiyah, Pemkot Surabaya sebaiknya mulai memikirkan faktor psikologis keluarga mereka yang punya anak gadis maupun jejaka. "Ini bisa mengganggu hubungan sosial mereka," ujar dia pula.
Untuk itu, dia mengusulkan agar stiker keluarga miski itu diganti dengan tanda cinta yang bisa mengurangi beban psikologis warga. Misalnya, stiker bergambar daun waru yang berlambang cinta dan ditambah logo Pemkot Surabaya.
Lutfiyah mengatakan, Dewan tidak keberatan jika rumah warga miskin diberi stiker untuk memudahkan distribusi bantuan ke warga miskin. Hanya saja, ujar dia lagi, tidak secara eksplisit tanda tersebut memberikan bebas psikologis warga.
Selain itu, Lutfiyah juga menyoroti kebijakan pemkot bagi warga yang menolak, maka secara otomatis juga menolak berbagai bantuan atau intervensi dari pemerintah, sehingga pada periode selanjutnya warga tidak lagi tercatat sebagai keluarga miskin.
"Kalau menurunkan kemiskinan dengan cara begitu, ya tidak valid," ujar dia.
Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Anna Fajriatin sebelumnya mengatakan, banyak warga yang menolak rumahnya ditempeli stiker itu, namun banyak pula yang berbondong-bondong ke kantor Dinsos untuk meminta rumahnya ditempeli stiker keluarga miskin.
Bagi warga yang menolak, Anna memastikan, pihak kelurahan atau kecamatan akan membuat laporan bahwa warga tersebut menolak rumahnya ditempeli stiker keluarga miskin, sehingga secara otomatis dia juga menolak berbagai bantuan atau intervensi dari pemerintah, sehingga periode selanjutnya warga tersebut akan diusulkan penghapusan dari keluarga miskin.
"Tapi, tidak sedikit juga yang berbondong-bondong ke kantor Dinsos untuk mendaftarkan diri atau keluarganya sebagai keluarga miskin. Bahkan, mereka juga meminta rumahnya segera ditempeli stiker keluarga miskin itu. Jadi, kalau keluarga tersebut memang tidak mampu, maka dia akan sangat bersyukur ditempeli stiker ini," ujar dia lagi.