Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RAPAT pengurus Partai Demokrat yang digelar setelah Anas Urbaningrum meninggalkan kursi ketua umum itu datar-datar saja. Suasana berubah ketika Mirwan Amir berseloroh. "Mohon disampaikan kepada Pak SBY, jangan terlalu mendengarkan para pembisik," kata anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu. Pemimpin rapat, Sekretaris Jenderal Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono, menukas dengan suara tinggi: "Yang dimaksud pembisik itu siapa?"
Salah seorang yang hadir menceritakan kembali rapat di kantor pusat Partai Demokrat pada Senin sore pekan lalu itu. Menurut dia, Mirwan langsung ciut mendengar respons Edhie Baskoro. Ia tak meneruskan kata-katanya. Tak ada yang menimÂpali. Walhasil, ketegangan hanya terasa sejenak. Rapat kembali ke topik semula: konsolidasi pengurus setelah sang ketua umum mundur karena jadi tersangka suap proyek Hambalang.
Bagi kubu Anas, kisruh di Demokrat disebabkan oleh para "Sengkuni"—tokoh yang selalu memanas-manasi Kurawa untuk memusuhi Pandawa dalam epos Mahabharata. Mereka disebut membisiki Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Dewan Pembina sekaligus Ketua Majelis Tinggi Demokrat, untuk menyingkirkan Anas. Tak jelas tudingan itu diarahkan ke hidung siapa.
Dicegat seusai rapat pada Senin itu, Mirwan ogah menceritakan ketegangan tersebut. Menurut Mirwan, dalam pertemuan itu Ibas menyampaikan pesan Majelis Tinggi. Setelah Anas mundur, tugas ketua umum diambil alih Max Sopacua dan Jhonny Allen Marbun (wakil ketua umum), Sekretaris Jenderal Edhie Baskoro, dan Direktur Eksekutif Totok Riyanto. Selain membahas konsolidasi partai, rapat membicarakan kekalahan calon dari Demokrat dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat.
Dua hari sebelumnya, pada Sabtu malam dua pekan lalu, Majelis Tinggi plus menteri Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dari Demokrat berkumpul di ruang perpustakaan rumah Yudhoyono di Cikeas, Bogor. Dari sembilan orang, satu-satunya anggota Majelis yang tak datang adalah Anas Urbaningrum, yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Majelis Tinggi meriung untuk merespons pengunduran diri Anas pada Sabtu siang.
Pertemuan tak langsung ke acara pokok: melimpahkan tugas Anas kepada empat pengurus teras tadi. Tuan rumah membukanya dengan membahas pidato terakhir Anas di kantor Demokrat, seperti yang disiarkan langsung oleh sejumlah stasiun televisi. "Dibahas kalimat demi kalimat," ujar seorang peserta pertemuan.
Tanpa menampakkan emosi, Yudhoyono membahas agak panjang pernyataan Anas tentang "bayi yang tak diinginkan lahir". Kepada tetamu, dia mengatakan, pada kongres partai di Bandung, 2010, ia memang menginginkan Anas sebagai sekretaris jenderal untuk disandingkan dengan Andi Alifian Mallarangeng, kandidat yang direstui Cikeas. Anas baru akan disetujui sebagai ketua umum pada kongres 2015.
Max Sopacua, anggota Majelis Tinggi, membenarkan Yudhoyono berkata demikian. Menurut Max, Yudhoyono bahkan bermaksud memajukan Anas sebagai calon presiden pada 2019. Namun Anas berkukuh maju pada kongres 2010. Tapi, setelah Anas terpilih pada 2010, kata Max, Yudhoyono mengakui kemenangan Anas. "Jadi, kata siapa Anas tak diakui SBY?" ujar Max.
Yudhoyono hanya tak sreg dengan pengurus yang diajukan Anas. Salah satunya Muhammad Nazaruddin, yang kemudian menjabat bendahara umum. "Tapi Anas ngotot mengajukan Nazar," ucap Max. Dalam pertemuan, Yudhoyono juga berkata, "Kok, Nazaruddin tak disebut Anas dalam pidatonya?" Kepada Tempo, Anas pernah mengatakan Nazaruddin disodorkan oleh pengurus lain, bukan olehnya.
Meski sudah mundur, Anas masih memiliki akar di partai. Sejumlah loyalis mengancam ikut hengkang karena menduga ada intervensi Istana ke KPK dalam proses hukum korupsi Hambalang. Menyadari Demokrat masih bergolak sepeninggal Anas, Yudhoyono menunda perombakan pimpinan Fraksi Demokrat. Rotasi anggota Badan Anggaran juga ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. Seorang politikus partai itu mengatakan para penyokong Anas bakal terpental dari jabatannya. Menurut dia, Yudhoyono khawatir perombakan bisa membuat partai gaduh lagi.
Yudhoyono juga tak ingin buru-buru menggelar kongres luar biasa untuk mencari pengganti Anas. Satu-satunya alasan kongres akan dipercepat adalah Komisi Pemilihan Umum. Menurut Sekretaris Dewan Kehormatan Jero Wacik, bila KPU menyatakan berkas daftar calon anggota badan legislatif sementara harus diteken ketua umum, mau tak mau kongres harus digelar. "Kalau KPU bilang tak perlu, ya, kami santai saja," kata Jero.
Berkas pencalonan harus diserahkan ke KPU paling lambat pada 15 April nanti. Demokrat, kata Max Sopacua, menafsirkan daftar calon legislator tak perlu diteken ketua umum, tapi cukup oleh pejabat setingkat ketua umum yang diakui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Tanda tangan ketua umum baru dibutuhkan di berkas daftar tetap calon legislator, yang diajukan pada Agustus mendatang.
Bila tafsir Demokrat yang benar, kongÂres akan diselenggarakan antara April dan Agustus. Max—yang menjadi anggota tim sukses Ketua DPR Marzuki Alie pada kongÂres Partai Demokrat di Bandung 2010—bakal kembali mendorong Marzuki dalam kongres luar biasa. "Calonnya harus kader internal partai," kata Marzuki bersemangat.
Tapi hasrat Marzuki bisa jadi kandas. Seorang politikus Demokrat mengatakan restu Yudhoyono tak bakal terlimpah kepada Marzuki. Banyak pengurus Demokrat yang menghubungkan Marzuki sebagai "Sengkuni" yang dituding loyalis Anas. Yudhoyono pun tahu rivalitas Anas-Marzuki di kongÂres 2010 tak padam hingga hari ini. "SBY cenderung memilih orang lain yang bukan bagian dari konflik," ujar sumber tadi.
Dari lingkup internal, nama lain yang beredar mengisi kursi ketua umum adalah Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Tapi nama anggota Dewan Pembina Demokrat itu hilang dalam pembicaraan ring satu Yudhoyono. Yang juga disebut sebagai calon alternatif dari dalam partai adalah Direktur Eksekutif Totok Riyanto, alumnus Akabri Angkatan Udara 1973.
Serba belum pasti, Yudhoyono bisa saja meminta orang luar memimpin partainya. Nama yang mencuat adalah Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, sobat karib sang pendiri partai. Tapi Djoko menyatakan tak mau masuk partai. "Ketua umum sebaiknya dari internal," ujarnya. Walau begitu, Djoko mengatakan kerap diajak bertukar pikiran oleh Yudhoyono soal Demokrat.
Orang luar partai yang juga disebut masuk bursa adalah Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo. Nama Gita dicetuskan Yudhoyono sendiri. Beberapa waktu sebelum berangkat ke Timur Tengah untuk kunjungan kenegaraan, ia mengajak orang-orang dekatnya meriung. Ia tiba-tiba mengusulkan Gita memimpin Demokrat seandainya Anas ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Belum lagi diutarakan alasannya, usul Yudhoyono segera kandas. Sejumlah politikus mengatakan Ani Yudhoyono menilai Demokrat terhuyung-huyung akibat dipimpin "orang luar keluarga". Ani kemudian menyorongkan nama Pramono Edhie, adiknya. Pada Mei nanti, Pramono akan memasuki masa pensiun. Kongres luar biasa yang akan digelar bisa dipaskan dengan waktu mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu mengakhiri masa dinas militer.
Obrolan itu hanya selintas. Yudhoyono menyimpan rapat-rapat calon yang bakal diusungnya. Yang jelas, kata sumber Tempo, ia tak akan menyodorkan istri ataupun putranya. Dimintai konfirmasi, Max Sopacua mengatakan Majelis Tinggi belum pernah membahas nama-nama untuk menggantikan Anas.
Anton Septian, Widiarsi Agustina, Wayan Agus Purnomo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo