Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Antara Jatinangor dan Jakarta

1 Februari 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPOTONG tangan kukuh mencengkeram lengan kiri seorang calon praja Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), Jatinangor, Sumedang, Jawa
Barat. Tak pelak, si calon birokrat menangis keras-keras. Air matanya mengalir deras dan mulutnya terbuka lebar sembari meneriakkan kata, "Kakak...." Di sisi kanan calon praja itu, terlihat dua seniornya—madya dan nindya-praja. Keduanya juga menangis sesenggukan, bahkan ikut berderai air mata. Si madya-praja pun hanya bisa berteriak, "Adik...."

Lalu, ke mana gerangan sang calon praja akan dibawa oleh si empunya tangan yang kukuh-kuat itu? Jawabannya ke Jakarta, seperti terlihat dalam penunjuk jalan bertuliskan "JKT."

Itulah karikatur yang dimuat buletin Birokra terbitan Lembaga Pers Praja Abdi Praja News STPDN edisi November 2003. Maksud karikatur itu jelas sekali, seperti melihat matahari di siang bolong. Tak lain, mereka merasa tidak srek dengan kebijakan pemindahan calon praja (sekarang sudah menjadi muda-praja—Red.) dari kampus Jatinangor ke Institut Ilmu Pemerintahan (IIP), Cilandak, Jakarta.

Di bawah karikatur buletin 8 halaman itu tertulis judul besar: "Antara Jatinangor-Jakarta." Isinya mengupas lima alasan kenapa mereka tak setuju dengan pemindahan praja tingkat satu ke Jakarta. Setelah semua diurai, "Langkah yang diambil ini terkesan terburu-buru tanpa melalui pendekatan psikologis praja," begitu tulis A. Malik S., salah satu staf redaksinya, di bagian akhir tulisan.

Tentu, di luar judul itu, masih ada tulisan lain, seperti "Harga Sebuah Kepedulian," Praja Betawi," dan "Bagaimana Adikku, Siapkah Kalian?" Hampir semuanya berisi curahan hati dan keresahan praja senior terhadap pemindahan juniornya ke Jakarta.

Ternyata Birokra bukanlah satu-satunya tempat melepas unek-unek dan mengkritik pemindahan itu. Masih ada majalah Abdi Praja, yang dikeluarkan oleh penerbit yang sama. Pada terbitan terbaru, November 2003, cover-nya bertajuk "STPDN Bertahan dalam Keterpurukan."

Dalam pengantar edisi ini, Mulyadi Ardiansyah, selaku pemimpin redaksinya, mengemas tulisannya dengan judul "The Lost Generation." Rupanya, ia khawatir pemindahan praja itu akan memotong regenerasi aktivitas praja, tentu saja termasuk kaderisasi pengelola penerbitan Abdi Praja dan Birokra. Di luar itu, kegiatan pencinta alam, drum band, pramuka, teater, dan sebagainya mengalami ancaman yang sama. "Sungguh bagaikan menelan pil pahit, regenerasi yang tertunda akan terjadi, bahkan akan menyebabkan putusnya regenerasi organisasi," tulis Mulyadi.

Dalam kedua penerbitan itu, jelas tergambar ketidakrelaan, kecemasan, dan kekhawatiran praja senior terhadap juniornya yang dipindahkan ke Jakarta. Pertanyaannya: apakah berbagai pendapat yang dibungkus lewat cara pandang sepihak dari para senior itu benar adanya? Belum tentu. Jangan-jangan muda-praja justru berpikir sebaliknya. Mereka menikmati tempat, kurikulum, dan tradisi barunya di Jakarta. Mungkin benar isi karikatur lain yang dipajang di buletin Birokra, di bawah artikel berjudul "Praja Betawi." Di situ, muda-praja tak terlihat sedih. Sebaliknya, selain terus menebar senyum, mereka bisa tampil bergaya dengan pipi gembul dan perut buncitnya. "Selamat siang, Kak!"

Dwi Wiyana (Sumedang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus