Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Asian Para Games 2018 menjadi ajang pembuktian bagi teman-teman disabilitas bahwa mereka juga bisa mengukir prestasi. Hanya saja, tak seperti perhelatan Asian Games 2018 pada Agustus lalu, pertandingan sejumlah cabang olahraga pada Asian Para Games 2018 tampak sepi penonton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mungkin bukan karena tak punya waktu atau tak punya uang untuk membeli tiket, masih ada sebagian orang yang merasa tidak tega ketika melihat orang dengan disabilitas. Psikolog dari Q Consulting, Rena Masri mengatakan perasaan atau anggapan seperti itu justru melemahkan teman disabilitas.
"Bukan kasihan, tapi berempati dan menyemangati," kata Rena Masri kepada Tempo. Para atlet itu mestinya dihargai karena mereka bisa bangkit meski memiliki keterbatasan fisik. Semangat itu bisa membuat semua orang belajar untuk berbuat yang terbaik.
Suasana sepi tempat duduk penonton saat pertandingan final Para Cycling putra H4-5 Road Race Asian Para Games 2018 di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor, Jawa Barat, Selasa, 9 Oktober 2018. ANTARA
Dukungan dari penonton ini sangat diharapkan oleh para atlet di Asian Para Games 2018. Peraih medali emas di cabang olahraga para-badminton, Fredy Setiawan mengatakan menghadapi lawan bukan perkara sulit karena pada prinsipnya metode permainannya sama.
Yang membuat berbeda, menurut dia, adalah banyak sedikitnya penonton karena itu mempengaruhi semangat. Penonton yang banyak, kata Fredy Setiawan, bisa membuat dia dan tim lebih bersemangat.
Jadi, jangan ragu menyaksikan pertandingan Asian Para Games 2018. Semangati atlet kita.
M. KHORY
Artikel lainnya:
Mimpi Atlet Asian Para Games 2018 Punya Gym Khusus Disabilitas